Bagi sebagian orang, menjadi driver ojol mungkin hanya dipandang sebagai pekerjaan biasa. Pekerjaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Bahkan ada juga yang menganggap bahwa menjadi driver ojol adalah pilihan terakhir setelah rentetan kegagalan dalam dunia kerja—berkali-kali lamaran kerja ditolak, atau bahkan di-PHK oleh kantor setelah bertahun-tahun kerja.
Akan tetapi bagi sebagian lainnya, menjadi driver ojol nyatanya tidak sesederhana sebatas pekerjaan biasa. Driver ojol tidak sesederhana pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Menjadi driver ojol nyatanya bisa menjadi salah satu titian bagi mereka yang ingin mewujudkan mimpi besarnya. Itulah yang saat ini sedang dilakukan oleh Syahril Hamzah, anak muda berusia 23 tahun berasal dari Kota Batu.
Di balik rutinitasnya menjadi driver ojol yang berangkat pagi pulang malam, mengantar penumpang atau pesanan orang, Syahril ternyata menyimpan satu mimpi besar yang sedang berusaha ia gapai. Dan dengan menjadi driver ojol itulah, anak bungsu dari 4 bersaudara ini berharap suatu saat ia perlahan bisa mewujudkan mimpinya.
Melalui seorang kawan, saya akhirnya bisa mengenal dan berbincang cukup banyak dengan Syahril tentang kehidupannya menjadi driver ojol. Ternyata Syahril sudah menjadi driver ojol sejak tahun 2019, ketika dia masih menjadi mahasiswa.
Awalnya, Syahril memilih menjadi driver ojol sebagai kegiatan mengisi waktu luang kuliahnya, sekaligus sebagai tambahan uang sakunya. Namun, seiring berjalannya waktu, driver ojol menjadi sumber penghasilan utama Syahril, terlebih setelah ia belum juga berjodoh dengan dunia kerja.
Daftar Isi
Lulusan Ilmu Komunikasi dan belum berjodoh dengan dunia kerja
Dalam obrolan saya bersama Syahril, saya kemudian tahu bahwa Syahril ternyata punya latar belakang pendidikan yang cukup bagus. Dia adalah sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Merdeka Malang (UNMER). Syahril baru saja lulus bulan Mei 2024 kemarin. Namun, bekal sarjana Ilmu Komunikasi entah mengapa belum cukup bagi Syahril untuk berjodoh dengan dunia kerja, setidaknya dunia kerja yang selaras dengan latar belakang pendidikannya.
“Setelah lulus kuliah itu sebenarnya saya sudah coba cari kerja, Mas. Nah, sekitar bulan Juli-Agustus (tahun 2024), saya sebenarnya sudah dapat dua kali panggilan interview. Pertama di perusahaan provider internet sebagai sales. Prosesnya berjalan sampai di OJT (On The Job Training) selama tiga hari, tapi saya mundur karena ada hal-hal di lapangan yang ternyata nggak sesuai dengan interview saya dengan HRD.” ujar Syahril kepada saya.
“Kedua, saya dapat panggilan interview di perusahaan wisata. Prosesnya sudah sampai final interview, dan di situ saya melamar sebagai mice coordinator. Saya sempat diberitahu ketika tahap final interview bahwa penempatan saya ternyata bukan di mice coordinator, melainkan di sales executive. Tapi, sampai saat ini, saya tidak pernah dapat kabar lagi dari pihak HRD, apakah saya diterima atau tidak.” lanjut Syahril.
Selain dua pengalaman di atas, Syahril ternyata belum menyerah untuk terus mengirim lamaran ke beberapa perusahaan. Sayangnya, lagi-lagi dia belum berjodoh. Dan Syahril seperti tidak punya banyak pilihan. Makanya Syahril melanjutkan apa yang sudah ia lakukan: menekuni pekerjaan menjadi driver ojol. Syahril memantapkan diri untuk menjadi fulltime driver ojol.
“Karena saat itu ya cuma ini (baca: jadi driver ojol) yang bisa saya lakukan, Mas.” ujar Syahril ketika saya tanya mengapa memilih jadi driver ojol. “Selain itu, dari menjadi driver ojol ini saya juga lagi ngumpulin modal buat memulai usaha sendiri, mewujudkan mimpi saya.” lanjut Syahril.
Bermimpi ingin punya Production House sendiri
Obrolan saya dengan Syahril terkait kehidupannya menjadi driver ojol ternyata mengarah pada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang ternyata disimpan oleh Syahril, sesuatu yang ingin segera ia wujudkan. Mimpi. Syahril punya mimpi besar, mimpi untuk memiliki Production House (PH) sendiri. Dan dengan menjadi driver ojol inilah Syahril terbantu untuk perlahan mewujudkan mimpinya.
“Sederhananya, saya ingin punya usaha di bidang fotografi dan videografi, Mas. Ya boleh dibilang nantinya juga ingin punya Production House sendiri, lah.” ujar Syahril.
