Mandok Hata: Kelas Public Speaking Tahunan ala Orang Batak

Mandok Hata: Kelas Public Speaking Tahunan ala Orang Batak

Mandok Hata: Kelas Public Speaking Tahunan ala Orang Batak (Pixabay.com)

Mandok hata adalah tradisi yang tanpa disadari, membentuk orang Batak jadi jago public speaking

Pernah kepikiran nggak sih, kalau orang Batak pada jago ngomong?

Coba perhatiin teman Anda yang orang Batak pas dikasih panggung bicara. Sedangkal-dangkalnya pengetahuan mereka, tetep aja kesan lugas dan teknik retorikanya dapet banget. Agak alay memang, tapi kalau bicara soal kodrat, kemampuan bicara orang Batak itu rasanya ada di level yang berbeda. Kalau kalian nggak percaya, saya kasih contoh orang-orang terkenal yang asli Batak plus kemampuan public speakingnya ajib.

Kita pasti tahu presenter kondang Rosiana Silalahi, host acara atau program Choky Sitohang dan Astrid Tiar, komedian Boris Bokir. Kemudian, ada anggota grup musik Project Pop Tika Panggabean. Dan tak lupa, yang paling fenomenal, Hotman Paris Hutapea sebagai tokoh-tokoh yang sering tampil di media dan punya kemampuan bersilat lidah di atas rata-rata manusia normal.

Mereka memang berasal dari latar belakang profesi yang berbeda. Tapi satu hal yang bikin mereka keliatan Batak banget selain paras oriental mereka, ya jelas kemampuan bicara mereka. Mau introvert sekalipun, kemampuan berbicara mereka di luar rata-rata. Penyebabnya? Tradisi mandok hata.

Mengenal mandok hata

Setiap malam tahun baru ada tradisi unik keluarga Batak yang selalu bikin panas dingin, namanya mandok hata. Dalam Bahasa Batak Mandok Hata punya arti (kurang lebih) bicara di depan publik atau umum. Ketika orang lain sibuk di halaman rumah untuk bakar ikan atau ayam, keluarga batak menjelang jam 12 malam tanggal 31 Desember justru akan sibuk menata ruang tamu atau ruang keluarga untuk dijadikan tempat berkumpul (duduk bersama). Kalau keluarga Batak tersebut beragama Nasrani ,biasanya satu keluarga yang ada di rumah itu akan melakukan ibadah singkat sebagai ucapan syukur dulu, barulah masuk ke sesi mandok hata ini.

Pertama kali saya merasa sesi menegangkan ini pada awal remaja. Coba bayangin, bocah ingusan yang baru belajar operasi hitung bilangan bulat, diminta bicara tentang refleksi diri dan harapan untuk tahun baru di hadapan sekitar 30 orang saat itu. Apa boleh buat, kabur pun tidak akan bisa karena takut dimarahi oleh saudara-saudara yang lain. Walhasil bermodal menatap wajah ibu saya dan melihat mulut beliau merapal kata-kata untuk membantu, saya pun terpaksa melakukan perjalanan public speaking perdana saya.

Saat-saat berkumpul

Mandok hata sebenarnya tak hanya tentang refleksi. Biasanya, tradisi ini dipakai oleh orang tua untuk menasihati anak-anak mereka. Kadang ada juga yang memakai sesi duduk bersama ini untuk minta maaf. Meski terkesan “menyeramkan”, sesi mandok hata ini penting. Bahkan mungkin ditunggu-tunggu, karena ya ini saat keluarga bisa kumpul bersama. Ingat, Batak punya tradisi merantau yang kuat. Ketika akhirnya berkumpul, maka itu adalah nikmat Tuhan yang wajib disyukuri.

Sebagai orang yang akhirnya bertahun-tahun kemudian melewati sesi yang sama, saya akhirnya menyimpulkan bahwa perjalanan DNA retorika orang Batak mungkin dimulai dari sesi paling sederhana seperti ini. Skill set yang tertanam di diri orang Batak dibangun oleh peradaban budaya mereka sendiri. Budaya untuk duduk dan berbicara di depan orang lain, dari konteks yang paling dekat yakni keluarga.

Duh, tulisan ini sekalian menjadi reminder untuk saya, tahun ini pas giliran saya harus ngomong di sesi mandok hata keluarga, bakal bahas apa ya?

Penulis: Marinda Uparatu
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Betapa Ribetnya Orang Batak kalau Cari Jodoh

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version