Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Malang Tak Perlu Meniru Jogja yang (Katanya) Istimewa karena Lebih “Menyala”

Ahmad Yusrifan Amrullah oleh Ahmad Yusrifan Amrullah
14 Juli 2024
A A
Malang Tak Perlu Meniru Jogja yang (Katanya) Istimewa Lebih "Menyala" biaya hidup di malang

Malang Tak Perlu Meniru Jogja yang (Katanya) Istimewa karena Lebih "Menyala" (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Jalanan Jogja rasanya lebih “aman” di telinga dan mata. Tak ada klakson bersahutan dan baliho warna-warni di pinggiran jalan. Tak seperti Malang yang lebih “menyala”.

Hampir satu tahun saya tinggal di Jogja. Meski pernah menulis alasan menolak kuliah di Jogja adalah keputusan terbaik di Terminal Mojok, nyatanya saya jadi ke Jogja. People change, saya juga.

Selama hampir setahun pula saya baru menyadari bahwa Jogja memang bukan kota sembarangan. Kota ini istimewa. Orang-orang mungkin merasa Jogja istimewa karena ada kraton, gudeg, bakmi godog, ratusan warung yang mengolah kuliner kambing, serta tentu saja Babarsari yang membuat gentar. Tapi keistimewaan ini bagi saya terlalu mainstream.

Mencari kraton? Jogja bukan satu-satunya. Soal kuliner? Duh, semua kota punya andalan. Kota yang malamnya mencekam? Lho, banyak. Lalu kenapa Jogja istimewa?

Tak ada suara klakson saat berhenti di lampu merah Jogja

Jika kalian berasal dari Jakarta, Surabaya, atau Malang, kalian tentu mengerti maksud saya lampu merah yang nyaman di telinga. Yakni hampir tak ada klakson yang berbunyi setelah lampu hijau menyala beberapa detik. Bahkan ketika lampu hijau berganti ke lampu merah dan kendaraan belum berhasil melewati bangjo, klakson tetap tidak terdengar di Jogja.

Suatu waktu kakak tingkat yang pertama kali menemani saya di Jogja meminta saya bereksperimen di lampu merah Ring Road utara menuju Jalan Kaliurang. Saya diminta mengklakson begitu lampu hijau menyala. Tin, tin, tin. Bisa ditebak selanjutnya banyak kepala yang menoleh ke arah sepeda motor saya.

Saya sampai bingung. Orang Jogja memang pengertian kepada pengendara lain, tidak punya klakson, atau memang di sini klakson hukumnya makruh tak seperti di Malang atau Jakarta, misalnya?

Jalanan Jogja “ramah” di mata

Ramah di mata maksud saya adalah jalanan di Jogja hanya menampilkan sedikit reklame, baliho, atau hal sejenisnya untuk kampanye. Percayalah, jalan yang seharusnya indah bisa begitu memuakkan jika terdapat gambar orang-orang tersenyum mengemis untuk dipilih.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Memangnya di Jogja tidak ada baliho atau papan reklame kampanye di jalanan? Tentu saja ada. Tapi ketika pilpres dan pileg kemarin, saya merasa Jogja sedang tidak mengikuti event tersebut. Kalaupun ada, jumlahnya tak sebanyak di kota lain.

Malang tak perlu meniru Jogja

Dua hal di atas bagi saya cukup untuk mengatakan kalau Jogja istimewa. Sekarang mari kita beranjak ke Malang, kota yang sebenarnya menjadi poin dari tulisan ini.

Apabila melihat pembangunan Malang beberapa tahun terakhir, banyak orang yang menganggap bahwa Malang ingin meniru Jogja. Ada banyak tulisan yang membahas soal ini. Malang seolah kurang puas dengan penamaan Kota Pelajar di Jawa Timur.

Kota ini enggan disebut sebagai miniatur dari Jogja. Malang ingin meniru, atau mblegedesnya ingin melampaui Jogja, dan konyolnya ambisi tersebut bagi saya tidak akan terwujud.

Akan tetapi Malang memang tak perlu meniru Jogja. Pemerintah dan pihak-pihak yang memiliki kewenangan dalam mengelola Kota Apel ini seharusnya menyadari bahwa kota ini memiliki potensi dan identitasnya sendiri. Malang memiliki sesuatu yang tidak ada di kota lain. Jogja yang istimewa itu justru akan segera redup bila orang-orang menyadari potensi Malang yang sebenarnya selalu menyala.

