Meluruskan Salah Kaprah Arti Nama Pulau Lombok

Meluruskan Salah Kaprah Arti Nama Pulau Lombok

Meluruskan Salah Kaprah Arti Nama Pulau Lombok (Pixabay.com)

Apakah kalian menganggap Pulau Lombok adalah pulau pedas? Kalau iya, kalian keliru.

Tulisan ini saya buat untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut. Banyak yang mengira nama pulau ini berarti pedas, karena mirip dengan cabe, atau lombok dalam bahasa Jawa. Tak hanya orang luar pulau ini, tapi orang asli pulau ini pun kadang berpikir tentang hal yang sama.

Jika boleh curhat sedikit, seringkali saya agak kesal pada orang-orang yang memaknai nama Pulau Lombok dengan bahasa Jawa. Iya memang, dalam terminologi Jawa, “lombok” itu maksudnya cabai. Dan, seperti namanya, cabai tentu saja pedas. Sehingga, banyak orang yang menjuluki Pulau Lombok sebagai pulau pedas. Itu yang saya tidak sreg. Tidak terima jika pulau yang sudah dijuluki Pulau Seribu Masjid ini mendapat julukan lagi sebagai pulau pedas.

Kehidupan di Lombok (Pixabay.com)

Perlu diketahui dan digarisbawahi, kami orang-orang Lombok memiliki bahasa tersendiri. Kami menyebutnya bahasa Sasak, yang terambil dari nama suku kami sendiri. Kalian juga sepertinya sudah tahu. Sebab itu, saya tidak perlu untuk menulis panjang lebar terkait nama dan bahasa suku kami.

Yang perlu kalian tahu adalah: kami punya makna tersendiri berdasarkan bahasa kami sendiri soal arti kata Lombok. Terserah jika kalian menganggap makna yang akan saya terangkan ini bagian dari cocoklogi. Tapi yang jelas, tidak selamanya kita harus memaknakan nama suatu daerah dengan bahasa dari daerah lain. Ada kalanya, kita juga mesti mencari tahu arti daerah tersebut berdasarkan bahasa daerahnya sendiri. Dan hal semacam itu, sudah sewajarnya ditempuh setiap orang.

Pernah suatu saat, waktu masih berstatus sebagai mahasiswa, saya ikut study banding ke salah satu kampus di Semarang, Jawa Tengah. Kala itu, seseorang yang sepertinya mahasiswa kampus tersebut berbasa-basi menanyakan asal saya. Tentu saja dengan bangga saya menjawab: “Lombok.”

“Lombok?” timpalnya menekan, memastikan jawaban saya.

“Iya, Lombok.” Kembali saya jawab.

“Lombok ijo to, Mas?” balasnya lagi. Kali ini dengan logat daerahnya.

Pertanyaan itu, meskipun terkesan bercanda, cukup menyinggung perasaan saya. Saya memang agak sensitif kalau soal begini. Bukan apa-apa. Tapi, saya rasa ini penting. Membiarkan kesalahkaprahan terus tumbuh, itu sama halnya dengan merawat kebodohan.

Pulau Seribu Masjid (pixabay.com)

Kesempatan itu kemudian tak saya sia-siakan. Saya lalu menjelaskan arti Lombok dari bahasa Sasak.

“Begini, Mas,” ucap saya mulai menerangkan. “Betul memang, dalam bahasa Mas, Lombok itu artinya cabai. Tapi, perlu Mas maklumi, arti Lombok yang sebenarnya tidak seperti yang Mas katakan tadi. Maknanya jauh lebih sakral dari itu.”

Lalu, saya beri tahu bahwa kata Lombok berasal dari bahasa Sasak sendiri, yakni “lomboq”. Jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia, kata lomboq tadi berarti “lurus”.

Penamaan Lomboq dengan arti kata lurus ini bukan hampa makna. Nama tersebut merupakan simbol, simbol dari keadaban bangsa Sasak yang lurus. Lurus dalam bersikap. Juga lurus dalam bertutur kata.

Bangsa Sasak adalah bangsa yang penurut. Bukan kaum penentang. Taat pada pimpinan. Solid dalam hubungan sosial komunal dengan jargon: “ite pade besemeton” (kita semua bersaudara).

Kemajuan peradaban bangsa Sasak bahkan diakui oleh Mpu Prapanca. Bersama Maha Patih Gajah Mada, mereka diutus Raja Majapahit untuk study banding ke Kerajaan Selaparang. Belajar mengenai sistem ketatanegaraan di kerajaan itu.

Dalam Kitab Nagarakretagama, Mpu Prapanca memberi sanjungan kepada Raja Selaparang dengan menyebut wilayah kekuasaannya ini sebagai “Lomboq Mirah Sasak Adi”. Lomboq berarti lurus atau jujur, mirah berarti permata, sasak berarti kenyataan, dan adi berarti baik atau utama. Maka, secara keseluruhan kalimat ini bermakna: “kejujuran adalah permata kenyataan yang baik dan utama”.

Falsafah Lomboq Mirah Sasak Adi merupakan cita-cita para leluhur bangsa Sasak dan diharapkan terus dilestarikan oleh generasi penerus. Falsafah ini juga menjadi pandangan hidup masyarakat suku Sasak sampai saat ini. Walaupun falsafah tersebut tercantum dalam kitab Nagarakretagama yang notabene adalah milik Kerajaan Majapahit, tapi falsafah tersebut masih tetap dipegang teguh. Bahkan ketika agama Islam masuk dan menggantikan kepercayaan Hindu yang dianut oleh orang Sasak sebelumnya.

Dalam perspektif Islam, makna dari Lomboq Mirah Sasak Adi diartikan sebagai jalan lurus (sirathal mustaqim), yang berarti jalan kebenaran yang akan membawa pada keselamatan dunia dan akhirat. Makna dari falsafah tersebut juga diartikan sebagai pengimanan masyarakat Sasak terhadap keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad Saw. Hal ini juga menjadi prinsip yang dipegang teguh dalam kehidupan spiritual masyarakat Suku Sasak.

Itulah penjelasan dari arti nama Pulau Lombok. Lain kali, jangan menyebut pulau ini pulau pedas ya, nggak pas. Nama Lombok begitu sakral dan penuh arti, kalau dipelesetin. Nggak elok, Gaes.

Penulis: Lalu Akhirudin

Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version