Menerjang Bogor-Jakarta dengan Honda Genio ternyata bukan keputusan yang buruk.
Beberapa minggu terakhir, rutinitas bekerja bikin saya mumet dan jenuh. Bangun sebelum subuh, kemudian naik KRL, dan menggunakan transportasi umum atau ojol untuk bisa sampai ke kantor (sesekali saya jalan kaki untuk melebur rasa bosan). Tiba di kantor langsung bekerja, lalu pulang.
Sesekali setelah selesai bekerja, sebelum langsung pulang ke rumah, saya bersama rekan-rekan menyempatkan diri nongkrong di warkop sekitar kantor terlebih dahulu untuk sekadar ngopi sekaligus berbincang santai. Biar nggak makin jenuh dan nggak monoton-monoton amat menjalani kehidupan dewasa sebagai buruh di kawasan Jakarta Selatan.
Agar tidak berlarut, di antara rutinitas, sering kali saya mencoba untuk menyelipkan kegiatan yang jarang dilakukan, biar antusias dalam bekerja tetap terjaga. Dan yang saya lakukan baru-baru ini motoran dari rumah yang berada di Bogor ke kantor yang bertempat di sekitar jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Jarak tempuh berdasarkan angka yang muncul di Google Maps sekitar 49 km. Dibilang jauh, ya, nggak juga. Dibilang nggak, ya, lumayan. Lumayan stres maksudnya. Jakarta, Bro.
Motor yang saya gunakan adalah Honda Genio. Motor milik Bapak yang saya pinjam sementara waktu dalam beberapa minggu terakhir untuk kebutuhan operasional ngantor.
Nggak berharap banyak sama Honda Genio
Awalnya, saya nggak berharap banyak motoran dengan jarak 49 km-an menggunakan motor matic akan nyaman dan baik-baik saja. Bahkan, cenderung khawatir. Lantaran, dari pengalaman sebelumnya, di waktu yang berbeda, mengendarai matic dengan jarak segitu, tarikan gas jadi memble ketika setengah atau tiga per empat jalan. Usut punya usut, setelah berdiskusi dengan abang montir saat service motor, hal ini bisa terjadi karena potensi v-belt yang istilah JakSel-nya loss power. Kemudian perlu dicek juga apakah mesin dalam kondisi prima. Karburator dan kompresi mesin melemah, menjadi komponen penting yang patut menjadi sorotan.
Namun, kekhawatiran saya ternyata hanya sebatas angan. Lain matic, lain Honda Genio dalam memberikan sensasi berkendara.
Selama kurang lebih 1 jam 30 menit berkendara dari Bogor menuju area TB Simatupang, Jakarta Selatan, tarikan gas Honda Genio cenderung stabil. Ringan dan cukup bandel untuk motor dengan 110 cc. Nggak pakai drama tarikan mengendur atau terasa berat. Hal lain yang bikin saya kepincut mengendarai Genio, adalah posisi stang dan jok yang membikin nyaman berkendara—sekalipun jaraknya terbilang jauh. Ergonomis. Sensasi yang jarang saya rasakan ketika mengendarai motor matic lain setara di kelasnya.
Kesimpulan awal, Honda Genio terbilang cocok sekaligus nyaman dibawa untuk lintas kota dengan kecepatan menengah. Cocok bagi saya atau sampeyan yang nggak bisa motoran ngebut alias tarik gaspol sedikit badan sudah ndregdeg karena ngeri.
Satset menerjang Bogor
Secara keseluruhan, bodi Genio cukup ramping dan bisa sat-set menerjang ramai sekaligus padatnya jalur jalan raya Bogor. Cobaan pertama ini bisa dilalui dengan cukup mudah dan lancar. Apakah rintangannya sudah selesai di situ? Tentu belum. Masih ada area TB Simatupang yang kemacetannya pada jam sibuk, terkenal membikin siapa pun mengelus dada sambil mengucap naudzubillah setan. Beruntung, karena kerampingan bodinya, meski sedikit tersendat, saya masih bisa nyelap-nyelip di sela jalanan yang terbuka. Biar nggak stuck-stuck amat gitu.
Lantaran posisi yang cukup presisi dan ergonomis kepunyaan Genio, hal yang biasanya menjadi momok bagi pengendara bermotor jarak jauh seperti pegal-pegal, badan kaku, encok, bisa diminimalisir. Setibanya di kantor, badan saya masih aman dari beberapa hal tersebut. Tentu, ini hal yang menyenangkan sekali.
Menurut saya, soal bensin yoweslah, ya. Secara personal, setelah menggunakan beberapa merek motor matic yang berbeda, kalaupun mau dibandingan merek satu dengan lainnya soal keiritan bensin, hasilnya mesti akan tipis-tipis saja untuk pemakaian jarak jauh. Jadi, saya sama sekali belum ada niatan untuk membicarakan betapa iritnya Honda Genio saat digunakan.
Soal kenyamanan dalam berkendara, secara keseluruhan Genio tidak bisa diremehkan sama sekali. Motor matic ini direkomendasikan bagi kalian yang pengin membeli, memiliki, atau setidaknya mencoba sensasi nyaman dalam berkendara. Apalagi, harganya terbilang terjangkau di kelasnya. Meski kalau mau main fisik Genio ini boleh dibilang kurang menarik, tapi, untuk kegunaan, jelas boleh diadu, sih.
Sumber gambar: Instagram @welovehonda_id
Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Ormawa Itu Memang Bukan Keluarga, Ngapain Ngebet Dibikin kayak Keluarga sih?