Memasuki Era Berpengaruhnya Pendapat Netizen dalam Menentukan Nasib Para Anonim

Laporan Microsoft DCI Keliru, Netizen Indonesia Itu Cuma Baperan kok terminal mojok.co

Laporan Microsoft DCI Keliru, Netizen Indonesia Itu Cuma Baperan kok terminal mojok.co

Kita telah hidup di era serba praktis dan digital yang sering disebut era modern. Pada masa ini kita akan selalu menemukan manusia-manusia yang selalu bergelut dengan benda yang dapat digenggam berbentuk persegi panjang. Iyaps itulah gadget atau juga biasa disebut smartphone atau bahkan juga handphone.

Ketiganya memiliki definisi yang hampir sama, tergantung pada konsumen yang memilih sebutan apa. “Ya ibarat kita nentuin pilihan hati lah yaaa.” Benda tersebut selalu dibawa ke mana saja dan dibutuhkan. Hayooo ngaku siapa yang bawa HP nya pas lagi di kamar mandi?

Tentu era serba digital ini memudahkan beberapa akses yang dapat dinikmati secara online. Coba inget kalau dulu kalian lihat TV dan nonton iklan kosmetik misalnya, “Ih aku pengin beli deh di toko X, ada nggak ya?” Sekarang kalian cuma tinggal search di HP nyari yang harganya paling murah atau paling mahal kek, semua ada. Abis itu nyampe rumah barangnya. “Waw gampang ya, yang ngga gampang ya nyari duitnya.”

“Eh, tapi kan sekarang modal pegang HP aja bisa jadi duit, ya nggak sih?” Ya, begitulah. Kini HP dapat membawa segudang manfaat dan perubahan sosial yang luar biasa. Coba kita pikir kalau dulu kita lagi kepisah jauh sama gebetan atau siapa gitu di keluarga. Kita bakal nungguin suatu momen biar bisa ketemu lihat wajahnya. Nah tapi sekarang, kalau kita gunain fitur video call aja, udah bisa lihat wajahnya. Bahkan dia potong rambut atau ganti warna rambut pun pun kita bisa tahu dengan cepat. Wah hebat ya dunia saat ini~

Tidak hanya HP yang semakin canggih, tapi media sosial juga semakin mengembangkan fiturnya. Coba sekarang hitung berapa media sosial yang kalian gunakan? Pasti banyak yang gunain lebih dari satu kan? Hayooo ngaku.

Mulai dari Facebook, Instagram, Snapchat, WhatsApp, Line, sampai Twitter, punya kelebihan masing-masing serta fitur yang berbeda. Meski beberapa juga punya kesamaan, sih. Dulu, kalau mau foto pake filter lucu-lucu kan biasa buka Snapchat. Nah, sekarang Instagram pun menyediakan fitur itu dan semakin digandrungi para peminatnya. Tapi jangan salah sangka kalau Snapchat sekarang udah sepi,

Tentu masih banyak dong yang milih Snapchat. Bayangin gini, “Aku kalau upload foto yang cakep-cakep bukanya Instagram. Pengin upload bikin status, di Facebook. Eh filter Snapchat yang ini lucu banget, bisa bikin jadi tua, muda, laki-laki, perempuan, anak kecil, atau bahkan bisa bikin jadi kaya jin, ups. Twitter seru banget sih orangnya, lucu-lucu bisa aja bikin konten.”

Kita semua tahu, masing-masing media sosial dicari untuk memenuhi apa yang sedang kita ingin. Tidak terkecuali Twitter yang dulunya sempat meredup popularitasnya tapi kini melonjak melesat ke angkasa. Makin banyak nih pengguna Twitter yang sempet pergi tapi balik lagi atau bahkan para pengguna baru. Twitter kini terkenal dengan kontennya yang lucu akibat kerecehan para penggunanya.

Selain itu, ragam kisah ambyar, menyeramkan ataupun spill tentang kontroversi juga banyak dimuat di Twitter melalui thread misalnya. Apalagi kini banyak bermunculan base anonim (yang belum tahu base itu apa bisa Googling lah, ya). Base ini semakin banyak jumlahnya dan selalu memiliki pengikut yang banyak. Kalian bisa menemukan ragam postingan yang unik. Tentu salah satu yang menarik perhatian saya adalah para anonim yang mengirim suatu kisah atau screen capture chatingnya dengan keluarga ataupun orang tersayang.

Hal ini saya lihat unik karena dapat ditemukan beberapa postingan yang mencoba meminta pendapat para rakyat Twitter. Misalnya kaya gini nih, “Aku malu banget sama Mas Crush, masa aku kelepasan kentut di depannya hehe.” Atau misalkan kirim screen capture yang menunjukkan per-cekcokan dia dengan pasangannya kemudian bilang gini, “Aku bingung mau gimana lagi. Dia udah berkali-kali aku kasih kesempatan tapi masih tetep aja. Menurut kalian aku harus gimana?”

Tentu kalian para pengguna Twitter udah akrab kan dengan hal ini? Ini bisa jadi memunculkan beberapa perspektif. Kita bisa melihat base ini sebagai sarana pencari perhatian dari netizen. Atau bahkan pendapat para netizen dapat membantu dan dapat menjawab kebingungan pengirim anonimnya. Bahkan, nggak jarang loh kita bisa temukan ragam komentar pedas yang menghujat atau tidak sepakat dengan tindakan sender (panggilan bagi pengirim anonim lewat base).

Tetapi, kita bisa melihat melalui kacamata lain. Jika pendapat netizen yang beragam bentuknya dapat memberikan sender ketenangan bahwa masih banyak orang yang peduli. Selain itu, bisa jadi juga pendapat-pendapat netizen ini memberikan ia jawaban yang benar dan membuat ia lebih berpikir dalam mengatasi suatu masalah.

Para netizen dunia maya yang beragam pemikirannya dalam mengungkap pendapatnya tentang postingan sender mampu memberikan ragam perspektif. Hal ini bahkan dapat kita lihat sebagai hal positif bagi sender. Bisa jadi sender merasa memiliki support system melalui netizen, atau bahkan ia berhasil menyelesaikan masalahnya berkat bantuan netizen.

Wow, luar biasa juga ya efeknya bagi sender! Oleh karenanya, perlu bijak juga kan kita buat menulis komentar. Bahkan hujatan ataupun ketidaksepakatan dengan sender pun dapat berpengaruh luar biasa. Kita tidak tahu jari kita dapat berpengaruh apa bagi orang lain.

Bisa jadi berpengaruh baik atau bahkan depresi yang diakibatkan oleh para manusia di dunia maya bernama netizen ini. Dapat dikatakan juga, pendapat netizen menentukan bagaimana kita harus berlaku atau menyelesaikan suatu masalah. Kalau biasanya kita manut konstruksi sosial, apakah kini dapat dikatakan kita manut konstruksi media sosial?

BACA JUGA Fenomena Askmenfess: Apakah Kita Se-desperate Itu Cari Lawan Bicara? atau tulisan Umi Wardah Septiani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version