Bahan pembanding emak-emak
Kalian pernah nggak dibanding-bandingkan dengan anak tetangga yang berprestasi? Kalau pernah, berarti nasib kita sama.
Dulu, saya pernah dibandingkan dengan anak tetangga yang selalu mendapat ranking kelas. Anak tetangga ini memang rajin, bahkan sering meraih juara dalam beberapa event. Intinya, sangat berbanding terbalik dengan saya. Rasanya jelas nggak enak banget, sebab membandingkan sesuatu yang nggak sebanding itu hasilnya ya nggak akan sama.
Saya khawatir kalau Abang Iz beneran tinggal di kampung saya, gimana reaksi emak-emak nantinya. Mereka pasti bakal memuji abangnya Mail ini dan bahkan membanding-bandingkannya dengan anak-anak mereka. Tentu saja dengan segala kesempurnaan yang dimiliki Abang Iz, hal ini bisa menjadi ancaman serius bagi pemuda kampung yang hidupnya biasa-biasa aja.
Karang Taruna akan hidup
Melihat realitas sosial yang ada di kampung saya, kebanyakan teman-teman saya yang sudah lulus SMA biasanya langsung merantau ke luar negeri, seperti ke Korea Selatan atau Jepang. Makanya nggak usah heran kalau perkumpulan pemuda seperti Karang Taruna dan sebagainya jadi mati suri, sebab nggak ada pemuda yang menggerakannya. Jujur aja sudah lama sekali Karang Taruna di kampung saya nggak aktif.
Kalau Abang Iz tinggal di kampung saya, bisa jadi dengan kecerdasan dan kegigihannya, dia membuat gebrakan baru yang nantinya menghidupkan kembali Karang Taruna di sini. Terbukti di Kampung Durian Runtuh, abangnya Mail ini sukses dengan program gerobak rezekinya dan mampu memberikan dampak positif di sana. Emang nggak kaleng-kaleng abang yang satu ini.
Musala kampung bakalan ramai
Kalau boleh saya gambarkan sedikit, warga di kampung saya sangat tertarik dengan yang namanya estetika. Ketertarikan ini menyangkut dalam hal apa pun, apalagi dalam hal keagamaan seperti mengaji dan ritual keagamaan. Dulu waktu ada mahasiswa KKN yang memiliki suara bagus dan bisa mengaji, warga kampung tak henti-hentinya memuji dia dan selalu berbondong-bondong menuju musala.
Saya jadi kepikiran, dengan suara indah serta fasih bacaan ngajinya, Abang Iz bakal jadi imam salat jamaah di musala, saban malam Jumat memimpin bacaan dziba’ atau maulid al barzanji, mengajar ngaji anak-anak, dan bahkan memimpin pengajian ibu-ibu. Saya yakin dengan begitu, musala menjadi hidup. Abang Iz bak lampu pijar di tengah kegelapan. Sosoknya memiliki aura positif untuk menarik warga supaya datang ke musala.
Akan tetapi intinya, prosesi melamun dan membayangkan ini bikin saya tersadar bahwa sesungguhnya bukan Abang Iz yang dibutuhkan, melainkan pemuda yang punya mindset dan mental seperti kakak Mail ini. Percuma juga kalau dia tinggal beneran di kampung saya, tapi pemuda kampungnya ya gitu-gitu aja.
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Abang Iz Lebih Cocok dengan Cikgu Melati, Bukan Kak Ros.