Wacana pembentukan Provinsi Madura terus bergulir mengiringi hiruk-pikuk Pemilu 2024. Entah, memang niat baik untuk membangun Madura, atau sebagai pemanis kampanye saja. Pasalnya, wacana tersebut sebenarnya sudah ada lebih dari 10 tahun lalu. Namun, sampai saat ini, wacana hengkang dari Jawa Timur hanya menjadi wacana musiman.
Saya pribadi menyayangkan usaha tersebut belum juga tercapai. Sebagai mahasiswa Madura yang merantau, saya sering bertemu mahasiswa dari provinsi lain yang tidak tahu bahwa Madura sebetulnya adalah sebuah entitas yang benar-benar berbeda dan terpisah dari Jawa.
Bukan hanya letak geografis saja, tetapi juga bahasa, budaya, dan norma masyarakat Madura sangat berbeda. Makanya, jika terus menjadi bagian dari Jawa Timur, keberadaan pulau garam akan terus tertimbun.
Madura itu pulau, bukan kabupaten
Jarang sekali masyarakat yang mengenal kabupaten-kabupaten di Madura. Yang mereka kenal hanya “Kalau Madura, berarti bagian dari Jawa Timur”, sedangkan Sumenep, Pamekasan, Sampang, apalagi Bangkalan, jarang mereka dengar.
Saya sering mengalami sendiri fenomena ini ketika berkenalan dengan orang dari luar Jawa Timur, bahkan orang Jawa Timur sendiri. Tidak seperti orang lain yang dengan mudah dan bangga menyebutkan asal kota/kabupaten mereka. Saya sering harus menjelaskan panjang lebar pertanyaan-pertanyaan lain. Misalnya itu kabupaten mana, berapa jumlah kabupaten, apa kabupaten di ujung timur, ujung barat, bahkan mana yang paling maju.
Berbeda jika saya langsung bilang kalau saya dari Madura. Mereka tidak ingin tahu dari Madura mana saya. Hal ini karena masyarakat terlalu fokus pada perbedaan geografis yang terpisah, sehingga pikirannya cukup, “Oooo, Madura.”
Baca halaman selanjutnya: Jawa Tmur maju pesat, Madura masih tertinggal.