Mbappe Perpanjang Kontrak di PSG kok Dibilang Loyal, Situ Sehat?

Jangan Kaget kalau Mbappe Akhirnya Bertahan di PSG real madrid

Jangan Kaget kalau Mbappe Akhirnya Bertahan di PSG (Romain Biard via Shutterstock.com)

Nggak usah berusaha mencari cocoklogi antara Mbappe dan Totti cuman karena sama-sama menolak Real Madrid deh, Ra mashok blass!!!

Publik mulai melihat Mbappe sebagai “penerus” Messi. Padahal, jauh sebelum itu Mbappe sudah terang-terangan mengatakan bahwa Cristiano adalah idola masa kecilnya. Tentu saja, hal ini dilatarbelakangi oleh “loyalitas” yang diperlihatkan Mbappe dengan memperpanjang kontraknya di PSG. Konkret sih, tapi yakin itu loyalitas?

Pada 22 Mei 2022, Mbappe resmi menyatakan komitmennya bersama PSG. Mengutip cuitan Fabrizio Romano, bintang muda yang kerap disandingkan dengan Erling Haaland itu akan menetap di PSG hingga Juni 2025. Kabarnya, Mbappe sudah masuk ke dalam proyek besar PSG yang akan menjadikannya pemain sekaligus direktur olahraga. Edyaaannn!!!

Kalau sampai kejadian, Mbappe merupakan pemain pertama dalam sejarah sepak bola yang memiliki kemampuan untuk mengganti pelatih, memilih pemain, dan sekaligus menyingkirkan orang-orang yang nggak dia suka. Isu ini agak gila, tapi semakin dipertegas setelah Leonardo dipecat dari jabatannya sebagai direktur olahraga di PSG.

Dilansir dari Goal, penyebab kepergian Leonardo dari PSG adalah Mbappe. Kabarnya, Blio nggak mau teken kontrak sebelum Leonardo pergi dari jajaran pengurus klub. Sementara ini, rumornya, Leonardo akan digantikan oleh Luis Campos yang sebelumnya bekerja menjadi direktur olahraga di LOSC Lille dan AS Monaco. Tentu saja, PSG yang lagi ketar-ketir mengiyakan keinginan anak emas itu. Ngeeriii….

Kalau menurut saya, hal ini sama sekali nggak ada hubungannya sama loyalitas. Sebagai klub yang serbabisa dalam urusan transfer (tentu saja karena uang tak terbatas dan UEFA yang tiba-tiba buta), PSG bersama Nasser Al-Khelaifi membuat pilihan yang mudah bagi Mbappe untuk tetap tinggal di Paris. Walaupun belum tentu jadi juara di kancah Eropa, setidaknya Mbappe punya hak yang cukup besar di masa mendatang (semisal benar-benar menjabat sebagai pemain sekaligus direktur olahraga). Bayangin aja pelatih sekelas Mourinho, Zidane, Guardiola, Ancelotti, dan sebagainya bisa dipecat hanya karena Mbappe nggak seneng…

Anehnya, masih ada orang-orang yang kagum terhadap pilihan Mbappe untuk tetap bertahan di Paris. Kata mereka, peristiwa ini mirip ketika Totti dan De Gea sedang diincar oleh Real Madrid. Bedanya, baik Totti maupun De Gea nggak ninggalin klubnya karena setia beneran, bukan kayak Mbappe. Alih-alih menunjukkan loyalitas, Mbappe justru menunjukkan dirinya menghamba pada uang ketimbang prestasi. PSG memberikan tawaran gaji yang nggak masuk akal, yaitu 4 juta euro per bulan.

Mbappe dan Pochettino (Romain Biard via Shutterstock.com)

Kalau mau berprestasi di kancah Eropa itu gabung klub Spanyol, Inggris, atau Jerman, Pe, bukan di Liga Petani kayak Ligue 1! Mosok dari 10 tahun terakhir, PSG juara 8 kali di liga domestik tapi keok berkali-kali kalau main di Liga Champions.

Bicara tentang makna loyalitas, legenda hidup AS Roma Francesco Totti dan kiper ulung Manchester United David de Gea (DDG) juga pernah menjadi target transfer Real Madrid. Akan tetapi, baik De Gea maupun Totti memilih untuk tetap bermain bagi klubnya dengan alasannya masing-masing.

Transfer De Gea gagal karena pihaknya telat memberikan berkas. Menurut pihak Real Madrid, hal tersebut merupakan tanggung jawab Emyu yang gagal mengirimkan berkas pada waktu deadline day. Namun, De Gea menepis tudingan tersebut. Ia mengaku masih setia untuk menjadi pemain nomor satu di Manchester United. Di sisi lain, De Gea yang merupakan mantan pemain Atletico Madrid juga khawatir terhadap respon dari suporter Los Rojiblancos.

Jauh sebelum David De Gea, tepatnya di tahun 2004 Real Madrid juga pernah mengalami sakitnya ditolak mentah-mentah oleh pemain incarannya. Kala itu, Francesco Totti ditawar dengan harga 25 juta euro atau setara 405 miliar rupiah. Totti mengaku bisa saja dengan mudah bergabung ke Real Madrid.

Akan tetapi, suporter AS Roma terlanjur membuat dirinya jatuh hati. Alhasil, Totti menghabiskan seluruh karirnya sebagai seorang pemain sepak bola di Roma. Dengan memperoleh total 250 gol, Totti menjadi pencetak gol terbanyak kedua dalam sejarah Liga Italia. Tanpa ada embel-embel uang apapun tentunya.

Euro (Pixabay.com)

Dari dua kasus tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Real Madrid nggak akan kembali untuk yang kedua kalinya. Baik Totti maupun De Gea tidak pernah mendapatkan rayuan Madrid lagi setelah menolak tawaran pertamanya. Jadi, stop membesar-besarkan pilihan Mbappe untuk stay di PSG yang murni karena uang!

Kayak gitu loyalitas? Loyalitas matamu.

Penulis: Marshel Leonard Nanlohy
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Rodrygo, The Starboy

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version