Menebak Prioritas Ducati Setelah Berpisah dengan Andrea Dovizioso

Andrea Dovizioso ducati mojok

Andrea Dovizioso ducati mojok

Baik Andrea Dovizioso maupun Ducati telah menyatakan sikap resmi bahwa masing-masing pihak tidak akan melanjutkan kerjasama untuk musim 2021. Sejak penundaan gelaran MotoGP yang diakibatkan pandemi Covid-19, santer dikabarkan proses negosiasi perpanjangan Dovizioso dengan pabrikan Italia tersebut berlangsung alot.

Perkara nominal gaji disebut-sebut sebagai penghalang utama bagi keduanya untuk mencapai kata sepakat. Situasi pandemi membuat industri otomotif mengalami pukulan telak, akibatnya tim-tim pabrikan di MotoGP turut ditimpa masalah keuangan. Dalam nilai kontrak baru yang disodorkan pihak Ducati pada Andrea Dovizioso, dikabarkan bahwa terdapat pemotongan gaji dari kontrak sebelumnya yang diperkirakan mencapai angka 6,5 juta euro per-musimnya menjadi sebesar 2,5 juta euro saja. Desmodovi tak menginginkan adanya pemotongan nilai kontrak tersebut, sehingga penyelesaian kontrak baru menjadi rumit hingga sebelum balapan di Brno pekan lalu.

Perkara kondisi kas, pabrikan Jepang seperti Honda, Yamaha, dan Suzuki bernasib lebih baik ketimbang pabrikan Eropa macam Ducati, KTM, dan Aprilia. Seperti yang kita ketahui, Honda, Yamaha, dan Suzuki memang menjual produk sepeda motor untuk pemakaian harian yang menjadikan produk industri motor Jepang lebih komersial ketimbang Ducati, KTM, dan Aprilia yang menjual motor-motor dengan kualitas jempolan namun mahal.

Hal tersebut menjadikan Honda, Suzuki, dan Yamaha hampir semuanya telah memastikan susunan pembalap untuk musim balap 2021. Bandingkan dengan tim pabrikan Eropa, selain KTM, susunan pembalap untuk musim depan remang-remang. Baik Aprilia maupun Ducati belum memastikan siapa saja pembalap yang akan memacu kuda besi racikannya.

Masalah finansial tersebut yang kira-kira memengaruhi proses negosiasi kontrak Andrea Dovizioso dengan Ducati hingga berjalan sedemikian kompleks. Tidak seperti kala Ducati mengamankan tandatangan Jack Miller untuk musim 2021 yang telah dirampungkan beberapa bulan silam.

Santer disebutkan bahwa Ducati menjadikan Jorge Lorenzo sebagai prioritas utama pengganti runner-up kejuaraan MotoGP tiga kali beruntun tersebut. Di belakang Lorenzo, terdapat nama Francesco Bagnaia dan Johann Zarco yang juga disebut tengah dibidik oleh Ducati. Di balik santernya penyebutan Lorenzo sebagai pengganti Dovizioso, kemudian muncul pernyataan yang menggelitik. Apakah benar prioritas Ducati saat ini benar-benar soal uang?

Lorenzo sendiri diketahui merupakan salah satu rider dengan bayaran termahal di MotoGP. Gajinya saat membela Ducati pada medio 2017 hingga 2018 lalu adalah sebesar 12,5 juta euro per-musimnya. Situasi tersebut menggambarkan betapa Ducati akan kerepotan menggaji Jorge Lorenzo.

Tapi ingat, Lorenzo pernah mau menurunkan gajinya. Maka besar kemungkinan Lorenzo tetap menerima pinangan Ducati. Alasannya, Lorenzo ingin membuktikan bahwa sosoknya masih kompetitif di MotoGP. Meski, Lorenzo sempat tampil buruk bersama Honda tahun lalu. Jangan lupakan juga ambisi Lorenzo untuk membalas dendam pada Honda. Lorenzo dianaktirikan dirinya selama berseragam oranye Repsol yang lebih memprioritaskan Marc Marquez.

