Saya sering merasa jengah di-judge ambisius, suka barang branded, tukang dandan, pemalas, dan genit! Pasalnya, penampakan saya jauh dari tuduhan tersebut. Nge-judge atau ngece sebenarnya, sih? Apalagi baru kenal, baru ngobrol sebentar, sudah fafifu wasweswos. Alasan nge-judge ini pun sungguh jauh dari mbois: karena saya perempuan Taurus. Haesh!
Kok bisa, ya, ada orang yang lebih percaya astrologi ketimbang penglihatan kedua matanya sendiri?
Sebagai Taurus, saya bisa merasa sangat berbeda dengan teman yang juga memiliki zodiak sama. Taurus kelahiran April berbeda dengan Taurus kelahiran Mei. Taurus yang generasi milenial berbeda dengan Taurus gen Z. Taurus laki-laki pun bisa sangat berbeda dengan Taurus perempuan. Dan seterusnya, dan sebagainya. Jadi, ketimbang persamaan, jauh lebih banyak perbedaan antara Taurus yang satu dengan lainnya berdasar latar belakang.
Menetapkan stereotip hanya berdasar astrologi ini terlalu mentah dan sederhana, perlu ditambah effort lain lah. Ingat, jika tak kenal, maka susah sayang. Eh, gimana?
Supaya clear nggak ada lagi perempuan Taurus yang jadi korban stereotip semena-mena, saya jelaskan satu per satu bantahannya, ya.
Bantahan stereotip #1 ambisius
Taurus memang cenderung keras kepala, semua perempuan berzodiak ini yang saya kenal (termasuk saya sendiri) tabiatnya begini. Karena keras kepala itulah kami menjadi orang yang pantang menyerah saat menginginkan sesuatu.
Motto Pemadam Kebakaran, “pantang pulang sebelum padam”, cocok banget menggambarkannya. Karena terlihat ngoyo banget dan menolak menyerah ini akhirnya terkesan ambisius. Sekadar saran, jangan coba-coba menghalangi jalan seorang Taurus ketika ia sudah menetapkan akan berjuang untuk sesuatu, diseruduk nanti. Banteng owk~
Bantahan stereotip #2 suka barang branded
Poinnya bukan pada harga atau brand, Gaes. Melainkan pada kenyamanan barang tersebut saat dipakai. Ada harga, ada rupa, karena itu mendingan skeptis saja pas belanja: langsung pilih brand yang sudah jaminan mutu tanpa ribet windows shopping.
Perempuan Taurus cenderung praktis. Males dengan urusan ribet, nggak suka ndakik-ndakik saat membahas atau mengusahakan sesuatu. Oleh karena itu, kenyamanan outfit sehari-hari sangat penting, demikian juga dengan proses saat berbelanja.
Bantahan stereotip #3 tukang dandan
Kalau ada perlombaan mencintai diri sendiri, Taurus mungkin akan jadi juaranya. Dandan—mungkin dengan sangat heboh—bagi kami dilakukan untuk menghargai diri sendiri. Memang bakalan ada ekses labelling, tapi pilihan apa di dunia ini yang terbebas dari label?
Saya, sih, jarang banget dandan. Perawatan juga males. Tapi, soal makanan/minuman/suplemen, jangan tanya. Demi jaga kelembapan kulit apa pun akan saya lakukan, hahaha. Jadi, masalah dandan mah selera masing-masing. Ada Taurus yang suka dandan, ada yang suka perawatan, ada yang rela diet kayak saya. Intinya adalah menghargai diri sendiri.
Bantahan stereotip #4 pemalas
Memang mager, sih, bawaannya pengin rebahan saja tiap bisa libur. Travelling pun lebih memilih untuk staycation ketimbang menjelajah berbagai tempat dalam sekali jalan. Tapi bukan tanpa alasan. Taurus memang kurang fleksibel dengan perubahan tempatnya berada, kenyamanan selalu menjadi nomor satu.
Di lingkungan pekerjaan, seorang Taurus mungkin akan lebih lamban dibanding teman kerjanya yang lain. Bukan karena pemalas makanya lamban, melainkan cenderung metodis sangat mengerjakan sesuatu. Kami lebih suka bekerja dengan ritme yang ajeg dan sudah terbukti berhasil ketimbang coba-coba. Untuk pekerjaan “maraton”, kami adalah SDM terbaik.
Bantahan stereotip #5 genit
Mungkin memang benar bahwa perempuan Taurus itu hot. Taurus identik dengan planet Venus, planet terpanas di tata surya, hahaha. Taurus cenderung fokus pada indra. Karena itu makanan enak, pakaian yang nyaman, musik yang indah, pemandangan bagus, dan segala macam yang mahal-mahal menjadi favorit. Demikian juga dengan sentuhan (fisik). Mahal, dong, kan perlu ke KUA dulu~
Karena fokus pada indra, sensualitas menjadi keniscayaan. Duduk diam saja terlihat sensual, nggak perlu pakai bikini di pinggir jalan. Efek lain dari fokus pada indera ini juga membuat kami cenderung sangat sensitif. Bukan baperan loh, melainkan cepat menangkap perubahan-perubahan dari sekitarnya.
Saya nggak sepakat dengan pendapat bahwa astrologi bisa dipakai sebagai patokan untuk menggeneralisir karakter seluruh umat manusia di bumi. Sebagai pola bolehlah, garis besar dan mendasar saja gitu. Tapi, kalau sampai saklek nge-judge ke sana-sini hanya berbekal astrologi, menolak fakta atau opini lain, duh!
BACA JUGA Ketololan Gaya Baru: Benci Orang Berdasarkan Zodiak dan tulisan Aminah Sri Prabasari lainnya.