Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mencoba Positive Thinking pada Orang yang Bilang ‘OTW’ tapi Malah Ngaret

Elif Hudayana oleh Elif Hudayana
29 Desember 2020
A A
Mencoba Positif Thinking pada Orang yang Bilang 'OTW' tapi Nggak Sampai-sampai Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Sejak gadget menjadi piranti elektronik yang nggak terpisahkan dari manusia, semua hal menjadi sangat mudah. Order makanan, jual berbagai barang, baca berita, bertukar kabar dengan orang nan jauh di sana, pun bikin janji. Rasanya, membuat janji ketemu pun segampang itu dilakukan karena hanya perlu dilakukan via medsos yang selalu menemani kegabutan kita. Namun, kemudahan membuat janji ini juga memudahkan mereka (padahal saya dan kamu juga) menyepelekan janji tersebut. Memang sih budaya ngaret sulit dipisahkan dari masyarakat kita. Mulai dari acara instansi pemerintah tingkat kota, tingkat sekolah sampai janji ketemu individu, sudah dipastikan sering ngaret.

Dalam budaya ngaret ini bisa saja kita menyalahkan faktor kedisiplinan dan manajemen waktu individu atau panitia acara yang jelek. Tapi, mari coba berpikir lebih luas untuk memahami orang ngaret dengan kacamata positif. Biar apa? Biar kita ikhlas dan tetap berlapang dada menjadi korban yang disia-siakan waktunya. Nah, rugi kok harus ikhlas? Soalnya kalau kita marah, urusan malah jadi berabe, nggak kelar-kelar. Terus? Nih, baca saja beberapa alasan yang mungkin mereka rasakan sehingga terpaksa harus ngaret.

#1 Tukang ngaret sebenarnya orang tepat waktu yang selalu dikhianati

Biasanya, seorang korban akan berpotensi meniru perbuatan pelaku. Misalnya nih, ada anak yang pernah jadi korban perundungan, nah bisa jadi ke depannya kelak dia akan menjadi pelaku bullying anak lain. Sama halnya dengan ngaret. Bisa jadi, orang yang ngaret adalah korban dari teman-temannya yang hobi ngaret.

Jelasnya gini, sebenarnya doi adalah tipe yang disiplin dan tepat waktu. Namun setiap kali bikin janji, ndilalah teman-temannya atau acara yang akan dia hadiri selalu molor. Nah, kebiasaan ini nggak cuma terjadi sekali dua kali. Karena lelah terus-terusan menjadi korban, dia memutuskan ngaret juga sebagai motif balas dendam biar teman-temannya merasakan apa yang dia rasakan. Pun usaha antisipasi jika dirinya harus jadi korban lagi, mending ngaret sekalian. Gitu loh.

#2 Tukang ngaret sebenarnya orang yang sangat tepat waktu

Saya curiga bahwa orang yang ngaret itu sebenarnya orang yang sangat tepat waktu. Sejak dari rumah, dia sudah memperhitungkan betul jarak rumah ke tempat tujuan dengan kecepatan kendaraan yang akan ia tempuh. Katakanlah butuh waktu 30 menit, tepat setengah jam sebelum waktu janjian itu dia sudah jalan.

Tapi, kita nggak boleh lupa kalau sesuatu yang berlebihan itu nggak baik. Dia sangat tepat waktu, sampai keterlaluan tepatnya. Waktu yang mepet persis itu lagi-lagi direcoki oleh kejadian tak terduga di jalan. Entah lupa bawa dompet jadi harus balik lagi, antrean di pom bensin yang terlalu panjang, atau kejebak macet karena ada iring-iringan mobil Presiden yang sedang melakukan kunjungan ke daerah sampai-sampai anak SD disuruh berjejer di pinggiran jalan untuk menyambutnya. Nah, kejadian di luar perkiraan ini yang bikin dia ngaret.

#3 Penyesuaian lingkungan

Masih ingat kan teori seleksi alam? Alasan ke sekian yang bikin orang ngaret adalah mereka hanya sedang melakukan yang semestinya dilakukan. Keyakinan yang bertahan adalah yang terkuat, maka mereka melakukan penyesuaian lingkungan. Karena masih ingin eksis di lingkungannya, mau nggak mau orang-orang ini harus membaur dan mengikuti kebiasaan molor orang-orang sekitarnya.

Alasan ini menurut saya sangat rasional. Gimana nggak rasional, wong hal ini semata-mata dilakukan untuk mempertahankan diri. Mereka seperti terinspirasi dari quote orang bijak yang kurang lebih begini bunyinya: jika kamu nggak bisa melawan musuhmu, maka jadilah bagian dari musuhmu. Kalau kamu nggak kuat menghadapi teman-temanmu yang punya jam ngaretnya minta ampun, ikut ngaret saja sekalian. Kelar, kan?

Baca Juga:

Kenapa ya Praktik Dokter Tutup Sabtu-Minggu dan (Nyaris) Selalu Ngaret?

Membandingkan 3 Alasan Saat Ngaret Janjian, Mana yang Paling Fafifu?

#4 Korban ngaretnya orang lain

Dari sekian banyak alasan, menurut saya alasan ini yang paling terlihat menyedihkan. Dari dalam lubuk hati yang paling dalam, sebenarnya dia nggak bermaksud ngaret sedetik pun. Hanya saja, ia menjadi korban orang lain yang ngaret hingga janji temu selanjutnya pun ikut tertunda. Mau menyalahkan orang lain di depan orang lain, nggak etis. Dibilang tukang ngaret pun nggak terima. Susah deh pokoknya jadi korban gitu. Ujung-ujungnya apa? Ada korban lain lagi dan harus terima disalahkan. Oh kasihan, aduh kasihaaan…

Seperti mata rantai yang nggak ada ujungnya, hal ini yang menjadikan budaya ngaret terus lestari. Nggak apa-apa ngaret selagi masih manusiawi, tapi lebih manusiawi lagi kalau bisa sesuai janji, sih. Paling penting lagi, jangan kapok jadi korban OTW tapi nggak sampai-sampai yhaw~

BACA JUGA Penganan dari Kabupaten Batang yang Hanya Bisa Dijumpai pada Momen Tertentu dan tulisan Elif Hudayana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Desember 2020 oleh

Tags: ngaret
Elif Hudayana

Elif Hudayana

Seorang dengan satu mulut dua telinga yang sedang belajar mendengarkan orang lain.

ArtikelTerkait

Membandingkan 3 Alasan Saat Ngaret Janjian, Mana yang Paling Fafifu Terminal Mojok

Membandingkan 3 Alasan Saat Ngaret Janjian, Mana yang Paling Fafifu?

26 Februari 2021
Kenapa ya Praktik Dokter Tutup Sabtu-Minggu dan (Nyaris) Selalu Ngaret?

Kenapa ya Praktik Dokter Tutup Sabtu-Minggu dan (Nyaris) Selalu Ngaret?

16 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.