Mari Mengenal Borderline Personality Disorder yang Diderita Ariel Tatum

ariel tatum

ariel tatum

Kalau kalian ada yang tahu, aktris Ariel Tatum belum lama ini bilang kalau dirinya mengidap Borderline Personality Disorder (BPD) atau Bahasa Indonesianya, kepribadian ambang akut. Nggak heran, Mbak Ariel sempat menghilang dari dunia hiburan. Akibatnya, Mbak Ariel Tatum jadi sulit beraktivitas seperti biasa dan membangun hubungan dengan orang lain. Duh syedihnya ?

Lantas, apa sih Borderline Personality Disorder (BPD) atau kepribadian ambang akut yang diidap Mbak Ariel ini? Yuk kenalan yuk.

Borderline Personality Disorder (BPD) atau kepribadian ambang akut merupakan sejenis gangguan mental yang membuat penderitanya mengalami ketidakstabilan emosi yang akhirnya dapat memengaruhi segala aktivitas dan hubungannya dengan orang di sekitarnya. Coba deh kita bayangkan bagaimana hidup orang yang menderita Borderline Personality Disorder (BPD) termasuk Mbak Ariel Tatum. Saya cuma terpikir dua kata, roller coaster. Ya, roller coaster. Ketidakstabilan emosi yang dirasakan seperti roller coaster yang naik turun.

Sedikit berbeda dengan Bipolar Disorder yang merupakan gangguan mental berupa perubahan suasana hati secara ekstrim, Borderline Personality Disorder (BPD) lebih kepada luapan emosi yang meledak-ledak. Sebenarnya suasana hati yang tidak stabil juga merupakan salah satu yang dirasakan oleh penderita Borderline Personality Disorder (BPD) ini. Orang yang hidup dengan BPD akan merasakan segala sesuatunya menjadi tidak stabil. Selain suasana hati, perilaku, pikiran, hubungan dengan orang lain, dan keraguan terhadap diri sendiri.

Penderita BPD menjadi lebih bahkan sangat sensitif dengan berbagai hal. Apalagi dengan kata-kata atau perilaku yang menyinggung perasaannya. Nggak jarang, penderita BPD akan meluapkan emosi meledak-ledak, menangis dengan keras, mengeluarkan kata-kata kasar yang dapat menyakitkan, bahkan melakukan suatu hal yang berbahaya. Tapi, setelah itu penderita BPD akan merasa bersalah dan malu.

Nah, beberapa hal akibat ketidakstabilan emosi itulah yang akhirnya dapat menggangu hubungan penderita BPD dengan orang-orang di sekitarnya. Hubungan dengan keluarga, tetangga, suami atau istri, teman, atau pacar.

Saya mulai bisa membayangkan bagaimana perasaan Mbak Ariel Tatum yang harus susah payah mengendalikan emosinya akibat BPD yang dideritanya. Coba saja bayangkan, Mbak Ariel Tatum ternyata mengidap BPD sejak usianya 13 tahun. Usia yang terbilang sangat muda. Di usianya yang semuda itu Mbak Ariel bahkan selalu mencoba untuk bunuh diri. BPD yang diidap Mbak Ariel nggak lain dan nggak bukan disebabkan oleh tekanan pekerjaan sejak usia muda. Saya membayangkan bagaimana sulitnya mengatur hubungan dengan orang lain.

Lalu bagaimana cara mengetahui gejala-gejala BPD? Saya bagikan di sini:

1. Takut Diabaikan Orang Lain

Penderita BPD umumnya takut kalau diabaikan oleh orang lain seperti teman atau pacar. Kalau sudah begini, penderita BPD akan mudah stress.

2. Nggak Bisa Menerima Penolakan

Ini agak ekstrim sih. Melukai diri sendiri hingga bunuh diri. Kalau penderita BPD menghadapi suatu penolakan, nggak segan-segan mereka akan melukai diri sendiri bahkan mengancam akan bunuh diri. Perlu diawasi juga ini.

3. Perubahan Konsep Diri

Perubahan konsep diri yang hampir mirip dengn Bipolar Disorder yaitu terjadi secara ekstrim atau tiba-tiba. Sebentar merasa dirinya dibutuhkan, lalu tiba-tiba merasa dirinya tidak berguna.

4. Emosi yang Meluap-luap

Nah, ini yang paling penting dan jadi inti dari BPD itu sendiri. Luapan emosi yang tidak wajar. Kehilangan kesabaran, mengeluarkan kata-kata kasar yang menyakitkan, atau bertengkar secara fisik dengan teman dekat.

5. Kesepian Berkelanjutan

Penderita BPD akan selalu merasakan kesepian yang berkelanjutan. Padahal mereka memiliki banyak teman atau pasangan di sekitarnya.

 6. Pola Hubungan yang Nggak Stabil

Pola hubungan yang stabil ini yang nantinya akan memengaruhi hubungan penderita BPD dengan orang lain. Contohnya, ketika mereka menyukai seseorang, tapi ada hal-hal yang terjadi dan di luar ekspektasi membuat orang yang disukai dianggap tidak peduli bahkan kejam. Akhirnya, berakhir dengan konflik.

Sebenarnya bagaimana pun bentuk gangguan mental yang diderita setiap orang tentu akan berdampak kurang baik bagi hubungannya dengan orang lain. Tapi, bukan berarti orang-orang dengan berbagai gangguan mental tidak berhak untuk berteman dan membangun relasi dengan orang lain. Apalagi hubungan dengan keluarga dan pasangan. Semoga cepat sembuh ya Mbak Ariel~ (*)

BACA JUGA Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti: Joker Bukan Orang Baik, Stop Bermental Korban! atau tulisan Ayu Octavi Anjani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version