Gegap gempita media sosial dimeriahkan oleh adik-adik yang diterima masuk perguruan tinggi lewat jalur SBMPTN. Dengan berbagai caption yang menyertainya, jelas adik-adik ini sedang merasakan hati yang berbunga-bunga karena harapannya untuk diterima di perguruan tinggi idaman dapat tercapai.
Cap kelulusan “jalur korona” yang sempat membuat mereka dipertanyakan seolah terbayarkan dengan tuntas membagikan bukti tangkapan layar pengumunan lolos SBMPTN. Eitsss, tapi jangan senang dulu dik!
Diterima di kampus idaman mungkin hanya permulaan sebuah perjalanan yang sungguh melelahkan. Alih-alih tersenyum lebar, mereka justru menangis kencang.
Adik-adik sekalian yang baru diterima di kampus idaman semua suci. Kesucian adik-adik maba bisa jadi sebuah peluang kakak-kakak untuk “menggoda” adik-adik masuk organisasi antah berantah yang di modifikasi menjadi terlihat edgy padahal kemungkinan besar ujung-ujungnya dijadikan sebagai suksesor ambisi kakak-kakak yang sedang belajar untuk menjadi seorang oligarkis. Itu baru kemungkinan pertama.
Kedua, adik-adik SBMPTN akan dihadapkan terhadap sistem pembelajaran yang jauh berbeda. Dahulu di SMA, saat bolos sekolah dan ketahuan pasti akan diburu guru BK dan diancam akan dilaporkan ke orang tua. Di kampus tidak begitu. kalau kalian sedang males kuliah, kemudian ketahuan bolos, ya dosen tidak akan memanggil untuk disidang.
Dosen dengan santai tinggal menghitung jumlah bolos. Setelah melampaui kontrak awal batas bolos, dengan santai pula mencoret nama kalian untuk tidak diluluskan di mata kuliah yang beliau ampu.
Lalu apa? Kalian, adik-adik SBMPTN, harus mengulang mata kuliah dengan terpaksa dan tidak jarang pula terstigma sebagai “cah lumuh” a.k.a pemalas oleh adik tingkat kalian.
Padahal jelas, mengulang kuliah bukan tanda kemalasan melainkan sebuah sikap. Sungguh memilukan bukan?
Ketiga, kampus idaman tak jarang adalah kampus bergengsi yang memiliki model pengajaran yang “ndakik-ndakik” yang sulit dimengerti serta dibarengi oleh pemberian seabrek tugas yang tak kalah sulitnya.
Saya menyadari, pemilihan kampus oleh adik-adik SBMPTN sekalian pasti telah melewati pertimbangan yang matang. Rintangan, seolah siap dihadapi. Sayangnya, kita tidak bisa memprediksi dengan baik masalah apa yang akan mendera saat sudah sah menjadi mahasiswa di kampus idaman. Saya punya teman yang kemudian terpaksa mengundurkan diri karena merasa beban tugas perkuliahan terlampau berat. Padahal, jurusan itu ya pilihan dia sendiri.
Terakhir, kampus adalah hutan belantara dengan banyak ranjau mematikan. Maksudnya, kampus berisi ribuan mahasiwa yang memiliki beragam latar belakang yang apabila seorang adik SBMPTN tidak berhati-hati, akan mudah terjelembab dan malah merugikan dirinya sendiri.
Di kampus, ada mahasiswa model aktivis yang getol mengikuti beragam demo tetapi perkuliahan berantakan. Ada yang rajin mengikuti perkuliahan tetapi tidak peka terhadap isu yang merugikan rakyat atau bahkan mahasiswa itu sendiri. Hati-hati terjebak di dua kutub tersebut.
Jadi, lolos SBMPTN dan masuk unversitas idaman bukan pengalaman yang sepenuhnya heroik. Adik-adik harus sadar bahwa SBMPTN adalah gerbang masalah-masalah baru. Saat ini, merayakan sebuah pencapaian karena telah melampaui satu tahap awal perkuliahan sah-sah saja dilakukan. Tapi ingat, dik! Ada banyak kejutan yang siap membuat hari-harimu semakin berwarna. Waspadalah selalu wahai adikku!
Oh iya, selamat sudah berhasil diterima di kampus idaman ya adik-adik SBMPTN!
BACA JUGA Cara Anak Pesantren Ngelawan Setan yang Bisa Niruin Baca Alquran atau tulisan Muhamad Fauzi Zakaria lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.