Berbekal minatnya terhadap dunia audio-visual dan industri kreatif, ditambah dengan latar belakang pendidikan serta pengalamannya ikut terlibat produksi film-film kecil semasa kuliah, bisa punya Production House sendiri tentu menjadi mimpi yang diidam-idamkan dan ingin segera diwujudkan menjadi kenyataan oleh Syahril. Itulah yang saat ini sedang diupayakan oleh Syahril.
Namun untuk punya Production House sendiri tentu bukan hal yang mudah. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Ada modal materi dan non-materi yang harus dikumpulkan.
Untuk modal non-materi, Syahril memang sudah perlahan berjejaring dengan orang-orang yang ada di dunia kreatif, dunia audio-visual. Sementara untuk modal materi, Syahril saat ini betul-betul bergantung dari penghasilannya dari menjadi driver ojol, menabung sebagian penghasilannya untuk modal mewujudkan mimpinya. Meskipun Syahril tahu modalnya tidak sedikit, tapi Syahril yakin bahwa itu bukan hal yang tidak mungkin.
“Dari penghasilan jadi driver ojol, saya alokasikan untuk tabungan modal sekitar 30-50 persen untuk tabungan modal mewujudkan mimpi saya. Tapi kadang ya disesuaikan juga dengan kebutuhan sehari-hari saya, untuk uang saku, makan, jajan, dan beberapa kebutuhan rumah, untuk bantu-bantu orang tua juga.” ujar Syahril yang mengidolakan sosok Angga Dwimas Sasongko dan Quentin Tarantino ini.
Menjadi driver ojol membantu Syahril perlahan mewujudkan mimpinya
Syahril tahu bahwa jalan untuk mewujudkan mimpinya itu tidak mudah. Mimpinya pun juga bukan mimpi yang enteng. Tidak heran jika Syahril rela untuk memulai pekerjaannya sebagai driver ojol sejak pukul 06.15 pagi hingga pukul 22.00 malam. Syahril tahu betul, ada mimpi besar yang harus segera ia wujudkan.
Untungnya, Syahril merasa Gojek sangat membantunya. Bagi Syahril, setidaknya Gojek membantunya untuk memberikan lapangan pekerjaan, sehingga dia bisa mendapatkan penghasilan, yang mana penghasilan itu bisa dia gunakan untuk tabungan mewujudkan mimpinya. Ditambah lagi ada beberapa program intensif operasional dan asuransi atau jaminan kesehatan yang bisa dia pakai sehingga penghasilannya tidak banyak terpakai untuk alokasi lain. Syahril bisa fokus untuk mengalokasikan penghasilannya dari driver ojol untuk mewujudkan mimpinya.
Di samping soal penghasilan, jam kerja menjadi driver ojol yang cukup fleksibel juga memungkinkan Syahril untuk memanfaatkan sela-sela waktunya untuk menjaga api mimpinya agar tak pernah padam. Syahril masih bisa berjejaring, membangun relasi dengan teman-temannya yang sudah terlebih dahulu berkecimpung di dunia kreatif, atau yang sudah bekerja di Production House.
Selain itu, fleksibilitas jam kerja sebagai driver ojol juga membantunya untuk tetap aktif di dunia kesenian tradisional. Ya, selain menjadi driver ojol, Syahril juga aktif di dunia kesenian Bantengan. Ternyata, di dunia kesenian Bantengan, Syahril tidak hanya bisa menyalurkan minatnya terhadap kesenian tradisional saja. Syahril, bersama teman-teman di kesenian Bantengan juga sedang menggarap sesuatu yang berhubungan dengan mimpi besarnya.
“Kebetulan juga di bulan ini ada semacam project film kecil-kecilan yang lagi saya garap bersama teman-teman dari kesenian Bantengan yang tertarik dengan film juga.” tukas Syahril. Syahril juga mengatakan bahwa ini jadi salah satu caranya untuk mewujudkan mimpi besarnya suatu saat nanti. Mimpi yang sudah saatnya disegerakan.
Menjadi driver ojol juga membuka kesempatan bertemu teman dan relasi baru
Syahril tentu sedang meniti jalan panjang, jalan yang tidak pernah mudah, jalan menuju mimpinya. Mimpi besar yang harus segera diwujudkan. Syahril adalah pemimpi. Dan sepanjang jalan meniti mimpinya, menjadi driver ojol adalah cara baginya memudahkan jalannya. Menjadi driver ojol benar-benar banyak membantunya. Tidak hanya dari segi penghasilan yang mana sebagiannya bisa ia tabung sebagai modal, namun juga segi relasi yang selama ini ia bangun selama menjadi driver ojol.
“Saya juga banyak menemukan teman teman dan relasi baru baik dari sesama driver, pihak resto (pemilik, karyawan), bahkan juga customer yang bisa saja, kapan pun usaha saya nanti berjalan, mereka-merekalah mungkin klien pertama yang akan saya jajaki. Mungkin juga mereka bisa jadi rekanan kerja saya nanti jika memang bidang mereka juga mungkin sama dengan yang akan saya tekuni.” pungkas Syahril.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.