Film dengan plot twist bertubi-tubi memang selalu menarik perhatian penonton. Apalagi jika genre-nya adalah horor thriller. Yakin, deh, keseruannya akan berlipat ganda. Pasalnya, alur ceritanya sulit ditebak. Bahkan, sampai akhir cerita pun, nggak jarang membikin penonton bingung sendiri sambil mbatin, “Ini maksudnya gimana, ya? Jadi, yang tadi itu kenapa? Kok bisa gitu?” Salah satu film yang sangat saya rekomendasikan untuk ditonton adalah The Call.
Film asal Korea Selatan dengan genre horor thriller ini tayang perdana di Netflix pada 27 November 2020. Diadaptasi dari film berjudul The Caller yang tayang pada 2011, dengan alur cerita yang nyaris serupa, The Call menawarkan detail cerita yang sedikit berbeda. Khususnya dari sisi sudut pandang pemeran utama.
Meski bertajuk horor thriller, The Call tidak serta merta memperlihatkan sekaligus menceritakan tentang hantu, pembunuhan, kejadian sadis, atau hal sebangsanya pada keseluruhan alur cerita. Semua digambarkan secara apik dan paripurna.
Kendati demikian, sewaktu menonton film ini, sangat disarankan untuk fokus dari awal hingga akhir cerita. Jika tidak, beberapa detail akan terlewat dan malah membikin bingung. Apa hubungan antara kejadian satu dengan kejadian yang lainnya. Pasalnya, semuanya saling berkaitan, saling berhubungan. Apalagi keseluruhan cerita mengandalkan perjalanan waktu secara acak atau maju-mundur.
Hal yang paling saya sukai dan sangat menarik dari The Call, selain alur cerita yang apik sekaligus epik, peran dari tiap karakter utama sangat mumpuni. Emosi yang diperlihatkan betul-betul tersampaikan dengan baik kepada para penonton. Ketakutan, kengerian, serta membuat merinding sangat padu. Polesan drama pun terbilang proporsional sehingga cerita tetap fokus pada horor thriller.
Fokus karakter pada film ini ada pada dua orang wanita yang sama-sama berusaha untuk mengubah takdirnya masing-masing di era berbeda dan berjarak 20 tahun, Seo-yeon dan Young-sook.
Secara menyeluruh, konflik yang terdapat dalam film The Call berkisar tentang bagaimana cara seorang wanita menghadapi perilaku manipulasi dari wanita lain yang misterius dan mengidap psikopat. Apakah harus dihadapi dengan cara yang lembut, cukup tegas, sama-sama manipulatif, atau bahkan diabaikan sama sekali. Trial and error pun sempat dilakukan, meski semuanya belum berjalan sesuai dengan keinginan.
Bagaimana mereka saling berbagi cerita dan berbalas kabar melalui telepon. Namun, di sisi lain punya kepentingan pribadi untuk mengubah takdir masing-masing. Tidak lupa juga ada sedikit penekanan terhadap perjalanan waktu. Lantaran mereka berdua melakukan komunikasi dengan gap 10 tahun. Mereka berdua, secara sadar, mengotak-atik takdir di masa depan dengan cara mengubah perilaku serta takdir di masa lalu.
Tidak terhitung ada berapa plot twist yang diselipkan dalam film The Call. Semua plot twist dikemas secara paripurna. Bahkan, ketika kalian mencoba menebak alur cerita atau plot twist-nya, boleh jadi, akan keliru. Beberapa opsi tebak-tebakan sudah coba saya lakukan, hasilnya malah nihil.
Mau menebak alur ceritanya akan A, ternyata bukan. Diarahkan ke alur cerita B, ternyata salah juga. Sampai akhir cerita dikemas seperti ini. Sang sutradara, Lee Chung-hyeon, sangat-sangat-sangat pintar dalam mengemas plot twist yang sangat proporsional dalam film The Call. Nggak ada obat, asli. Kalaupun kalian berhasil menebak alur ceritanya, tetap akan ada efek kejut yang seru dan menegangkan.
Satu yang pasti, film ini sangat direkomendasikan bagi kalian penyuka film dengan plot twist bertubi-tubi, penikmat film dengan genre horor thriller, atau pencinta film yang ketika menonton tidak ingin sama sekali menerka-nerka bagaimana alur ceritanya dari awal sampai akhir.
Saran saya, agar lebih merasakan sensasi ketegangan, saat menonton, matikan lampu ruangan atau kamar. Tetap fokus karena hampir keseluruhan cerita ada kaitannya. Ada sebab-akibatnya. Kejadian awal bisa menjadi petunjuk bagi kejadian berikutnya. Sedangkan beberapa detail yang tersirat oleh para aktor, merupakan bagian dari benang merah alur cerita.
Terakhir, The Call betul-betul menegaskan bahwa film bergenre horor thriller tidak melulu soal hantu, efek kejut, dan latar belakang suara yang menggemparkan. Selama penempatan plot twist-nya proporsional, ditambah alur cerita yang presisi, semuanya akan tetap menarik sekaligus menegangkan untuk ditonton.
Sumber Gambar: YouTube AL Fahri TLG
BACA JUGA Ngapain sih Orang Indonesia Berharap Terwakili Sama Film ‘Raya And The Last Dragon’? dan artikel Seto Wicaksono lainnya.