Sebagai insan yang pernah menekuni kerja sebagai karyawan di dunia pertokobukuan selama 2 tahun lebih beberapa waktu lalu, saya sudah cukup kenyang melayani dan menghadapi berbagai tipe manusia pembeli buku. Kebetulan toko buku tempat saya bekerja itu cukup lengkap menjual berbagai jenis buku; dari buku-buku umum, kuliah, pelajaran sekolah, novel, agama, dan lainnya, baik dalam kondisi baru maupun bekas. Karena secara proporsi yang dijual adalah buku-buku yang diperuntukkan untuk mahasiwa dan otomatis pembelinya adalah mahasiswa, saya jadi hapal bagaimana tipe dan tingkah para mahasiswa saat membeli buku tersebut. Bahkan, saya bisa tahu tingkatan mahasiwa tersebut meski tidak diberitahunya.
Loh, kok bisa? Ya, bisa dong!
Berikut saya rangkum tipe dan faktanya. Cekidot!
Tipe mahasiswa saat membeli buku #1 Mahasiswa Semester Baru
Nah, mahasiswa semester awal ini yang paling mudah dideteksi untuk dikenali saat membeli buku dan paling bersahabat sama toko buku. Biasanya jenis mahasiswa ini merupakan pribadi yang antusias dan tak sungkan untuk membeli berbagai jenis buku.
Dari yang awalnya cuma ingin membeli buku teks mata kuliah yang diwajibkan dosennya, ehh, karena melirik-melirik novel yang dipajang malah melebar beli novel dan lainnya. Bahkan beberapa mahasiswa baru ini juga kadang membeli dua bahkan tiga buku teks mata kuliah dengan judul yang sama, namun berbeda pengarang. Ya, mungkin untuk sebagai referensi alternatif atau pembanding. Syukurlah, buku kami jadi laku.
Dan, yang terpenting—dan menguntungkan—jenis mahasiswa ini tidak (tahu dan mau) menawar-nawar dalam membeli bukunya. Apalagi mahasiswa baru kampus IAIN/UIN. Mereka kalau beli buku langsung bayar. Gak mau nawar dan langsung pulang. Takut gak berkah kali ya ilmunya kalau bukunya ditawar.
Oh, iya. Berdasarkan amatan saya, jenis mahasiswa ini juga umumnya datang membeli bukunya sendiri-sendiri atau berdua saja. Tidak bergerombol. Maklum saja, mahasiswa baru. Masih penjajakan pertemanan.
Tipe mahasiswa saat membeli buku #2 Mahasiswa semester menengah
Ini adalah jenis mahasiswa yang kalau mau beli buku teks mata kuliah yang diwajibkan dosennya senantiasa harus perang urat syaraf dulu sama pelayan toko bukunya. Pasalnya, mereka ini kalau nawar bukunya mau sampai setengah harga dari harga katalog atau Harga Eceran Tertinggi (HET)!
FYI, dalam industri perbukuan biasanya penerbit akan memberi diskon di kisaran 30%-50% (tergantung penerbit) per buku kepada toko buku selaku distributor. Oleh toko buku, diskon tersebut diberikan lagi kepada pembeli sekitar 5-15% seperti yang diterapkan oleh toko buku tempat saya bekerja. Tentu saja tidak semua toko buku memberikan diskon yang sama. Bahkan ada yang tidak memberikan diskon sama sekali.
Jadi, bilamana ada yang menawar buku sampai setengah harga, itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Sesuatu yang tidak berperikebukuan!
Belum lagi bila mereka ini datangnya bergerombol untuk belinya. Selain jadi semakin semena-mena nawarnya, juga amat bising dan suka ngancam gak jadi beli bukunya dan pergi belinya ke toko buku sebelah. Pokoknya, benar-benar menguji kesabaran deh. Terjadi tarik-ulur yang alot untuk jalan tengah dan menyepakati harga jadi.
Sepertinya mereka di tingkat ini sudah mendapat kaderisasi dan asupan kiat-kiat untuk membeli dan tawar-menawar buku murah dari para seniornya. Maklum. Dah gak polos lagi.
Tipe mahasiswa saat membeli buku #3 Mahasiswa semester akhir
Ini jenis mahasiswa yang mencoba menjalin keramahan dan keakraban dengan karyawan toko buku. Terlebih para mahasiswa yang telah saya tandai telah mengorkestrasi teman-temannya menawar buku secara tidak berperikebukuan pada semester lalu. Mereka senantiasa menunjukkan gestur berdamai dengan masa lalu sama kami.
“Waktu gerombolan, berlagak singa. Waktu cari bahan skripsi sendiri, jadi meong. Huuuh, dasar!” batin saya.
Proses penjalinan kekerabatan ini bukan tanpa alasan. Sebagai mahasiswa akhir yang akan mengerjakan skripsi, tentu saja mereka memerlukan buku dan bahan referensi yang banyak. Hal yang tentu saja merepotkan saya sebagai pekerja toko buku.
Pasalnya, saya harus membantu mencarikan dan membuka bungkusan sampul plastik buku tersebut, untuk melihat dan memberi dia membaca apakah isi buku tersebut adalah sesuai dengan yang dicari untuk bahan skripsinya. Maka sering juga terjadi, sudah banyak yang dibuka dan dibaca buku-buku tersebut pada akhirnya yang dibeli cuma satu buku saja. Yang lainnya gak jadi dibeli, dengan alasan tidak ada yang sesuai dengan bahan yang dicari buat skripsinya.
Bahkan, yang lebih ngehe, ada yang sesuai isi buku tersebut, namun karena cuma 1 atau 2 halaman saja yang pas, pada akhirnya cuma difoto. Gak dibeli. Kan, kimak!
Satu-satunya yang menyenangkan hati terhadap jenis mahasiswa ini adalah bila mahasiswa tersebut perempuan, terlebih cantik meminta kontak saya untuk menghubungi dan meminta bantuan mencari buku buat bahan skripsinya. Saya akan secara sukarela mengulik dan rutin membaca buku-buku untuk mencari bahan skripsinya tersebut. Padahal saya (saat itu) adalah tamatan STM.
Bonus:
Tipe mahasiswa saat membeli buku #4 Anak STM
Ini adalah jenis pembeli buku musiman, yakni pada saat perhelatan Ujian Tengah Semester (UTS) atau Ujian Akhir Semester (UAS). Biasanya mereka datang membelinya bergerombol. Bukunya dibeli buat dibaca? Ya, gak mungkinlah. Buat perbaikan nilai atau remedial. Anak STM mah gak suka baca. Sukanya tawuran.
Jadi, kamu tipe pembeli yang mana?
BACA JUGA Bagaimana Meme Mempertontonkan Inkompetensi Polisi dalam Isu Anarkisme
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.