Mal Jakarta Timur seperti dari “Planet yang Lain” Dibanding Mal Jakarta Selatan

Mal Jakarta Timur seperti dari “Planet yang Lain” Dibanding Mal Jakarta Selatan Mojok.co

Mal Jakarta Timur seperti dari “Planet yang Lain” Dibanding Mal Jakarta Selatan (unsplash.com)

Penggalan lirik lagu Sal Priadisepertinya kau memang dari planet yang lain” cocok untuk menggambarkan mal-mal di Jakarta Timur. Dibandingkan dengan mal-mal di Jakarta Selatan yang lekat dengan citra fancy, mal-mal di Jaktim benar-benar kebalikannya. 

Di Jakarta Selatan, mal bukan sekadar tempat belanja. Mal juga menjadi ajang eksistensi, mulai dari pakaian yang digunakan hingga tempat-tempat nongkrong yang dipilih. Nggak heran kalau banyak titik yang di mal-mal Jaksel yang begitu Instagram-able. Spot ini jelas berguna untuk menunjang eksistensi orang-orang yang datang. 

Kondisinya jauh berbeda ketika menginjakkan kaki di mal-mal Jakarta Timur. Di sana mal benar-benar dijadikan ajang belanja saja. Lebih buruknya lagi, jadi tempat berteduh setelah seharian terpapar cahaya matahari dan debu jalanan Jaktim.  

Masuk mal seperti menonton catwalk

Satu hal yang paling terasa ketika masuk mal di Jaksel adalah pengunjung yang datang banyak yang modis. Kalau tidak percaya, coba saja datang ke PIM atau Senayan City. Ketika masuk kalian seperti sedang berada di acara fashion saking beragam pakaian yang dikenakan pengunjung mal. Termasuk, logo merek ternama yang begitu mudah ditemui. 

Selain penampilan pengunjungnya, gerai-gerai mal Jaksel juga lebih mewah daripada mal Jaktim. Ada banyak pilihan kafe dan restoran ternama dengan desain gerai yang instagramable. Makanan dan minumannya disajikan begitu rupa, sangat cocok dijadikan konten. 

Jakarta Timur, malnya pejuang keluarga

Kondisinya jauh berbeda dengan Jakarta Timur. Fungsi Mal benar-benar berbeda. Mal di Jaktim lebih kayak perpanjangan dari pasar grosir atau tempat kumpul anak-anak muda yang lagi nunggu hujan reda. Orang datang bukan buat nongkrong fancy, tapi buat belanja kebutuhan sehari-hari atau sekadar service HP yang layarnya retak. 

Kalian tidak percaya? Coba saja mampir ke Tamini Square. Apa yang pertama kamu temui? Bukan toko parfum mewah atau baju bermerek, tapi mbak-mbak yang jual daster dan sederet kain lainnya. Mau kaos, kemeja, baju tidur, daleman, sampai sprei juga ada. Belum lagi konter servis jam tangan yang berjajar berderet. Orang-orang di sini nggak butuh coffee shop mewah dengan harga segelas kopi setara tiket nonton XXI, butuhnya hanya bertahan hidup.

Sedikit cerita, waktu itu saya pernah pergi berdua dengan teman saya ke Lippo Mall Kramat Jati. Suasananya lebih mirip pasar malam ketimbang mal. Kenapa? Karena waktu itu di parkiran depan mall ada bianglala dan sederet mainan anak-anak khas pasar malam. Belum lagi tentang outfit yang dikenakan. Kebetulan waktu itu teman saya ini outfitnya sangat JakSel. Typical mbak-mbak JakSel gitu lah. Sontak saja jadi pusat perhatian disitu. Diliatin sama banyak orang dari atas sampai bawah. Mungkin dikira salah gaul kali ya?

Dua dunia yang berbeda

Kenyataannya, mall di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur itu kayak dua galaksi yang jauh banget. Dipisah cuma sama jalan tol, tapi beda atmosfernya. Di Selatan, kamu bisa makan sushi sambil nunggu pameran mobil sport terbaru. Di Timur? Kamu mungkin sibuk nawar harga ke mbak-mbak yang jualan gamis. Padahal mall, tapi tetep bisa nawar.

Ya begitulah Jakarta. Di sisi selatan, orang-orang beli kopi fancy sambil nunggu meeting penting yang nggak jelas kapan mulainya. Di Timur, orang-orang duduk santai sambil makan nasi padang seharga parkir mobil di mall elite.

Penulis: Ken Elsaning Savitri
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA 5 Alasan Mal Jadul, Galeria Mall, Masih Digemari Orang Jogja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version