Menanggapi Tulisan Tidak Perlu Memberi Tip Untuk Ojol: Melihat Driver Ojol dan Orang Lain Bersyukur Itu Tak Ternilai

ojol

ojol

Sebelumnya ada dua hal yang ingin saya tegaskan, pertama, tulisan ini hanya sekadar menanggapi tulisan yang sedang ramai dan cukup banyak yang kontra di kolom komentarnya. Terakhir saya cek bahkan menyentuh angka 260 lebih komentar—pagi ini saya cek sudah di angka 352. Ya, wajar saja jika akhirnya tulisan mengenai tidak perlu memberi tip ke ojek online (ojol) menjadi featured bahkan trending di laman Terminal Mojok.

Penegasan kedua, selama tulisan ditanggapi tulisan, semoga tidak perlu ada pihak yang baper. Tidak ada niat aji mumpung apalagi menyamai rekor komentar yang sampai 300-an lebih. Seperti tulisan sebelumnya mengenai Indomaret dan Alfamart, semuanya terasa menyenangkan jika saling menanggapi dari sudut pandang yang berbeda. Seperti mendapat wawasan baru yang tidak terpikirkan sebelumnya—dari membaca.

Saya tidak tahu, apakah yang berkomentar di tulisan itu membaca secara utuh atau hanya membaca judulnya saja. Kalau hanya dari judul, saya bisa memahami jika banyak yang tidak setuju bahkan sampai mendoakan yang tidak-tidak kepada penulis. Coba baca dengan seksama tulisannya, bahkan pada intinya penulis tidak mengajak orang banyak untuk tidak memberikan tip. Dia jelaskan pula dalam agama harus saling berbagi.

Tapi sebentar, tahan amarah dan rasa curiga kalian dulu. Saya bantu klarifikasi bukan karena sebelumnya sudah dibayar oleh penulis sebelumnya. Hanya sekadar meluruskan dan mengajak yang lain untuk membaca secara utuh dan tanpa prasangka pada setiap tulisan yang ada—bukan hanya dari judulnya saja.

Memang, tidak ada kewajiban bagi pelanggan untuk memberi tip. Driver pun tidak memiliki hak untuk meminta tip. Tip itu diberikan secara sukarela oleh pelanggan sebagai bentuk rasa terima kasih karena pelayanan yang dirasa baik, memuaskan, atau dianggap pantas—selain dari ingin membantu. Tak jarang si penerima tip pun merasa senang karena mendapat uang tambahan selain dari upah pokok yang diterima.

Saya sendiri memang tidak selalu memberi tip jika sedang menggunakan ojol, tapi tidak serta merta mempertanyakan “biar apa sih?”. Sebab hal itu merupakan pertanyaan retoris—bisa dijawab dan akan terjawab dengan sendirinya. Ya untuk menambah rezeki dan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya, lah, Richard.

Memangnya hanya kita-kita saja yang punya keinginan, harapan, atau cita-cita? Mereka—para driver ojol—pun pasti punya. Untuk menyekolahkan anak, kuliah, membantu orang tua, jalan-jalan, membeli barang yang diinginkan, menabung, masih banyak lagi. Dan beberapa hal itu akan terwujud jika ada rezeki lebih—melalui tip yang diberi tiap pelanggan salah satunya.

Selayaknya pelanggan lain, saya pun jika ada rezeki lebih pastinya akan menyisihkan sedikit untuk driver apalagi jika pelayanan dirasa memuaskan dan memanjakan, rasa bersalah biasanya saya rasakan jika tidak memberi tip. Seandainya sedang tidak ada uang lebih, paling tidak saya menyampaikan kata maaf. Untuk menyampaikan rasa terima kasih, itu sudah menjadi kewajiban.

Dan perlu diketahui, jika diberi tip atau ada uang lebih walau hanya 2000 rupiah, melihat para driver ojol bersyukur dan tersenyum itu priceless—tak ternilai—seringkali saya terharu. Bagi saya atau kebanyakan dari kita mungkin akan berpikir “ya itu kan hanya 2000”, tapi tidak bagi mereka. Dengan nominal itu rasanya seperti ada bonus dan uang tambahan. Belum lagi jika bersyukur, rezeki dan kenikmatan akan bertambah—seperti yang dijanjikan Tuhan.

Ekspresi dan rasa syukur dari para driver yang tak ternilai itu lah yang membuat saya rasanya perlu untuk memberi tip walau tidak seberapa. Sebab, jika menyenangkan dan membahagiakan orang lain, tentu hal tersebut akan berbalik. Karma tidak melulu soal hal negatif atau buruk, toh? Ada pula karma yang berkenaan dengan hal baik.

Memang, jika tidak memberi tip pun bukan berarti pelit atau tidak ingin menyenangkan orang lain, bisa jadi memang pelanggan punya keperluan lain. Jika saling memahami soal prinsip “rezeki nggak akan tertukar dan nggak ke mana-mana” mungkin akan lebih menyenangkan karena tidak akan ada beban saat saling berbagi rezeki.

Ya, minimal berbagi senyuman dan mengucap terima kasih, karena senyuman itu dapat bernilai ibadah jika ikhlas dan tulus. Dan untuk ungkapan terima kasih, janganlah sungkan apalagi pelit dalam mengucapkan hal tersebut atas dasar kebaikan dan apa yang sudah dilakukan oleh driver ojol. Meski tidak ada tip, paling tidak usaha mereka diapresiasi dengan baik.

Exit mobile version