Menjadi operator line interaktif adalah salah satu pekerjaan paling mengasyikkan ketika saya masih menjadi kru kreatif. Sepintas tugasnya terlihat sederhana. Mengangkat telepon, briefing penelepon, dan menyiarkannya dengan memencet tombol on air. Bahasa awut-awutannya “jagain telepon”. Tapi, nggak sesederhana itu juga, Ferguso.
Item interaktif umumnya digunakan dalam rangka mencari pemirsa yang ingin berinteraksi dengan pengisi acara. Bisa bertanya pada narasumber atau berpartisipasi sebagai peserta kuis. Biasanya menggunakan pesawat telepon dengan sistem PABX yang memuat beberapa line (saluran) masuk dan keluar.
Bentuk interaktif pertama, yaitu penelepon bertanya dengan narasumber. Item ini biasanya ada di jenis program talkshow. Sistem kerjanya lebih sederhana dibandingkan kuis. Idealnya tersedia dua line untuk telepon masuk dan satu line untuk telepon keluar. Line masuk digunakan untuk menerima telepon pemirsa yang ingin ikut berinteraktif, sementara line keluar digunakan sebagai back up bila ada pemirsa dengan pertanyaan yang bagus, namun tiba-tiba sambungannya putus. Maka, operator akan menelepon blio dari data nomor telepon yang tercatat sebelumnya.
Akan tetapi, saya juga pernah bekerja hanya dengan satu line telepon masuk. Konsekuensinya akan lebih terburu-buru saat live. Lantaran setelah penelepon pertama selesai, saya harus segera mendapatkan penelepon berikutnya pada line yang sama, saat siaran live sedang berjalan. Cukup merepotkan, karena sebenarnya ada beberapa hal yang perlu dikerjakan operator sebelum “menayangkan” sang penelepon.
Pertama, saya harus mencatat nama penelepon, tempat tinggal, dan nomor telepon bila diperlukan (misalnya untuk penyaluran hadiah). Selanjutnya, saya perlu mengingatkan blio tema yang sedang dibahas dan menanyakan inti dari pertanyaan yang akan diajukan. Kalau kira-kira pertanyaan tersebut tidak sesuai tema atau cenderung “berbahaya”, maka saya akan mencari penelepon yang lain.
Untuk kuis interaktif, biasanya jauh lebih kompleks. Apalagi dalam waktu tiga sampai lima menit, sesuai durasi kuis pada umumnya, saya harus mendapatkan dua atau tiga pemenang. Semakin banyak line masuk yang bisa digunakan, sebenarnya akan semakin membantu pekerjaan sang operator. Kronologisnya seperti ini.
Line yang telah “terisi” akan ditunjukkan dengan lampu kedip pada perangkat telepon. Bisa saja dalam satu waktu, beberapa line akan berkedip bersamaan. Operator kemudian melayani penelepon satu per satu. Jangan salah, menyapa penelepon pun ada triknya.
Alih-alih membuka pembicaraan dengan, “Halo, selamat malam Bapak/Ibu. Program Kuis Milyader XTV dengan saya di sini. Ada yang bisa dibantu Pak/Bu?”, saya lebih suka to the point, “Halo, Kuis Milyader XTV. Mau ikut kuis Pak/Bu?” Hal ini tekait dengan durasi yang terus berjalan, sementara mendapatkan penelepon adalah tanggung jawab saya. Jadi, nggak perlu berbasa-basi bau.
Proses selanjutnya sama, yaitu mencatat nama, asal, dan nomor telepon. Penting untuk memastikan kembali nomor telepon tersebut, karena kalau salah mencatat dan ternyata blio menang, tentunya akan bermasalah dalam proses penyaluran hadiah.
Selanjutnya, operator harus mengajarkan pada penelepon bagaimana aturan kuisnya. Apakah ada kata atau kalimat tertentu yang harus diucapkan sebagai password misalnya? Bila ada, ajarkan password tersebut. Kalau perlu, simulasikan bila penelepon bolot sulit mencerna. Misalnya, “Pak, nanti kalau host-nya menyebut ‘apa pun makanannya?’ Bapak langsung jawab saja ‘Teh Sosor minumannya’. Begitu ya, Pak. Kita coba dulu sekarang ya, Pak.”
Hati-hati, password ini merupakan item krusial yang nggak boleh salah. Apalagi kalau terkait info produk sponsor. Walaupun sudah di-brief, tetap saja pada saat on air, peluang benar dan salahnya masih 50:50. Hal ini bisa terjadi karena penelepon bisa saja tiba-tiba gugup begitu sadar kalau dirinya sedang “masuk tipi”, siaran langsung pula yang ditonton jutaan orang se-Indonesia!