Warna Malang yang tak disadari banyak orang

Nyala itu muncul dari Malang yang berwarna. Tapi, mohon dimengerti bahwa warna Malang tidak hanya dipandang dari perkampungan kumuh yang kemudian dicat dengan berbagai warna. Malang yang berwarna tidak hanya itu.

Akan tetapi cobalah berkeliling kota ini, mulai dari ujung barat melalui Kediri dan ke ujung timur yang berbatasan dengan Lumajang atau Probolinggo. Rasa gregetan yang disebabkan kehabisan bensin tak akan muncul karena sepanjang perjalanan kita akan melihat warna Malang dari wajah beberapa orang yang mencari perhatian.

Wajah-wajah tersebut dibungkus warna merah, hijau, putih, sampai oranye. Mulai dari petahana yang memakai slogan Sudah Terbukti, ibu-ibu yang meminjam nama leluhurnya untuk mencari perhatian, sampai PJ Wali Kota aktif yang statusnya PNS juga terpampang di tengah kota. Sungguh, Malang yang bagi saya berwarna

Malang yang menyala juga harus dilihat pula pada kejadian tanggal 1 Oktober 2022. Sungguh, itu adalah sebuah kejadian yang membuat nama Indonesia mentereng di kategorinya. Meski banyak orang yang mengatakan bahwa itu kejadian kelam karena banyak reklame berwarna hitam atau abu-abu di sepanjang jalan, kita harus sadar bahwa munculnya warna cerah karena ada warna gelap.

Gelap juga menyumbang pada spektrum warna, lho. Buktinya setelah kejadian kelam di bulan Oktober tersebut banyak reklame, baliho, banner, dan papan-papan berwarna hitam kemudian tertutup reklame lain yang berwarna-warni. Reklame orang dengan warna dan angka-angka.

Akan selalu menyala berwarna-warni

Warna-warna tersebut seharusnya membuat orang menyadari bahwa Malang sebenarnya sudah menyala. Warna-warna tersebut membuat warga atau orang yang berlibur ke kota ini benar-benar merasakan liburan. Bahkan ketika lampu merah, dan karena kota ini bukan Jogja, maka sambil menikmati klakson yang bersahutan, orang-orang tetap bisa “cuci mata” dengan warna-warna Malang di pinggiran jalan

Warna-warna di reklame, baliho, spanduk, dll., itu seolah menegaskan tak ada kemalangan di dalamnya. Malang tetap menyala dan akan selalu menyala dengan warna-warnanya. Mengalahkan Jogja yang katanya istimewa.

Penulis: Ahmad Yusrifan Amrullah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kota Malang Benar-benar Malang, Transportasi Publik Bobrok Berkat Pemkot Nggak Paham Prioritas.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Juli 2024 oleh

Tags: jalanan Jogjajalanan malangJogjaklakson bersahutanMalang
Ahmad Yusrifan Amrullah

Ahmad Yusrifan Amrullah

Berusaha ganteng lahir batin.

ArtikelTerkait

Ramainya Jogja Sudah Nggak Masuk Akal, bahkan bagi Orang Luar Kota Sekalipun

Ramainya Jogja Sudah Nggak Masuk Akal, bahkan bagi Orang Luar Kota Sekalipun

5 Juli 2025
Miskin, Gagal Masuk Kampus Impian, Kini Gaji 4 Kali UMR Jogja (Unsplash)

Batal Kuliah di Kampus Impian karena Miskin, Bersyukur karena Sekarang Bisa Bekerja dengan Nyaman dan Dapat Gaji 4 Kali UMR Jogja

12 Juni 2025
Jogja, Kota Pelajar yang Mengajarkan Saya Ikhlas Menderita

Jogja, Kota Pelajar yang Mengajarkan Saya Ikhlas Menderita

26 Agustus 2025
Aturan Tidak Tertulis Apotek, Sebaiknya Pelanggan Tahu supaya Tidak Merepotkan Apoteker Mojok.co jogja

3 Sisi Gelap Menjadi Apoteker di Apotek Pinggiran Jogja

22 Juli 2025
Sri Sultan HB IX, Sultan Paling Sakti Sekaligus Raja Sakti Terakhir Tanah Jawa

Sri Sultan HB IX, Sultan Paling Sakti Sekaligus Raja Sakti Terakhir Tanah Jawa

12 Februari 2024
Kok Bisa Ada Orang Bahagia di Jogja, padahal Hidup Mereka Susah?  

Sebaiknya Jogja Ditutup Saja Saat Tahun Baru

27 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.