Sudah menjadi kebiasaan banyak orang Indonesia, ketika masuk angin, alternatif utama yang dilakukan adalah dikerok sekaligus dipijit. Banyak masyarakat kita yang percaya, ketika masuk angin, dipijit adalah cara yang paling ampuh untuk mengeluarkan angin dalam tubuh. Entah melalui sendawa, bisa juga melalui kentut.
Persoalan lain yang sering kali terjadi dan ditemui adalah, yang mengeluarkan angin bukan hanya orang yang dipijit (masuk angin), tapi juga orang yang memijit.
Lha, kok bisa? Apalagi yang biasanya sendawa itu kan orang yang dipijit.
Ya, bisa aja. Dan hal ini sering kali terjadi. Bahkan, beberapa kali. Klean semua juga pasti pernah merasakan, kan? Jadi, jangan heran ketika kalian memijit seseorang yang masuk angin, kalian juga ikut-ikutan kentut dan/atau sendawa. Saya pun hampir selalu mengalami hal tersebut ketika mijit seseorang yang sedang tidak enak badan.
Usut punya usut, ada yang berpikir bahwa angin yang ada di dalam tubuh orang yang dipijit, mengalir begitu saja ke badan tubuh si pemijit. Wow, apakah benar seperti itu adanya?
Di samping itu, tidak sedikit pula yang menentang pernyataan tersebut dengan berkata, “Mana mungkin angin yang ada di dalam tubuh seseorang berpindah begitu saja ke orang lain?”
Parahnya lagi, ada seorang kenalan yang beranggapan, ketika memijit seseorang dan ia sendawa sangat keras, artinya orang yang dipijit punya penyakit yang mengkhawatirkan. Bagi saya, anggapan tersebut sudah berlebihan. Sebab, jika sudah menyangkut dengan kesehatan seseorang, baiknya melakukan pemeriksaan kepada pihak yang kompeten di bidangnya.
Karena penasaran dan agar tidak terjadi huru-hara, serta pertentangan dalam dunia peranginan pijit-memijit yang menghasilkan sendawa, saya coba mencari tahu secara mandiri sekaligus melakukan riset sederhana untuk mengetahui asal-usul sendawa yang dikeluarkan oleh pemijit ketika memijit orang lain.
Seorang teman pernah diceritakan oleh orang tuanya, yang juga mendengar hal ini dari orang terdahulu. Konon, ketika seseorang memijit orang lain hingga dirinya sendiri yang sendawa, tandanya memiliki kemampuan/bakat memijit.
Teori tersebut dipercaya secara turun-temurun di ruang lingkup keluarganya. Namun, tentu belum bisa divalidasi secara utuh kebenarannya. Bagaimana dengan seseorang yang biasa memijit, tapi tidak mengeluarkan sendawa? Apakah artinya tidak berbakat menjadi tukang pijit? Kan, nggak gitu juga.
Kendati demikian, hal tersebut bisa menambah sedikit pengetahuan saya tentang persoalan ini dari sudut pandang yang berbeda. Dan untuk mendapatkan kembali khasanah dalam persendawaan ketika memijit orang lain, saya tetap bertanya ke salah satu teman saya yang berprofesi sebagai fisioterapi.
Menurut pengetahuan yang ia punya ketika belajar tentang fisioterapi sewaktu kuliah, tubuh/fisik seseorang bisa menyerap energi dari tubuh orang lain. Energi di sini bisa berarti sesuatu yang tengah dirasakan seseorang, baik dalam kondisi sehat maupun sakit, misalnya saja saat masuk angin.
Ketika seseorang masuk angin dan akhirnya dipijit oleh orang lain, artinya ada kontak langsung. Dari kontak langsung itu, energi negatif berupa masuk angin akan terhubung kepada tubuh si pemijat, dan akan keluar dalam bentuk sendawa.
Sebagai pembanding dan untuk menambah wawasan, saya pun melakukan penelusuran di internet. Mengutip dari Alodokter, sendawa adalah salah satu cara tubuh dalam mengeluarkan gas secara alami. Sendawa bisa terjadi karena beberapa kondisi, di antaranya efek samping obat tertentu, gangguan kecemasan, berpakaian ketat, atau menderita penyakit tertentu.
Sedangkan dari informasi yang saya baca di Detik Health, sendawa bisa diartikan sebagai tanda terjadinya peredaran darah dalam tubuh, termasuk pada sistem pencernaan. Dengan meningkatnya peredaran darah dalam tubuh, dapat membantu mengaktifkan kembali organ tersebut, sehingga dapat membuang udara yang tidak diperlukan dalam tubuh.
Dari penjelasan tersebut, saya mendapat insight bahwa, sendawa ketika memijit tidak terjadi dan berlangsung begitu saja. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan kita semua sendawa, bahkan saat memijit sekalipun. Jadi, ketika kita sedang memijit orang lain dan ikut sendawa, coba diingat lagi, sebelumnya kita makan apa, bagaimana pakaian yang dikenakan, dan lain sebagainya.
Atau bisa jadi, sendawa yang berasal dari si pemijat hanya sugesti belaka. Barangkali dalam waktu mendatang ada penelitian lebih lanjut tentang hal ini, mohon segera dipublikasikan kepada khalayak agar tidak terjadi simpang-siur berkelanjutan, Gaes.
BACA JUGA Liverpool yang Juara, Kenapa MU yang Dihina? Norak! dan tulisan Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.