Dugaan prioritas Ducati selanjutnya adalah peremajaan skuad. Usia Dovizioso yang telah berusia 35 tahun pada 2021 mendatang dianggap sudah melewati puncak performa sebagai seorang rider MotoGP. Nama Pecco Bagnaia yang masih berusia 23 tahun apabila diduetkan dengan Jack Miller (25) akan relevan untuk wacana peremajaan ini. Namun menilik nama Jorge Lorenzo yang didapuk sebagai prioritas, dugaan ini tidak relevan. Johann Zarco sebagai prioritas terakhir juga memasuki usia kepala tiga pada musim 2021 mendatang.

Jika kemungkinan bukan uang dan alasan peremajaan, apa yang kemudian sebenarnya menjadi prioritas Ducati dalam melengkapi susunan pembalapnya? Wacana yang paling mungkin adalah masalah performa.

Walaupun sejak musim 2017 Dovizioso selalu konsisten membawa Ducati bertengger di papan atas, Ducati sepertinya berekspektasi lebih terhadap pembalap-pembalapnya umtuk dapat mematahkan dominasi Marc Marquez. Saya rasa Desmosedici GP17 dan GP18 adalah produk rakitan Ducati yang jempolan dan setidaknya mampu meraih satu gelar juara MotoGP sebagai motor yang mampu membuat pusing kepala Marc Marquez dan Honda. Marquez bahkan dikabarkan mengajukan permintaan khusus pada Honda untuk membuat motor RC213V menjadi lebih powerful guna mengatasi kekuatan Ducati di trek lurus.

Dengan kapabilitas motor yang oke, tentu saja Ducati setidaknya mengharapkan gelar juara dari Dovizioso. Saya melihat justru ketidakyakinan ada di pihak Ducati. Dengan usia yang tak lagi muda, Dovizioso diperkirakan tidak akan berkembang secara signifikan lagi.

Dugaan ini dibuktikan dengan pendekatan Ducati terhadap dua sosok rider top, yakni Marc Marquez dan Maverick Vinales. Marquez dianggap tidak akan terlalu sulit beradaptasi dengan Ducati karena dirinya sudah terbukti mampu menjinakkan Honda RC213V yang liar. Sedangkan pendekatan terhadap Vinales saya pikir adalah suatu pembuktian bahwa sejatinya Ducati berani mengambil resiko untuk mencoba orang-orang baru guna menggantikan peran Andrea Dovizioso sebagai sosok rider utama.

Karena seperti yang kita ketahui, Vinales yang merupakan pembalap Yamaha dinilai akan kesulitan menjinakkan Desmosedici karena terbukti perpindahan rider dari Yamaha ke Ducati tidak selalu berjalan mulus. Sebut saja Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, meskipun keduanya mampu juara dunia bersama Yamaha, namun adaptasi Rossi dan Lorenzo dengan Ducati tidak berlangsung baik. Situasi tersebut menggambarkan betapa sesungguhnya Ducati mencoba mencari referensi alternatif selain Dovizioso dalam usaha mengganggu dominasi Marc Marquez di MotoGP.

Uang tentu saja masih menjadi problematika utama bagi Ducati. Namun rasa haus akan kemenangan yang menyerang pabrikan asal Italia tersebut juga mesti disalurkan. Dengan demikian, Jorge Lorenzo adalah pilihan terbaik saat ini. Merekrutnya tidak akan sulit, berstatus sebagai test rider bagi Yamaha untuk musim 2020 ini, Lorenzo akan dengan senang hati menerima pinangan umtuk kembali terjun ke lintasan sebagai pembalap utama. Pembalap kelahiran tahun 1987 tersebut akan sangat berhasrat untuk kembali menunjukkan taringnya usai menjalani satu musim yang berat ketika berseragam Repsol Honda.

Kini, Lorenzo dan Ducati mempunyai kesatuan visi, yakni menggulingkan Honda dan Marc Marquez. Saya pikir ambisi tersebut akan mengalahkan hal-hal yang berhubungan dengan uang sehingga akan mengatasi permasalahan finansial Ducati yang goyah diterpa pandemi. Ya, Lorenzo adalah opsi yang oleh Ducati layak dijadikan prioritas.

BACA JUGA Lagu “Kangen” Dewa 19, Tembang Tumpuan Kerinduan Lintas Generasi dan tulisan Damar Senoaji lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version