Mengumpulkan Alasan Nonton Film di Rumah Kurang Greget

Mengumpulkan Alasan Nonton Film di Rumah Kurang Gereget terminal mojok

Sudah lebih dari satu tahun pandemi Covid-19 melanda dunia. Seluruh bidang kehidupan umat manusia terpengaruh oleh pandemi ini, tidak terkecuali industri film dan bioskop. Banyak studio besar di Hollywood atau belahan dunia lainnya yang terpaksa harus melakukan proses pembuatan film dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat hingga mendistribusikannya via platform digital alih-alih lewat bioskop seperti biasanya. Jelas ini sangat merugikan insan perfilman dalam dan luar negeri.

Selama lebih dari satu tahun, saya pun terpaksa nonton film di rumah, hanya berbekal laptop saja. Dan saya pikir, meskipun yang saya tonton adalah film yang sangat bagus seperti Zack Snyder’s Justice League ataupun film-film lainnya, kok rasanya tidak segereget ketika nonton di bioskop. Begini alasannya.

#1 Kualitas audio visual yang seadanya

Kebanyakan orang saat ini terpaksa nonton film-film Hollywood terbaru via platform digital seperti Netflix, Disney Plus, HBO Go, maupun platform lainnya di laptop atau smartphone mereka. Seciamik apa pun filmnya, tidak akan bisa menandingi kualitas audio visual yang ditawarkan oleh bioskop. Jelas saja, kualitas audio visual laptop atau smartphone kan memang seadanya. Untuk mendekati kualitas audio visual di bioskop ya harus modal punya home theater sendiri di rumah.

#2 Banyak distraksi ketika nonton film di rumah

Jika kita cukup mampu memasang home theater di rumah untuk nonton film terbaru sekalipun, saya pikir masih ada hambatan lainnya, yakni ada begitu banyak distraksi di rumah. Di tengah-tengah nonton film pasti ada hambatan seperti WiFi yang tiba-tiba ngadat sehingga patah-patah saat nonton, orang tua yang tiba-tiba memanggil, atau bagi yang sudah punya anak, tiba-tiba anak menangis, ada kurir paket yang datang mengetuk rumah, jemuran yang harus diangkat karena hujan tiba-tiba turun, sampai tiba-tiba ada tamu yang mengetuk pintu rumah untuk bertamu.

Ini sangat berbeda ketika nonton film di bioskop. Biasanya ketika nonton di bioskop, kita sudah menyiapkan waktu khusus untuk nonton film tersebut sampai selesai dengan khusyuk karena sudah membayar biaya tiketnya. Dengan sengaja kita sudah menyelesaikan segala macam pekerjaan kita atau menundanya untuk konsentrasi nonton film terlebih dahulu. Kita juga sengaja menerapkan airplane mode pada smartphone agar tidak ada notifikasi sama sekali yang masuk. Konsentrasi kita fokus pada film karena tidak ada distraksi sama sekali.

#3 Pengalaman yang tidak bisa didapatkan pada home theater

Anggaplah kita cukup mampu memasang home theater di rumah dan sudah menyelesaikan segala macam pekerjaan sehingga tidak akan terganggu sama sekali ketika menonton. Anggap saja kita sudah memasang smartphone kita pada mode airplane, jemuran sudah diangkat, pintu pagar dan pintu rumah sudah dikunci rapat agar tidak ada gangguan, telepon rumah dimatikan, namun masih ada yang kurang, yakni pengalaman menonton yang tidak bisa didapatkan di rumah.

Seringkali saya nonton, apa pun genre film tersebut, ketika ada jokes yang diutarakan oleh tokoh yang ada di dalam film, saya tidak tertawa secara lepas dan hanya tersenyum biasa saja karena menonton seorang diri. Selucu apa pun jokes-nya, saya tidak tertawa lepas seperti ketika nonton film tersebut di bioskop.

Kenapa? Mungkin ini disebabkan karena penyebab saya tertawa sebetulnya bukan karena jokes yang diutarakan oleh tokoh yang ada di dalam film, tetapi karena suara tawa dari penonton random yang tertawa ketika mendengarkan jokes tersebut di bioskop. Kadang juga suka ada celetukan ketika ada adegan ciuman atau adegan di ranjang yang suka membuat saya tertawa karena celetukan jenaka dari penonton random yang saya temui ketika menonton di bioskop.

Ketika ada adegan yang spektakuler pun, misalnya plot twist yang tidak terduga, atau ketika tokoh yang kita sayangi atau kita benci meninggal dunia, saya akan memasang perasaan datar saja. Tapi ketika nonton di bioskop, akan ada tepukan tangan, makian, hingga isak tangis dari penonton yang ikut memainkan emosi kita ketika nonton film. Nonton film di rumah, apa pun genrenya, akan terasa hambar.

Sebelum pandemi, saya sering sekali nonton bioskop sendirian kalau tidak ada teman kencan untuk menonton film tersebut. Meski nonton sendirian dan studio cenderung sepi karena saya nonton di hari kerja dan di siang bolong, akan ada suara tawa penonton, isak tangis hingga tepuk tangan meriah ketika film tersebut sudah selesai dan dikemas dengan sangat ciamik. Beda sekali dengan menonton di rumah. Trust me.

Bahkan banyak sekali tweet dari para selebtweet yang mengatakan, “Kangen dibisikin all around you-nya Dolby Surround di bioskop”, yang jelas-jelas ini tidak bisa didapatkan di rumah meskipun punya home theater sekalipun.

Saya pikir, itulah alasan kenapa nonton film di rumah rasanya kurang gereget dibandingkan dengan nonton film di bioskop. Mudah-mudahan pandemi ini segera berlalu agar kita semua bisa menikmati film kesayangan di bioskop dan agar industri perfilman dunia dapat dengan segera pulih dari keterpurukan lantaran profit yang jauh berkurang karena hanya tayang secara digital saja, tidak di bioskop seperti sebelum adanya pandemi Covid-19 ini.

BACA JUGA Film ‘Soul’ Adalah Manual Book dari Fase Pascaremaja dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version