Malasnya Berurusan Dengan Orang yang Online Tapi Enggan Membalas Pesan

membalas pesan

membalas pesan

Komunikasi memang tidak pernah tidak ada hambatan. Walau sekarang teknologi sudah berkembang kian pesat tapi bukan berarti semua bisa berjalan dengan baik. Di balik elemen kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan teknologi terkini, ternyata justru menimbulkan masalah-masalah baru dalam cara kita berkomunikasi.

Kemudahan dan kecepatan itu rasanya jadi tidak berguna kalau pesan yang kita kirim ternyata tidak mendapat respon apa-apa. Kita semua pasti pernah secara tidak sengaja lupa membalas pesan hingga akhirnya menumpuk dan merasa sudah terlalu basi untuk membalas pesannya.

Namun, di abad 21 ketika semua orang tidak bisa lepas dari gawai masing-masing apakah faktor lupa tadi masih relevan? Jawabannya tentu saja masih mungkin terjadi. Tapi lagi-lagi, ketika semua hal mulai dari transaksi pembayaran, transportasi, hingga check-in tiket pesawat bisa dilakukan dalam gawai maka kemungkinan lupa itu seharusnya bisa ditekan.

Lalu bagaimana perkara tidak membalas pesan dan membiarkannya menumpuk ini di kehidupan sehari-hari kita? ada berapa banyak dari kita yang menjadi korban dari pesan yang tidak terbalas? atau selama ini ternyata kita jadi pelaku yang suka menghilang tiba-tiba dalam percakapan daring?

Berapa banyak pasangan yang sering ribut karena komunikasi yang tidak lancar begitu? Belum lagi kalau di dunia kerja berurusan dengan orang-orang yang kelihatan sok sibuk sampai nggak bisa balas pesan itu bikin capek hati. Kadang suka merasa kalau menunggu balasan dari orang-orang yang begitu mirip nunggu untuk ketemu sama jodoh, alias lama banget dong, my lov~

Tidak membalas pesan yang masuk ke aplikasi chatting itu tidak akan membuat kamu jadi terlihat sibuk apalagi keren. Asal tahu aja, tipe orang yang begini paling sering diomongin kalau lagi acara kumpul-kumpul.

Sampai sekarang saya masih belum paham apa yang dicari atau apa manfaatnya tidak membalas apalagi membuka pesan dan dibiarkan menumpuk begitu. Yang kasihan kalau misalnya ada yang mau kasih rezeki tapi karena rasa enggan dan malas membuka pesan akhirnya rezeki jadi lewat dengan cuma-cuma.

Semua orang memang punya kesibukan masing-masing, tapi kalau kamu dengan seenak jidat bisa sesuka hati memperlakukan orang dalam komunikasi tidak langsung seperti lewat pesan singkat maka jangan heran kalau kamu juga akan mendapat perlakuan yang serupa di kemudian hari. Dan jangan pernah merasa sakit hati untuk itu, Ferguso.

Jika sedari awal memberi informasi kalau aktivitas mu yang ternyata memang nggak bisa begitu intens cek gawai, mungkin orang bisa lebih menghargai kesibukan kamu dan mencoba paham. Tapi, tidak menghiraukan dan malah membiarkan pesan menumpuk bukan sebuah keputusan yang tepat.

Sekadar “Maaf baru balas” tidak membutuhkan usaha seperti buat skripsi kok. Atau misalnya berterus terang, “maaf, saya akhir-akhir ini sibuk sekali jadi jarang buka chat” juga sepertinya nggak masalah. Dibanding membiarkan atau tidak membalas pesan sama sekali yang justru akan membuat kita berakhir dianggap sombong atau memutus tali silaturahmi.

Nggak cuma percakapan daring secara personal. Jika percakapannya ada dalam grup, kasus seperti ini juga banyak ditemui. Apalagi grup angkatan sekolah atau kampus.

Berdasarkan riset dan survei sederhana, serta pengalaman pribadi saya mengamati biasanya ada puluhan sampai ratusan orang yang ada dalam sebuah grup percakapan. Tapi ketika sewaktu-waktu ada yang bertanya, maka paling tidak hanya ada tiga orang yang bersedia membalas. Yang lain ada di palung mariana.

Akhirnya ruang yang ada di percakapan grup jadi sunyi sekali, karena memulai percakapan di grup seolah jadi sesuatu yang memalukan. Pernah saya mendengar teman kampus sampai enggan bertanya di grup karena ia merasa dirinya sedang monolog. Pengalaman-pengalaman yang tidak mengenakkan karena tidak pernah dihiraukan tadi yang akhirnya membuka jarak yang semakin lebar dalam sebuah relasi.

Kemudahan dan kecepatan berkomunikasi jangan jadi terhambat hanya karena kebiasaan kamu yang sering tidak membuka dan menumpuk pesan masuk.

Bukan berarti jadi setiap saat harus buka chat dan mengabaikan pekerjaan, atau sampai membalas SMS dari penipu yang kasih info kita menang 125 juta rupiah dari perusahaan yang jasanya tidak pernah kita gunakan. Hanya saja, apa susahnya sih memberikan respon walau sekedar kata maaf ?

Exit mobile version