Tempat wisata merupakan salah satu tempat untuk melepas penat setelah bekerja bagaikan kuda. Sebagian orang memiliki preferensi sendiri dalam memilih tempat wisata. Ada yang suka wisata alam, wisata religi, wisata sejarah budaya, hingga taman bermain. Namun, yang patut kalian sadari adalah beberapa tempat wisata tersebut tak pernah luput dari spot foto love atau hati. Saya bingung kenapa hal tersebut menjamur di setiap tempat wisata.
Spot foto bentuk love ini biasanya terdiri dari dua jenis, yakni simbol love biasa dan simbol I Love U. Nah, simbol kedua ini biasanya digunakan untuk nembak pacar atau foto biasa untuk mempertegas hubungan, dan yang paling maksiat adalah untuk saling berciuman. Astaghfirullah…
Kalau kata teman saya, tempat wisata yang ada spot “I Love U”-nya itu nggak ramah jomblo. Pasalnya, kebanyakan yang berfoto di sana adalah pasangan yang sedang pacaran ataupun pasutri. Membuat rasa iri dan dengki muncul seketika. Ya percuma saja foto di situ sendirian, malah dikira self love atau sok-sokan sebagai ajang pencarian pasangan yang nanti di post Instagram dengan caption: masih nunggu pasanganya nih, Gaes… Atau nggak mungkin juga kalian berfoto bersama teman yang sesama jenis, bisa-bisa dirujak kawan-kawan tongkrongan kalian.
Spot foto dengan simbol love ini banyak saya temukan juga di tempat wisata alam seperti hutan pinus, air terjun, danau, dan beberapa perbukitan, khususnya yang ada di Kota Malang. Saya sebenarnya nggak ada masalah dengan spot foto berwarna-warni tersebut, namun keberadaannya bikin polusi visual. Menurut saya sih malah menghilangkan sifat natural dari objek wisata alam tersebut. Mata yang ingin melihat dedaunan dan pepohonan yang ijo royo-royo, malah kelilipan corak warna menyala dari spot foto love, hadeeeh. Kalau ditempatkan di tempat wisata buatan seperti taman rekreasi dan sejenisnya sih wajar, tapi kalau ditempatkan di wisata alam kan jadi nggak banget.
Kebingungan saya ini semakin menjadi-jadi, apakah syarat sebuah tempat bisa disebut sebagai tempat wisata jika ada spot foto love-nya? Gimana sih algoritma pengunjung wisatawan yang datang untuk refreshing? Apakah spot foto dengan simbol love tersebut memang laku keras? Atau mereka memang datang sekadar foto belaka untuk stok snapgram atau postingan di Instagram, kemudian pulang? Entahlah.
Jika dibandingkan dengan tempat wisata yang berada di luar negeri, hal tersebut sangat bertolak belakang. Walaupun saya juga belum pernah berwisata ke luar negeri, sih. Namun, sependek pengetahuan saya, spot foto love sangat jarang ditemui di tempat wisata, apalagi kalau berwisata alam di luar negeri. Bahkan bangunan berwarna-warni saja sangat jarang sekali, semuanya terlihat sangat natural. Saya juga jarang melihat foto bule dengan spot foto simbol love.
Tujuan pembuatan spot foto tersebut sebenarnya nggak mengkhawatirkan, jika secara nggak langsung ditujukan untuk meromantisisasi tempat tersebut untuk saling mencintai dan menghargai sesama. Namun yang saya lihat wong masih banyak yang buang sampah sembarangan, entah itu tisu, puntung rokok, hingga bungkus snack. Padahal kalau kata anak pencinta alam, hal paling mendasar adalah jangan tinggalkan apa pun kecuali jejak, khususnya menjaga dan mencintai alam, wabilkhusus merawat tempat wisata itu sendiri.
BACA JUGA Pencinta Truk Oleng Adalah Entitas Pencinta Kendaraan Bermental Baja dan tulisan Wikan Agung Nugroho.