Bagaimana jadinya jika Depok masih menjadi bagian dari Bogor? Apa saja kemungkinan yang akan terjadi? Saya mau coba bahas satu per satu.
Sebagai suatu wilayah, reputasi kota Depok cukup menarik untuk diperbincangkan. Cerita yang dihasilkan dari kota ini unik, meski sejujurnya lebih banyak yang mengolok-olok, sih.
Sehingga, saat ini posisi Depok seakan serba salah: kalau ada perubahan baik meski tidak signifikan, dianggap biasa saja. Tapi, kalau ada cerita kocak, beuh, cercaannya nggak habis-habis. Nggak akan selesai diceritakan selama empat hari empat malam.
Tapi, jauh sebelum banyaknya cerita kocak yang bermunculan di Depok, perlu diketahui, sebelum menjadi kota yang mandiri, kota absurd ini merupakan bagian dari Kabupaten Bogor. Sebagian di antara kalian mungkin sudah tahu. Boleh jadi, belum tahu sama sekali.
Singkat cerita, Depok ditetapkan sebagai kota dan memisahkan diri dari Kabupaten Bogor pada 20 April 1999. Kemudian diresmikan pada 27 April 1999. Ya, dua kota ini sempat menjadi satu bagian, meski akhirnya berpisah.
Secara geografis, selama Depok masih menjadi bagian dari Bogor, letaknya ada di ujung batas wilayah. Pinggiran. Berbatasan dengan Jakarta Selatan, Tangerang Selatan, dan Kota Bekasi. Serupa meski tak sama, seperti Gunung Putri, Jasinga, Parung Panjang, Cisarua, yang letaknya ada di sudut wilayah Bogor.
Di tengah padatnya kota Depok saat ini, beserta polemik yang sering kali banyak diperbincangkan di media sosial, saya membayangkan dan kepikiran. Bagaimana jadinya jika Depok masih menjadi bagian dari Bogor. Apa saja kemungkinan yang akan terjadi? Saya mau coba bahas gambarannya satu per satu.
Depok akan menjadi wilayah yang biasa saja, atau malah nggak diperhatikan
Saat masih menyatu dengan Bogor, Depok menjadi kawasan perbatasan. Meski nggak termasuk pedalaman, karena areanya masih beririsan dengan Jakarta. Boleh jadi, ini hanya asumsi saya saja berlandaskan melihat area sekitar. Tapi, wilayah Bogor yang letaknya di sudut kabupaten, sering kali menjadi kawasan yang biasa saja. Bahkan beberapa di antaranya jalanannya rusak berlubang. Armada transportasi pun minim opsi.
Sebut saja Gunung Putri, Jasinga, dan kawasan Parung Panjang. Setiap kali melewati area ini, rasanya nggak berlebihan juga jika saya mbatin, “Kawasan ini sebetulnya diperhitungan dan diperhatikan oleh pemerintah nggak, sih? Kok gini-gini aja, ya?”
Sudah terbayang jika jalanan Depok akan seperti kawasan Gunung Putri atau Parung Panjang. Mayoritas rusak dan gersang.
Mal megah dan ikonik tidak akan bermunculan di Depok
Saat ini, Depok dikelilingi oleh beberapa mal ternama. Mulai dari yang legendaris, Detos alias Depok Town Square. Sampai ke landmark ikonik, Margo City. Nggak kebayang kalau status Depok masih menjadi bagian dari Kabupaten Bogor. Boro-boro kepikiran bikin mal sebagai pusat belanja dan perputaran ekonomi modern, jalanan bisa bagus dan askes transportasi umum bisa lebih mudah sudah syukur.
Nyaris dipastikan, mal megah nan mewah tidak akan bermunculan jika Depok masih berstatus Kabupaten yang lokasinya di sudut Bogor.
Baca halaman selanjutnya
Pembangunan rumah subsidi yang sulit dijangkau
Pembangunan rumah subsidi yang sulit dijangkau
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Bogor, pada masanya, punya segudang rumah subsidi yang tersebar di kabupaten Bogor. Dan sejujurnya, tidak ramah akses. Areanya terpencil, sulit angkutan umum, jalanan rawan macet nggak kenal waktu. Makanya, banyak ngedumel, “Pantes aja murah.”
Jika tidak berpisah pada 20 April 1999 lalu, bukan tidak mungkin area Depok yang terletak di sudut Kabupaten Bogor, dijadikan salah satu titik pembangunan rumah subsidi. Apalagi lokasinya cukup strategis. Ya, kan? Betul, kan?
Honorable mention: menerka apakah Ayu Ting Ting akan jadi orang Kabupaten Bogor atau pilih JakSel sekalian
Bicara soal Depok, belum sempurna jika tidak menyebut satu nama penyelamat, kota ini: Ayu Ting Ting, kesayangan Ayah Ojak. Disadari atau tidak, kita semua sama-sama tahu, nama baik kota Depok nyaris selalu disangkutpautkan dengan nama Ayu Ting Ting dan keceriaan Ayah Ojak.
Jika Depok masih menjadi bagian dari Kabupaten Bogor, di mana Ayu Ting Ting akan memilih tempat tinggal ideal? Apakah akan dengan yakin memilih Kabupaten Bogor dengan segala dinamikanya? Atau malah di JakSel sekalian, yang beririsan dengan Depok—dibanding jadi anak Kabupaten Bogor?
Begitulah what if Depok masih gabung Bogor. Bisa saja saya salah, tapi, seterang ini faktanya, masak ya ragu?
Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Depok: Antara Cimanggis yang Ngebut, Sawangan yang Sumpek, dan Margonda yang Nggak Ada Lawan
