Menebak Misteri: Siapa yang Bekerja pada Lirik Lagu Mendung Tanpo Udan?

Menebak Misteri: Siapa yang Bekerja pada Lirik Lagu Mendung Tanpo Udan? terminal mojok.co

Menebak Misteri: Siapa yang Bekerja pada Lirik Lagu Mendung Tanpo Udan? terminal mojok.co

Dalam dinamika kehidupan ini, ada banyak sekali hal yang bersifat misteri. Mulai dari kapan pulangnya Bang Toyib? Siapa sosok suami pada gambar kaleng biskuit Khong Guan? Sampai dengan pertanyan kapan PPKM pandemi ini selesai?

Tentu saja tidak semua hal bisa kita temukan jawabannya. Hal yang bisa kita lakukan hanyalah mengira-ngira atau menebak suatu misteri tersebut.

Nah, belakangan ini ada misteri baru yang ramai diperbincangkan di jagat maya, yakni kejanggalan dalam salah satu lirik lagu “Mendung Tanpo Udan” yang sering dinyanyikan oleh musisi spesialis lagu Jawa, seperti Ndarboy Genk, Denny Caknan, Happy Asmara, Woro Widowati, sampai pendatang baru, Yeni Inka.

Awak dewe tau duwe bayangan
Besok yen wes wayah omah-omahan
Aku moco koran sarungan
Kowe belonjo dasteran

Kurang lebih begini jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

Diri kita pernah punya angan-angan
Besok jika sudah waktunya berumah tangga
Aku membaca koran pakai sarung
Kamu belanja pakai daster

Dari penggalan lirik lagu tersebut, sekilas terasa sekali aroma romantis dalam hubungan rumah tangga. Penggunaan diksi sarung dan daster, terasa sangat sederhana dan sangat relate bagi kaum dengan ekonomi menengah ke bawah seperti saya.

Namun, jika diamati dengan saksama, maka kita akan menemukan kejanggalannya, yakni, kalau si suami baca koran, kemudian si istri belanja, lantas yang kerja siapa?

Misteri di lagu “Mendung Tanpo Udan” ini membuat banyak netizen berspekulasi karena teka-teki ini muncul secara sentimentil di tengah naik daunnya lagu tersebut di dunia hiburan. Sebagai penikmat musik-musik bergenre “loroh ati tetep dijogeti”, saya juga memiliki tebakan. Tentu saja tebakan saya ini adalah hasil dari riset dan perdebatan cukup panjang dengan diri sendiri.

#1 Positif saja, mungkin mereka sif siang

Secara logis dan empiris, membaca koran tidak setara dengan perjuangan mendapatkan gebetan yang membutuhkan waktu cukup lama. Sama halnya dengan belanja yang hanya membutuhkan waktu 1-2 jam saja. Apalagi si cewek hanya menggunakan daster. Dalam bayangan saya, cewek yang pergi ke pasar dengan hanya memakai daster, tidak memerlukan waktu yang lama untuk merias diri sehingga kalau mau pergi belanja, ya tinggal pergi aja tanpa fafifu. Maka, baik si cewek maupun si cowok, tetap bisa bekerja pada sif siang dengan riang dan gembira.

#2 Masih PPKM, bisa saja kerja dari rumah

Ada kemungkinan kalau lirik lagu tersebut menggunakan setting waktu saat pandemi. Konsekuensi logisnya adalah kebijakan PPKM yang membuat banyak orang harus bekerja dari rumah. Tentu saja yang bekerja dari rumah adalah orang biasa. Gambaran menggunakan sarung dan daster sudah jelas menunjukkan identitas bahwa mereka orang biasa. Kalau orang yang luar biasa tentu saja tidak akan di rumah, melainkan work from Bali.

#3 Dana pensiunan

Kemungkinan selanjutnya adalah menggunakan dana pensiunan. Sekarang coba bayangkan, memangnya siapa sih yang masih membaca koran di pagi hari? Yaktul, kebanyakan adalah bapak-bapak yang sudah sepuh. Oleh karena itu, saya menduga kalau romantisasi tersebut dilakukan oleh orang-orang yang sudah berumur. Nah, ketika sudah berumur, mereka bisa saja mengandalkan dana pensiunan untuk kehidupan sehari-hari. Artinya mungkin saja mereka memang sudah tidak bekerja (mungkin lho), kemudian menggunakan dana pensiun untuk menikmati kehidupan romantis secara paripurna.

#4 Nggak ada

Lah, kan, cuma khayalan. Artinya, saat ini mereka belum menikah dan bekerja. Ya, kan, bebas toh mengkhayalkan apa saja. Ini adalah alasan kenapa lirik selanjutnya lagu “Mendung Tanpo Udan”, “Nanging saiki wes dadi kenangan aku karo kowe wes pisahan” (Tapi sekarang sudah menjadi kenangan, aku dan kamu sudah berpisah). Mungkin karena mereka sadar kalau suami baca koran, kemudian istri belanja, lantas yang kerja siapa? Akhirnya, hubungan mereka pun kandas karena yang mereka bayangkan kurang realistis. Yaktul, rumah tangga yang hanya mengandalkan romantisasi adalah sebuah keniscahyaan.

Sumber Gambar: YouTube DC. Production

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version