Saya kenal BTS, atau bangtansonyeondan bukan baru-baru ini. Hampir tiga tahun lebih sejak saya nonton Produce 101 series season 2, sebuah program survival idol Korea Selatan. Dari banyak tantangan dalam program survival, peserta meng-cover beberapa lagu dan salah satunya lagu BTS. Sejak saat itulah kira-kira saya jadi mengenal BTS. Bucin saya yang paling pertama adalah pada Suga BTS yang waktu itu posting foto bareface di Twitter. Saya mulai deh kepoin. Nggak tahu kenapa. Jujur.
Tapi, lama-lama saya punya dugaan sendiri tentang relasi saya dan Suga BTS, yaitu sama-sama introvert. Dari hasil kepo, saya paham semua karakter member BTS dan memang paling terpikat ya sama Suga. Tipikal tsundere, tapi banyak memikirkan orang lain (apalagi member), dan suka rebahan. Saya juga suka banget rebahan.
Semua member BTS saya ketahui suka baca buku, tapi yang paling sering dan sepertinya bookholic banget adalah Suga dan RM. Waktu saya tahu mereka suka baca buku, rasanya kurang lebih begini, “Wah! Asik banget punya bias dengan hobi samaan!”
Saya sih nggak bookholic banget. Kegiatan membaca saya juga nggak bisa dibilang rajin pol. Tapi, saya senang baca buku. Lalu saya mengumpulkan banyak info tentang buku apa saja yang Suga dan RM baca. Hasilnya? Banyak banget!
Saya belum beli semuanya, kok. Hehe. Duit mana duit!
Nah, kebetulan yang saya beli paling pertama dari daftar bacaan Suga dan RM adalah Reinventing Your Life karya Jeffrey E. Young, Ph.D dan Janet S. Klosko, Ph.D. Awalnya saya nggak nyangka bakal nekat beli buku itu. Saya termakan strategi penerbit yang menambahkan nama Suga BTS pada platform jualan mereka. Saya pikir mumpung diskon dan yang baca adalah Suga BTS, wow, bayangkan, Suga membaca buku yang sama dengan buku yang akan saya beli. Begitu alur pikiran saya waktu itu.
Oke, langsung saja tentang bagaimana pendapat saya tentang buku tersebut.
Pertama, tebel. Banget. Kemudian saya agak kecewa. Ekspektasi, saya akan mendapatkan buku sekaligus hal lain yang berkaitan dengan Suga. Tapi, yang saya dapatkan hanyalah buku dengan cover berwarna putih. Begitu saja. Saya mungkin berpikir covernya dipasang wajah Suga atau mendapatkan photocard unofficial Suga. Bahkan pembatas buku saja tidak ada.
Kedua, saya mulai membaca karena telanjur dibeli. Tidak disangka saya langsung menemukan banyak kalimat yang menjelaskan tentang “saya”. Biasanya saya nggak pernah coret-coret buku bacaan, tapi karena ini bukan novel atau buku cerita lainnya, saya langsung mengambil pensil serta sticky note kecil untuk menandai kalimat-kalimat yang saya temukan dan saya rasa sangat pas buat saya.
Perlu saya beri sedikit spoiler. Buku Reinventing Your Life ini mengupas tentang suatu masalah kejiwaan yang banyak kita alami. Penulis menyebutnya dengan lifetrap. Sebuah sistem trap kehidupan yang diwariskan orang tua, dihasilkan dari lingkungan, sampai dibangun oleh diri sendiri. Ada sebelas lifetrap yang dibahas. Lifetrap inilah yang ternyata menjadi sumber ketidakbahagiaan atau rasa depresi yang dialami banyak orang ketika dewasa.
Di awal, saya berhasil membaca sampai setengahnya dengan semangat. Di awal sampai setengahnya, penjelasan-penjelasan masalah mental atau lifetrap saya seolah terjawab. Mulai dari lifetrap takut ditinggalkan sampai lifetrap butuh cinta. Tapi, saya menemukan block saat membaca. Apa itu?
Sebenarnya, contoh-contoh kasus yang dipaparkan sebagian besar relate dengan saya, banyak sekali ungkapan yang bahkan tidak bisa saya pikirkan menjadi jelas terkait alasan ketidakbahagiaan, stres, atau depresi yang saya rasakan, juga tentang beberapa tips yang harus dilakukan agar terbebas dari lifetrap-lifetrap yang ada. Namun, metodenya sama persis. Sebelas lifetrap dalam buku diselesaikan dengan metode yang sama plek ketiplek.
Mungkin saya bosan atau bagaimana. Atau ketika saya menerapkan metode-metode tersebut saya tidak terlalu banyak mendapatkan pencerahan bahkan penyembuhan. Mungkin saja saya hanya menjadikan buku tersebut sebagai pelarian dari tekanan yang saya alami.
Block tersebut sempat membuat saya mandek membaca, meski sekarang akhirnya sudah selesai. Dan benar saja, saya ternyata tidak mencari solusi ketika awal-awal membaca buku ini. Saya cuma mencari sesuatu yang bisa dijadikan pembelaan.
Ketiga, dan terakhir atau bisa saya beri sub judul, simpulan. Saya agak takut membaca buku Reinventing Your Life di akhir-akhir bab. Saya takut niat saya makin salah karena saya memang setengah-setengah mengikuti metode healing dalam buku tersebut. Saya juga menyelesaikan buku ini hanya agar “tidak mubazir”.
Saya pikir saya harus membaca lagi dan melepas semua fantasi saya hanya karena Suga BTS yang juga membaca buku tersebut. Saya tidak boleh menyamakan apa yang akan saya dapat dari buku tersebut seperti apa yang didapatkan Suga. Toh, saya sendiri nggak tahu gimana perasaan Suga setelah membacanya.
Kebucinan saya memang buta. Saya lupa, membaca buku seharusnya berawal dari diri sendiri, bukan ekspektasi mendapatkan hal yang sama seperti orang lain.
Ah, meski begitu, saya tetap bucin. Saya sudah beli buku lain yang juga dibaca Suga BTS. Minggu ini saja saya juga beli buku lagi, kali ini buku yang dibaca RM.
BACA JUGA 3 Rekomendasi Buku untuk Anies Baswedan selain ‘How Democracies Die’