Ramadan telah usai. Setelah 30 hari kenyang dihujani dengan ajakan tobat, bulan Syawal adalah momen reinkarnasi untuk jadi pribadi yang lebih baik. Salah satu yang saya harapkan bisa ikut memanfaatkan kesempatan ini adalah para satpam kampus. Sudah saatnya mereka insaf dari perbuatan zalim pada mahasiswa.
Tugas utama satpam adalah waspada terhadap berbagai ancaman yang sekiranya bisa mengganggu keamanan. Wajar jika para jagabaya ini memiliki hubungan yang begitu romantis dengan kunci, gembok, dan berbagai jenis pintu. Namun, cinta yang berlebihan memang tak pernah baik. Berahi satpam-satpam untuk mengunci pintu ini seringkali muncul dengan terburu-buru.
Saya sendiri pernah menolong teman-teman yang terkunci di salah satu lantai atas sebuah gedung kampus. Kala itu, saya mesti menjadi terdakwa dengan para satpam ini selaku hakimnya. Mereka mengintrogasi angkatan, jurusan, dan keperluan mereka yang terkunci. Sedangkan saya, berganti bertanya alasan pintu gedung yang sudah dikunci sebelum waktunya.
“Masa kami suruh nungguin orang ngobrol?” Jawab salah satu dari mereka ketika saya menjawab masih ada keperluan rapat. Saya tahu, sidang tersebut tidak mungkin saya menangkan. Terpaksa saya terima ocehan-ocehan itu.
Baca halaman selanjutnya….