Orang kadang suka asal menyimpulkan sesuatu. Begitu tahu kami kuliah di Universitas Negeri Semarang (UNNES), langsung bilang, “Gagal masuk Universitas Diponegoro (UNDIP), ya?” Padahal yang gagal itu logika mereka, bukan kami. UNNES itu bukan plan B, apalagi kampus pelarian. Ini pilihan sadar dari orang-orang waras yang tahu arah hidupnya ke mana.
Kami hidup di kampus yang jauh dari mall, tapi dekat dengan burjo legendaris. Hidup di UNNES itu bukan sekadar belajar, tapi juga bertahan. Bertahan dari banyak hal. Bukan cuma soal akademik, tapi kehidupan sehari-hari. Jadi kalau ada yang meremehkan kami, coba deh main-main ke Sekarang. Biar tahu sendiri kerasnya kehidupan mahasiswa UNNES ditempa dari lereng, bukan dari gengsi.
Diterima di UNNES bukan karena ditolak UNDIP
Orang sering mengira kami cadangan. Katanya kami ke kampus ini karena gagal. Padahal yang bener, kami memilih UNNES. Bukan karena nggak bisa masuk UNDIP, tapi karena kampus pilihan kami ini juga keren. Jurusan di kampus ini juga punya akreditasi unggul, bukan hasil isian kosong.
Orang yang mengatakan masuk UNNES cuma plan B, mungkin belum pernah mampir ke kampus kami. Coba datang pas pagi hari, lihat semangat mahasiswa yang kuliah naik sepeda. Itu bukan keterpaksaan, tapi gaya hidup sehat. Di sini, belajar nggak cuma di kelas. Tapi juga di jalan, di kantin, dan di tanjakan Trangkil.
Kampus konservasi, bukan konservatif
Orang yang bilang UNNES kampus “biasa aja” pasti belum paham. Kampus ini kampus konservasi, tapi bukan berarti konservatif. Kami peduli lingkungan, bukan cuma soal tanam pohon. Tapi juga soal cara pikir yang bertanggung jawab. Yang buang sampah sembarangan, bisa dikutuk dosen Biologi.
Kampus kami jauh dari pusat kota, tapi dekat dengan alam. Tiap hari mahasiswa di sini disapa kabut pagi dan suara burung. Kami sudah terbiasa naik turun tanjakan, jadi jarang sakit. Kami kuat karena terbiasa susah. Nggak manja, tapi juga nggak norak.
Mahasiswa UNNES juga bisa berprestasi
Kalau soal prestasi, jangan salah. Mahasiswa UNNES juga banyak juara nasional maupun internasional. Dari debat, keilmuan, sampai olahraga. Yang bilang kami kampus kelas dua, pasti belum update data. 10 medali emas dari ASEAN University Games 2024 bahkan pernah kami bawa pulang.
Banyak dari kami yang magang di instansi ternama. Kami punya kemampuan yang bisa diadu dengan mahasiswa dari kampus lain. Jadi mahasiswa UNNES bukan nasib sial. Ini jalan yang kami pilih dengan kepala tegak. Kami memang nggak sering masuk headline berita, tapi bukan berarti prestasi kami nihil. Sekali tampil, kami bikin orang mikir: “Ini anak UNNES? Serius?”
Bukan barang retur
UNNES bukan tempat penampungan gagal SNBP maupun SNBT. Mahasiswa yang masuk sini bukan barang retur dari UNDIP. Kami orisinal dengan niat kuat dari awal. Bukan sisa, tapi bagian dari cerita. Kami masuk UNNES karena kami tahu arah hidup.
Mau jadi guru, aktivis, jurnalis, atau ilmuwan. UNNES merupakan tempat buat semua. Di sini kami belajar dengan tekun, bukan dengan gengsi. Yang bilang kami “turunan” UNDIP, mungkin perlu belajar ulang sejarah. Karena yang asli belum tentu selalu unggul.
Yang penting bukan kampusnya, tapi mahasiswanya
Kampus merupakan tempat belajar, bukan label harga. Yang bikin bangga bukan namanya, tapi perjuangannya. Mahasiswa UNNES tahu bagaimana kerja keras itu penting. Kami belajar tanpa banyak fasilitas, tapi tetap berprestasi. Jadi, jangan ukur kami dari nama kampus saja.
Kita semua sedang menempuh jalan masing-masing. Entah di UNDIP, UNNES, atau kampus mana pun. Yang penting bukan tempatnya, tapi siapa kita nanti. Kami mahasiswa UNNES, dan kami bangga. Kami bukan barang retur, tapi calon sarjana penuh tekad.
Penulis: Ramanda Bima Prayuda
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA UNNES Semarang: Ada Semarang dalam Namanya, tapi Ternyata Jauh dari Pusat Kota Semarang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
