Makna Kata ‘Sa’, ‘Su’, ‘Pi’, dan ‘Pu’ dalam Dialeg Orang Flores. Terminal Mulok #01

Makna Kata ‘Sa’, ‘Su’, ‘Pi’, dan ‘Pu’ dalam Dialeg Orang Flores. Terminal Mulok #01

Bukan cuma letak pulau Flores yang bikin orang-orang bingung seperti tulisan saya sebelumnya tetapi beberapa kata baku dalam Bahasa Indonesia yang sebenarnya sudah baik tetapi malah pengucapan disingkat oleh orang Flores juga membuat bingung banyak orang dan hanya kami sendiri sesama “Timur” yang paham jika saling berbicara atau sekedar berbasa-basi.

Pulau Flores memiliki 8 Kabupaten/Kota dan setiap kabupaten memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda. Akan sangat sulit jika satu orang Flores menguasai 8 bahasa daerah yang ada. Jika ada orang Flores yang menguasai 8 daerah yang ada, pasti orangnya nomaden ke seluruh daratan Flores.

Setiap daerah punya beberapa bahasa yang unik dan menjadi ciri khas daerahnya masing-masing, seperti “ole” dari Manggarai, “wala” dari Bajawa, atau “ngero” dari Ende. Tiga kata unik tersebut bisa dikatakan memiliki makna yang sama, salah satunya untuk menunjukkan suatu reaksi. Contohnya seperti ini.

Manggarai: “Ole, itu enu (perempuan) cantik ee.”

Bajawa: “Wala, itu ana fai (perempuan) cantik eee.”

Ende: “Ngero, itu nona (perempuan) cantik eee.”

Tiga kata tersebut yakni “Ole”, “Wala”, dan “Ngero”, sama-sama memiliki makna untuk menunjukkan kekaguman terhadap kecantikan seorang perempuan. Namun, pengucapannya berbeda setiap daerah sesuai dengan logat masing-masing.

Terlepas dari setiap bahasa daerah di Flores yang berbeda-beda, semua bahasa daerah tersebut akan terhubung dengan beberapa kata yang secara arti dan pengucapannya sama, tapi sering disingkat dari kata aslinya. Misalnya, kata-kata berikut ini, “saya” atau “saja” disingkat “sa”; “sudah” disingkat “su”; “pergi” disingkat “pi”; atau “dengan” disingkat “deng”.

Berikut cara penggunaan dari kata-kata tersebut.

#1 Mengenal kata “sa”

Kata “sa” bisa berfungsi untuk menunjukkan kata “saya” dan untuk kata “saja”.

Contoh: “Sa masih kenyang.” Artinya, “Saya masih kenyang.”

Demikian halnya dengan kata “saja” yang biasa disingkat menjadi “sa.”

Contoh: “Beli rokok cukup dua batang sa.” Artinya, “Beli rokok cukup dua batang saja.”

Bagi orang Flores, penggunaan kata “sa” bisa berfungsi untuk menunjukan diri sendiri (saya) dan bisa menunjukkan kata “saja” tergantung situasi yang tepat kapan bisa digunakan.

#2 Mengenal kata “su”

Jika orang Jawa sering menyingkat kata “asu” menjadi “su” dengan penuh penekanan untuk misuh atau menunjukkan ekspresi kekesalan, berbeda dengan orang Flores.

Contoh: “Su sampai rumah.” Artinya, “Sudah sampai rumah.”

Jadi, kalau teman-teman ke Flores dan mendengar kata “su” itu bukan misuh, ya, tapi ini memiliki arti “sudah”. Lagian pisuhan orang Flores berbeda dan terkesan lebih garang dalam pengucapannya, kok.

#3 Mengenal kata “pi”

Orang Timur pada umumnya mengganti kata “pergi” menjadi “pigi”. Berbeda dengan orang Flores yang malah memotong dan menyingkat kata “pergi” menjadi “pi”.

Contoh: “Mau pi kerja dulu.” Artinya, “Mau pergi kerja dulu.”

Entah apa yang merasuki, tetapi kata “pi” sebagai pengganti kata “pergi” sangat familiar di kuping orang Flores.

#4 Mengenal kata “pu”

Pada umumnya, kata “punya” akan disingkat “pu” oleh orang-orang Flores atau orang Timur lainnya. Kata “pu” bertujuan untuk menunjukkan kepemilikan akan sesuatu.

Contoh: “Bapa pu baju masih basah.” Artinya, “Bapa punya baju masih basah.”

Akan sangat membingungkan bagi orang di luar Flores jika beberapa kata yang disingkat di atas dipadukan menjadi satu kalimat seperti, “Sa su makan di rumah.” (Saya sudah makan di rumah).

Atau mungkin contoh lain yang berpotensi bikin kalian gagal paham, jika mendengar kalimat seperti ini, “Sa pi pasar dulu.” (Saya pergi pasar dulu). Mungkin teman-teman akan bertanya: lah ini yang mau ke pasar siapa? Saya atau sapi?

Contoh lainnya seperti kalimat, “Sa pu pacar sekarang”. Lah ini kenapa pacarnya mau disapu atau mau bersih-bersih pacar?

Sebenarnya masih banyak kata-kata yang pengucapannya disingkat sesuka hati oleh orang Flores atau Timur. Entah siapa yang mengawalinya. Mungkin pada saat itu seseorang sedang mengunyah jagung panas dalam mulutnya. Lantas, ketika ditanya oleh ibunya: apakah ia sudah pergi ke pasar? Dengan nada marah-marah. Ia dengan ketakutan dan mulutnya yang kepanasan menjawab, “Sa su pi pasar tadi mama.” Mungkin loh, yaaa.

*Terminal Mulok adalah segmen khusus yang mengulas tentang bahasa dari berbagai daerah di Indonesia dan dibagikan dalam edisi khusus Bulan Bahasa 2021.

BACA JUGA Menerka Alasan Warung Kopi di Flores Sering Sepi Pengunjung atau tulisan Alexandros Ngala Solo Wea lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version