Mempertanyakan Keputusan Mantan yang Tiba-tiba Ngilang setelah Sidang Skripsi

Indofood Riset Nugraha, Solusi Mengerjakan Skripsi Tanpa Biaya skripsi mojok.co

Ilustrasi mengejakan skripsi. (Shutterstock.com)

Setelah sidang skripsi kelar, dia menghilang tanpa kabar. Atiku rapopo kok, rapopo. 

Selama masih berkisah tentang mantan di Terminal Mojok, tanda kalau perjalanan cinta saya masih enggan berakhir di pelaminan. Masih banyak “sampah” masa lalu yang nyaris membusuk di hati, dan sepertinya perlu saya buang satu persatu. Watuuu..

Pertemuan pertama saya sama perempuan ini terjadi di kampus putih, kampus rakyat, kampus perlawanan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tepat di tengah riuh demo (bakar ban) menentang kenaikan BBM di Pertigaan Revolusi UIN Jogja, perasaan saya berbunga-bunga. Ya, saya terpikat sama mahasiswi semester delapan, yang saya temukan di dekat Pos Polisi saat mengikuti aksi.

Sama seperti pejantan tangguh pada umumnya, saya cukup royal sama doi. Sebulan masa PDKT, saya lah yang rutin traktir makan. Apa pun kemauannya, selagi dompet masih tebal, saya turuti. Lha gimana, wis kadung tresno, je. Lautan pun ku seberangi. Nggo kapal tapi, mosok renang, edan po.

Nasib baik menghampiri. Selama dua bulan PDKT, semua lancar jaya dan nggak ada masalah yang berarti. Kami lebih sering pergi ke bioskop, makan mi instan di burjonan, hingga menemani doi ngerjain skripsi di perpustakaan. Akhirnya, saya berhasil mencuri hatinya. Doi terima rasa cinta ini dengan bahagia.

Selama pacaran, nyaris setiap hari saya mengikuti aktivitasnya mengerjakan tugas akhir. Mulai dari penelitian, nyebar kuesioner, sampai nulis di perpustakaan pun, saya temani. Sungguh pacaran yang positif, akademis, dan ramah lingkungan.

Totalitas saya membantu doi mengerjakan skripsi memang nggak perlu diragukan lagi. Barangkali inilah yang disebut jatuh cinta itu. Demi bisa membahagiakannya, saya (ikhlas) tiap hari duduk di perpus dan membantu mencari buku-buku untuk dijadikan referensi. Lebih dari itu, demi kelancarannya menjelang sidang, saya juga aktif bolak-balik print naskah berjilid-jilid di Sapen pakai duit pribadi.

Waktu itu, saya sendiri sebenarnya belum skripsian. Jangankan ngajuin judul penelitian, lha wong KKN saja tertunda gegara belum memenuhi syarat kok. Tapi, ya, saya tidak peduli, yang penting bisa menyenangkan hati gadis berkulit kuning langsat itu.

Namun, perkiraan saya meleset nyaris 180 derajat. Ternyata nggak semua benih yang sudah saya tebar, akan tumbuh sempurna, dan bisa segera saya panen. Setelah sidang skripsi, perempuan yang saya harapkan kelak menjadi pendamping hidup itu, seperti hilang tanpa jejak. Chat saya mendadak nggak pernah dibales dan nggak pernah mau diajak ketemu.

Setelah saya paksa berulang kali, akhirnya doi mau bertemu di perpustakaan. Sebagai manusia normal, saya minta penjelasan alasan doi bertindak nggak mengenakan hati itu. Geger geden nggak terhindarkan, emosi saya membuncah ketika perempuan itu bilang kalau sebaiknya saya nggak menghubungi dan menemuinya lagi. WHY?

Sampai detik ini, saya belum tahu persis alasan di balik keputusan itu. Meski sudah saya paksa untuk menjelaskan duduk perkaranya apa, doi istikamahs memilih diam. Padahal sebelum sidang, semua baik-baik saja, tapi setelah selesai skripsi lha kok tiba-tiba pergi. Hubungan pun bubar setelah

Berawal dari sini, saya sadar, pacaran di ujung semester sepertinya memang cukup rawan dimanfaatkan. Ruwetnya skripsi, bisa membuat siapa saja buta hati, tak terkecuali gebetan saya itu. Berbulan-bulan menemani dan membantunya mengerjakan tugas akhir, ternyata belum cukup untuk mengetuk pintu hati. Justru malah dianggap joki skripsi.

Rasa kehilangan paling dalam adalah ketika orang yang kita sayang pergi tanpa penjelasan. Dan itu betul-betul saya rasakan. Barangkali inilah definisi “tugas akhir”, nggak cuma skripsinya doi saja yang selesai tuntas, tapi hubungan juga ikut kandas.

Yah, kadang hidup memang seperti itu. Di balik butir-butir keringat yang sudah terlanjur menetes deras hingga dompet terkuras, belum tentu membuahkan hasil maksimal. Hubungan yang saya impikan berakhir di pelaminan, malah berakhir jadi joki di perpustakan. Benar kata pepatah tua, sebelum mencintai orang lain, sebaiknya belajar mencintai diri sendiri dulu. Ancene bantingan! #SapaMantan

Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Tutorial Balikan dengan Mantan buat Kalian yang Gagal Move On

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya
Exit mobile version