Masihkah Konter Pulsa Relevan dengan Zaman, atau Tinggal Menunggu Waktu untuk Berpamitan?  

Bisnis Konter Pulsa: Dulu Primadona, Sekarang Merana

Bisnis Konter Pulsa: Dulu Primadona, Sekarang Merana (Pixabay.com)

Ada sesuatu yang diam-diam hilang dari jalanan kita saat ini: konter pulsa. Kios dengan etalase yang dipenuhi poster-poster provider berwarna mencolok itu kini mulai jarang terlihat. Padahal, dulu keberadaannya sangat mudah ditemukan. Di satu ruas jalan saja, bisa ada dua, tiga, bahkan empat konter.

Saking banyaknya konter pulsa di era tahun 2000-an, pembeli sampai bisa niteni track record harga pulsa di tiap tempat. Pembeli paham kalau mau beli pulsa provider X mending di konter anu. Sementara kalau mau beli pulsa provider Y, mending di konter satunya lagi. Lumayan harganya beda beberapa rupiah.

Sebagai bidang usaha yang pernah begitu dekat, konter jelas punya jasa besar. Ia bukan sekadar tempat membeli pulsa agar pelanggan tetap terhubung dengan yang jauh, tapi konter telah menjadi saksi dari banyak kisah hidup. Mulai dari kisah mahasiswa yang lega karena bisa bayar semesteran, hingga kisah seorang kepala keluarga yang bisa memenuhi kebutuhan harian. Semuanya, berawal dari sana, dari konter .

Namun, dengan kondisi saat ini, masihkah konter pulsa itu relevan dengan zaman? Atau, tinggal tunggu waktu saja untuk berpamitan?

Nostalgia kejayaan konter pulsa

Di masa kejayaannya, sebuah konter pulsa bisa melayani hingga ratusan transaksi per hari. Pada masa itu, hampir setiap rumah punya anggota keluarga yang nomornya berbeda-beda operator. Ada yang pakai Simpati, ada yang XL, ada yang Tri, dsb. Bahkan ada yang sampai punya tiga nomer sekaligus. Satu buat telpon, satu buat SMS, satu lagi buat internetan. Yap. Dulu, satu-satunya orang yang protes kalau kita punya banyak nomer adalah teman-teman, bukan pemerintah.

Di masa itu pula, tak sedikit konter yang berkembang jadi usaha keluarga. Dari yang awalnya cuma etalase kecil di depan rumah, lama-lama bisa punya cabang di tempat lain. Dari yang tadinya dijaga sendiri, sampai bisa mempekerjakan orang. Konter pulsa juga jadi tempat bagi pelajar ataupun mahasiswa yang ingin cari tambahan penghasilan. Paginya mereka cari ilmu, sore hingga malam mereka cari cuan dengan jaga konter.

Dengan kata lain, bisnis ini memang pernah secuan itu. Dulu.

Badai konter pulsa

Kemudian sekitar tahun 2015-an, bisnis konter pulsa mulai tidak baik-baik saja. Hal tersebut terjadi seiring dengan perubahan gaya konsumsi masyarakat. Dari yang dulu membeli pulsa ke konter, kini orang beralih ke mobile banking dan aplikasi marketplace. Awalnya mungkin hanya segelintir orang. Tapi lama-lama, hampir semua ikut pindah. Alasannya sederhana: lebih cepat, lebih murah, dan ada cashback.

Kalau kalian pernah beli pulsa ke konter, pasti tahu drama-drama kecil yang sering terjadi di tempat ini. Misalnya, ketika pembeli terpaksa harus balik lagi ke konter gara-gara pulsanya tidak kunjung masuk. Pemilik konter bersikeras transaksi berhasil, sementara pembeli ngotot bilang pulsa belum masuk. Terjadilah ngeyel-ngeyelan.

Belum lagi drama salah nomor. Itu yang jaga konter pasti stres banget karena harus ganti rugi. Sementara pembeli? Nggak mau ngerti, pokoknya ganti. Lain cerita kalau kesalahan ada di pembeli. Misalnya, karena pembeli salah menuliskan nomer. Ya berarti bolanya ada di pembeli.

Nah, drama-drama seperti ini tidak terjadi dalam transaksi digital. Jadi, kalau konter pulsa mulai ditinggalkan… ya, wajar.

Cara konter pulsa bertahan

Menghadapi gempuran digitalisasi, tak semua konter pulsa menyerah pasrah. Buktinya, meskipun jarang, masih ada satu dua konter yang beroperasi. Tentu saja mereka punya alasan masing-masing. Bisa jadi karena sayang, atau karena tak punya pilihan. Kelamaan soalnya kalau harus nunggu pembukaan lapangan kerja yang katanya ada 19 juta itu. Jadi, ya, bertahan saja, meski itu berarti mereka harus menelan kenyataan bahwa tak banyak pembeli yang datang.

Cara konter yang masih bertahan ini adalah dengan beradaptasi. Lihat saja, sekarang konter bukan cuma tempat jual pulsa fisik, tapi juga jadi titik layanan digital. Ada yang membuka jasa top up e-wallet, bayar tagihan listrik, PDAM, dll.

Beberapa konter yang visioner bahkan mulai punya akun marketplace sendiri. Mereka menjual pulsa secara online, dan memanfaatkan aplikasi agen digital untuk tetap eksis. Ini jadi semacam bentuk baru konter pulsa untuk bertahan di era yang serba digital.

Masihkah relevan, atau…

Lantas, dengan wajah barunya, apakah berarti konter pulsa masih relevan dengan zaman? Atau, tinggal tunggu waktu untuk pamitan?

Begini. Teorinya, kebutuhan akan pulsa dan paket data tak pernah benar-benar hilang. Internet justru makin dibutuhkan. Jadi sebetulnya, yang jadi titik utama masalahnya adalah bukan pada apa yang dijual, tapi bagaimana ia dijual. Distribusi sekarang sudah berpindah tangan. Sekarang yang pegang kendali bukan lagi konter di pojokan gang, melainkan raksasa digital seperti Tokopedia, Shopee, DANA, dsb. Mereka bisa kasih promo, cashback, dan poin, sesuatu yang jelas sulit dilakukan oleh konter konvensional.

Dengan transformasi yang saat ini konter pulsa lakukan, entah itu membuka layanan digital ataupun buka marketplace, sebetulnya konter sedang menuju ke arah yang lebih relevan dengan zaman. Kalau relevan dengan zaman, artinya masih punya potensi untuk cuan. Mungkin bukan untuk bangkit seperti dulu lagi, ya. Tapi setidaknya bisalah kalau untuk sekadar memperpanjang nafas. Dengan catatan, ya itu tadi. Berani bertransformasi.

Secara hitung-hitungan di kertas, kalau hanya mengandalkan jual beli pulsa reguler jelas abot. Bukan bermaksud mendahului takdir Tuhan, ya. Hanya saja, sejarah sudah berkali-kali membuktikan, mulai dari Dinosaurus hingga mesin ketik, bahwa mereka yang tidak mampu beradaptasi pada akhirnya akan kalah dan punah.

Kecuali, tukang parkir.

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Bisnis Konter Pulsa, Bisnis yang Ajaibnya Masih Bisa Bertahan meski Opsi Beli Pulsa Sudah Kelewat Banyak

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version