Membela Orang yang Chattingan Tanpa Emoji

Membela Orang yang Chattingan Tanpa Emoji terminal mojok

Chattingan sudah menjadi kegiatan sehari-hari masyarakat pada umumnya. Aplikasi chat yang merajalela mempermudah orang untuk melakukan percakapan meski melalui jarak jauh. Hanya perlu menggunakan handphone, aplikasi chat, dan kuota internet, kita semua dapat mengirim pesan kepada teman maupun orang lain.

Pada aplikasi chatting seperti WhatsApp, tentu banyak sekali fitur yang bisa digunakan, salah satunya adalah fitur emoji atau emoticon. Emoji yang tersedia pun berlimpah, mulai dari yang normal sampai abnormal semua tersedia. Selain emoji, ada pula stiker yang bahkan bisa dibuat sendiri oleh penggunanya untuk lucu-lucuan.

Fitur emoji yang disediakan tersebut tentu bukan untuk dianggurin doang. Fitur itu bisa digunakan agar percakapan dalam chat terasa lebih hidup dan nggak kaku. Meskipun banyak emoticon yang bisa dipilih, beberapa orang bahkan hampir nggak pernah menggunakan atau menyentuhnya. Nggak semua orang terbiasa untuk menggunakan emoticon dalam chat-nya.

Mungkin ada sebagian orang yang menganggap bahwa chattingan tanpa emoticon terasa kaku dan hambar, seolah nggak seru. Padahal kan itu hanya chat. Hingga akhirnya muncul anggapan orang yang nggak pernah menggunakan emoji saat chatting adalah pribadi yang sombong.

Emoji memang bukan hal yang wajib ada ketika kita chattingan dengan seseorang. Meski terkesan serius bahkan sombong, tentu saja itu tergantung persepsi pribadi masing-masing. Namanya juga dunia maya, kita nggak tahu ekspresi sebenarnya si pengirim di seberang sana.

Sebagai seseorang yang juga jarang chat menggunakan emoticon kecuali untuk teman dekat, saya akan memaparkan beberapa alasan orang enggan menggunakan emoji saat chatting.

Pertama, bingung. Nggak semua orang mahir bermain emoticon saat chattingan. Ada beberapa orang yang takut salah mengirim emoji alias takut si penerima salah mengartikan. Daripada salah mengirim lebih baik nggak perlu pakai gitu-gituan, kan? Toh, nggak masalah asalkan percakapan masih berjalan lancar.

Kedua, nggak terbiasa. Meski emoji menandakan emosi atau ekspresi si pengirim, namun nggak semua orang dapat mengartikannya dengan benar. Ada beberapa orang yang memang nggak terbiasa dengan emoji-emoji seperti itu. Berbeda dengan orang yang setiap mengirim chat pasti dibarengi dengan emoticon dan stiker.

Ketiga, terasa aneh. Dulu saya hampir nggak pernah mengirim pesan menggunakan emoji karena bagi saya hal tersebut terasa aneh. Mungkin saat itu saya belum begitu paham arti dari beberapa emoticon yang ada sampai-sampai saya searching artinya di Google biar nggak salah kirim ke gebetan. Ehe.

Keempat, nggak terlalu dekat dengan lawan bicara. Biasanya orang akan menggunakan emoticon saat chatting ketika lawan bicaranya memang dekat alias teman sendiri. Emoticon yang dikirimkan mempertegas ekspresi kita pada teman. Lain halnya dengan orang yang belum begitu kita kenal, takutnya kalau kirim chat pakai emoji dikira sok kenal atau cringe, dong.

Kelima, malas. Alasan terakhir orang enggan untuk menyertakan emoji saat chat ya karena malas. Malas saja gitu pakai emoticon atau stiker yang ada di aplikasi chat, apalagi kalau yang dikirim nggak sesuai dengan ekspresi si pengirim sebenarnya.

Tentu saja semua kembali pada pandangan masing-masing. Nggak semua orang terbiasa menggunakan emoji saat chattingan, lho. Lagi pula emoji hanya untuk mempertegas ekspresi, nggak ada kaitannya kok sama karakter orang yang sebenarnya. Bisa saja emoji yang dikirimkan nggak sesuai dengan ekspresi sesungguhnya dari si pengirim? Jadi, jangan terbawa rayuan virtual, ya. Nikmati saja dunia nyata.

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version