Dan kalau penelepon salah mengucapkan password, atau tergagap kebingungan, jelas sang operator lah yang menjadi sasaran omelan! Bisa-bisa saya dipelototin kru se-control room (ruangan untuk mengendalikan proses syuting), “Nggak di-brief ya peneleponnya?” Nah, nyebelin, kan?
Seteleh proses brief password kelar, kalau masih ada waktu, maka operator bisa menjelaskan tata cara kuis. Apakah penelepon langsung menjawab pertanyaan atau “bermain” memilih kotak dan gimmick lainnya. Bagian ini bisa dijelaskan, bisa juga tidak. Tergantung berapa banyak durasi yang bisa dimanfaatkan untuk briefing, dan seberapa cepat sang operator bisa menyampaikan informasi tersebut. Kalaupun miss tidak sempat dijelaskan oleh operator, maka beri tahu penelepon untuk menyimak rules yang disampaikan host.
Sampai sini, apakah kemudian saya bisa santai ngupi-ngupi, gibah, atau update status karena tetiba gabut? Oh, nggak bisa gitu. Karena sebagai operator telepon, saya kembali melakukan brief beberapa hal lagi kepada penelepon. Ini materinya:
#1 Harap menunggu, tahan telepon, jangan ditutup
Saya akan memberitahukan penelepon, kira-kira berapa menit lagi ia akan on air. Untuk kuis, saya akan memberi tahu kalau blio mendapat urutan on air yang ke berapa. Penelepon pertama di line pertama, penelepon kedua di line kedua, demikian seterusnya. Bisa saja penelepon tersebut menjadi back up kalau durasinya masih mencukupi. Jadi jelas, semakin banyak line masuk yang bisa digunakan, semakin membantu pekerjaan operator.
Kemudian saya akan memberitahukan Program Director kalau “caller standby”, dan Asisten Produser akan mengetik nama dan daerah asal penelepon pada alat Character Generator (CG) Inscriber. Ketika on air, maka identitas penelepon akan keluar dalam bentuk template di bagian bawah layar.
#2 Kecilkan suara TV, dengarkan audio melalui telepon
Pernah nonton acara kuis interaktif yang kemudian terdengar suara dengung atau gema yang mengganggu? Hal ini mungkin terjadi karena suara TV dari penelepon terlalu keras. Untuk mengantisipasi hal ini, maka sebelum on air, operator harus mengingatkan hal ini pada penelepon. Biasanya saya meminta blio untuk mengecilkan suara TV-nya terlebih dahulu, dan mendengarkan instruksi host melalui line telepon saja.
Bisa saja interaktif yang dilakukan berbentuk games atau gimmick seperti mengisi kolom ala TTS, atau memilih kotak tertentu di mana penelepon harus menyaksikan tayangan TV-nya. Sebaiknya, suara TV tetap dikecilkan saja. Suara tetap akan terdengar melalui pesawat telepon pemirsa.
Sebenarnya bisa saja “pekerjaan” ini dilimpahkan ke host pada saat on air. Namun, hal ini hanya akan menghambat kelancaran kuis, karena durasi beberapa detik yang terkesan terbuang percuma.
#3 Ingatkan kembali apa yang perlu disampaikan
Bila masih ada durasi menunggu sebelum on air, saya biasa memanfaatkannya untuk mengingatkan kembali apa saja yang harus dilakukan penelepon. Menghafalkan password, mengikuti instruksi host, mengecilkan volume TV, dan menjawab pertanyaan tentu saja.
Hal ini perlu dilakukan sesering mungkin. Bagaimanapun, penelepon adalah pemirsa “non-artis” yang nggak terbiasa “masuk tipi”. Bukannya nggak mungkin ini adalah momen pertama mereka mengikuti kuis live interaktif. Mereka mungkin belum pernah berinteraksi dengan artis secara langsung, nggak terbiasa menjadi “pusat perhatian” di mana semua orang menunggu-nunggu apa yang akan dikatakan, apa yang akan dijawab, atau melihat bagaimana reaksinya ketika “dikerjain” host.
Operator adalah orang pertama yang “berhubungan” dengan penelepon. Jadi menurut saya, operator lah orang yang bertanggung jawab untuk “membentuk” penelepon agar sesuai dengan konsep yang diinginkan. Dan pekerjaan ini baru bisa dilaksanakan dalam beberapa menit menjelang segmen interaktif dibuka. Dalam sekian menit, sang operator pun dituntut untuk bekerja cepat, teliti, dan khatam segambreng info yang harus di-brief ke penelepon.
Itulah sedikit sharing pengalaman saya ketika menjadi operator line interaktif, lebih lima belas tahun lalu. Paham, kan, sekarang kalau pekerjaan ini nggak sekadar “jagain telepon” doang?
BACA JUGA Menguak Alasan di Balik Pertanyaan Kuis Interaktif di TV yang Suka Nyeleneh dan tulisan Dessy Liestiyani lainnya.