Kalau boleh memilih, kamu bakal tinggal di desa mana, Gaes?
Kalau diperhatikan, drama Korea dengan latar dunia modern hampir selalu menyajikan hiruk pikuk perkotaan. Umumnya drakor seperti itu mengambil setting ibukota Seoul yang aktivitas masyarakatnya nggak berhenti, bahkan setelah matahari terbenam. Pemandangan yang ditonjolkan pun selalu gedung-gedung pencakar langit, kemacetan di jam sibuk, dan acara minum-minum sepulang kerja.
Beruntungnya masih ada drakor yang menghadirkan latar baru, yaitu di pedesaan. Menonton drakor yang latarnya di pedesaan ini bagaikan udara segar karena bisa cuci mata dengan pemandangan yang indah dan asri. Buat penonton yang tinggal di daerah perkotaan bisa melihat perbedaan karakteristik masyarakat yang biasa ditemuinya di dunia nyata dengan di drama. Umumnya masyarakat pedesaan itu guyub, altruistik, saling peduli, memiliki adat dan kepercayaan yang kuat, serta cenderung lebih banyak memberlakukan sanksi sosial.
Sejauh ini ada empat drakor populer yang mengambil setting daerah pedesaan dengan lingkungan dan karakteristik masyarakat yang bermacam-macam. Drama-drama ini antara lain Reply 1988, The Good Bad Mother, Hometown Cha-cha-cha, dan Our Blues.
Nah, sekarang mari membayangkan kalau kita mau membeli rumah di salah satu dari keempat desa di drama-drama tersebut. Kalau mau membeli rumah tentu kita harus mempertimbangkan banyak hal, khususnya lingkungan dan tetangganya. Jadi, dari keempatnya, mana yang paling unggul dan lebih tepat untuk dijadikan tempat tinggal baru?
Daftar Isi
Ssangmun-dong – Reply 1988
Secara administratif, Ssangmun-dong termasuk ke dalam wilayah Distrik Dobong di Seoul. Jadi, bisa dikatakan Ssangmun-dong ini adalah wilayah perkotaan. Tapi di masa itu, tepatnya tahun 1988, hubungan antaranggota masyarakatnya masih guyub dan lebih mirip seperti karakter masyarakat desa. Relasi para warga yang menghuni Ssangmun-dong ini hangat sekali. Bahkan bisa dibilang mereka sudah bukan seperti tetangga lagi, melainkan keluarga, karena saking pedulinya satu sama lain.
Penghuni Ssangmun-dong ini juga berasal dari berbagai usia. Kalau pindah sekeluarga, kita bisa lebih mudah menyesuaikan diri dan berkawan dengan tetangga yang seumuran dengan kita. Tapi, mengingat Ssangmun-dong termasuk wilayah perkotaan jadi lahan tempat tinggal relatif sempit dan jauh dari tempat-tempat asri khas pedesaan.
Desa Jouri – The Good Bad Mother
Tinggal di Desa Jouri kelihatannya bakal bikin hidup lebih sejahtera dan sehat. Di desa agraris ini kita bisa mengonsumsi bahan pangan yang ditanam di sawah dan kebun milik sendiri. Ada juga peternakan di wilayah desa ini sehingga kita nggak perlu khawatir soal kebersihan dan kualitas daging hewan yang kita makan. Masyarakat Desa Jouri dalam The Good Bad Mother juga suka banget ngadain acara masak dan makan besar. Dari situ kita bisa kenalan sama tetangga sekaligus numpang makan gratis.
Minusnya, tinggal di Desa Jouri berarti pintu harus selalu terbuka untuk tamu tapi di saat yang sama wajib waspada. Soalnya bisa saja barang-barang kita dicuri oleh Bang Sam Shik (Yoo In Soo). Tapi nggak mungkin dong kita menutup pagar dan pintu rapat-rapat karena itu bukan karakteristik masyarakat desa banget. Selain itu, kita harus tahan dengan bau peternakan babi dan siap menempuh jarak jauh kalau mau ke kota.
Baca halaman selanjutnya
Desa Gongjin – Hometown Cha-cha-cha…
Desa Gongjin – Hometown Cha-cha-cha
Bisa mantai tiap hari. Mungkin itulah yang kita bayangkan kalau hidup di Desa Gongjin. Mengingat letaknya yang ada di pesisir pantai, kita bisa menikmati suara deburan ombak, semilir angin, kenikmatan seafood, dan sosok Hong Banjang (Kim Seon Ho) yang lagi berselancar setiap hari.
Tapi jangan lupa, kita yang warga pendatang ini harus cepat beradaptasi dengan warga Desa Gongjin. Jangan sampai kita masih membawa kebiasaan orang kota kalau nggak mau dibenci oleh warga desa kayak Hye Jin (Shin Min Ah). Mana di Gongjin ini sinyalnya kuat banget. Bukan, bukan sinyal buat telepon seluler tapi sinyal gosip dan julid para tetangga. Bukan CCTV yang menyala 24 jam di sini, melainkan mata para tetangga yang siap menangkap kesalahan dan kejanggalan dari aktivitas harian kita.
Pureung – Our Blues
Pulau Jeju selalu identik dengan wisata alam yang cantik dan sejuk yang bikin kita pengin tinggal di sana. Dan itulah yang tiap hari dilihat dan dirasakan oleh warga Pureung. Setiap hari bertemu wanita penyelam (haenyeo), jalan-jalan ke tempat-tempat Instagrammable, dan makan-makan di restoran estetik. Selain itu, kalau belanja di pasar, kita bisa menghemat uang karena harga makanan dan pakaiannya murah. Cuma minus penjual pakaiannya temperamental.
Tapi ingat, tinggal di pesisir pantai bukan tanpa risiko. Kita harus siap dengan badai yang kerap kali menghantam. Selain itu, karena nggak terletak di daratan utama Korea, kita harus siap mengeluarkan biaya lebih kalau mau ke Seoul dan kota-kota lain. Kalau soal tetangga sih lumayan bikin nyaman dan nggak sejulid warga Gongjin. Tapi hati-hati aja sama Lee Dong Seok (Lee Byung Hun), Jung In Kwon (Park Ji Hwan), dan Bang Ho Sik (Choi Young Joon). Kalau marah serem, euy!
Enaknya tinggal di …
Dari keempat desa di atas, buat saya paling tepat untuk beli rumah baru di Ssangmun-dong. Tinggal di kota adalah keputusan yang tepat untuk mencari peruntungan baru. Tetangga yang usianya beragam juga memudahkan warga pendatang buat mencari teman seumuran dan sefrekuensi, jadi nggak perlu sungkan karena perbedaan umur yang terlampau jauh.
Selain itu, Ssangmun-dong bebas dari tetangga kelewat julid, aroma nggak sedap dari peternakan, badai laut, dan akses sulit ke pusat ekonomi. Kalau mau cari tempat healing, tinggal jadi pelancong saja ke Desa Jouri, Desa Gongjin, atau Pureung.
Kalau kamu, pilih desa yang mana?
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Karakteristik Masyarakat Desa dalam Drakor Our Blues.