Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Loker

3 Hal yang Sebaiknya Jangan Diunggah di LinkedIn kalau Tidak Ingin Menyesal

Raihan Muhammad oleh Raihan Muhammad
30 Maret 2025
A A
3 Hal yang Sebaiknya Jangan Diunggah di LinkedIn kalau Tidak Ingin Menyesal Mojok.co

3 Hal yang Sebaiknya Jangan Diunggah di LinkedIn kalau Tidak Ingin Menyesal (unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

LinkedIn itu media sosial yang unik, berbeda dengan yang lain.. Kalau Twitter (X) tempatnya sarkasme dan abang-abangan filsuf, Instagram buat pamer liburan, dan Facebook jadi arena debat bapak-bapak, maka LinkedIn ibarat ruang seminar profesional. Itu mengapa karakteristik kontennya cenderung kaku, penuh basa-basi, dan sesekali diselingi motivasi yang kelewat serius.

Di LinkedIn, orang-orang sibuk membangun personal branding. Foto profilnya necis, deskriposi bio penuh kata-kata keren kayak “Passionate about digital transformation” atau “Committed to lifelong learning”. Setiap orang seolah berlomba-lomba terlihat paling sukses, paling sibuk, dan paling visioner. Padahal, ya belum tentu juga.

Akan tetapi, di tengah kesan serius itu, selalu ada yang nyeleneh. Ada yang curhat masalah pribadi, pamer push rank, atau lebih parah lagi—posting hal-hal yang sama sekali nggak ada hubungannya dengan dunia kerja. Kalau merasa LinkedIn kalian isinya makin absurd, mungkin ini yang tepat untuk membahas hal-hal yang sebaiknya nggak usah diposting di LinkedIn. 

Membagikan hasil main game, push rank

Di tengah lautan profesional yang sibuk membangun personal branding, tiba-tiba muncul satu unggahan yang nyeleneh: hasil mabar. Lagi scroll LinkedIn, lihat orang-orang membagikan pencapaian karier, strategi bisnis, atau tren industri terbaru, eh, ada yang bangga pamer Mythical Glory di Mobile Legends atau Radiant di Valorant. Lengkap dengan caption ala motivasi, “Dari Epic ke Legend butuh perjuangan, sama seperti naik jabatan di kantor.”

Sebagai hiburan, ini memang lucu. Tapi kalau bicara relevansi? Rasanya kecil kemungkinan ada HRD yang tiba-tiba bilang, “Kami mencari manajer proyek yang bisa clutch 1v5 di CS:GO.”

Mungkin maksudnya ingin menunjukkan bahwa kerja keras dan ketekunan dalam grinding bisa diterapkan dalam dunia profesional. Tapi, kalau caption-nya berbunyi, “Dari Epic ke Legend butuh perjuangan, sama seperti naik jabatan di kantor,” jujur saja, reaksi yang muncul kemungkinan besar antara ngakak atau cringe maksimal.

Bukan berarti gaming itu nggak ada nilainya. Banyak keterampilan dalam dunia gim yang bisa diasah untuk kehidupan profesional—mulai dari teamwork, strategi, problem solving, sampai manajemen emosi. Tapi, kalau pencapaiannya sekadar naik rank atau win streak, rasanya lebih cocok dibagikan di grup komunitas atau Discord ya, bukan di LinkedIn.

Pamer hasil mancing ikan di LinkedIn

Di antara unggahan soal pencapaian karier, tips membangun networking, dan analisis tren industri, tiba-tiba muncul satu postingan dengan foto seseorang memegang ikan hasil tangkapannya. Caption-nya? “Kesabaran dalam mancing sama seperti kesabaran dalam mencapai kesuksesan di dunia kerja.”

Baca Juga:

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Oke, memang, kesabaran adalah keterampilan yang penting dalam dunia profesional. Tapi, apakah ini relevan dengan audiens LinkedIn? Kecuali kalau seseorang adalah nelayan profesional, pengusaha di industri perikanan, atau ahli marine conservation, unggahan seperti ini lebih cocok masuk ke grup hobi atau forum pecinta mancing, bukan di platform yang isinya para profesional sedang berbagi wawasan soal karier dan bisnis.

Mungkin maksudnya ingin membangun analogi antara kesabaran saat menunggu ikan dengan kesabaran dalam mengejar karier. Tapi kalau ujung-ujungnya cuma pamer hasil mancing tanpa konteks yang jelas, rasanya lebih pas di Instagram dengan filter estetik, bukan di LinkedIn yang (seharusnya) profesional.

Apalagi kalau unggahannya dilengkapi dengan kalimat dramatis seperti, “Hidup itu seperti memancing. Kadang dapat ikan besar, kadang cuma angin doang.” Inspiratif? Bisa jadi. Tapi audiens LinkedIn yang sehari-hari sibuk membaca laporan industri atau update kebijakan ekonomi mungkin akan lebih memilih scroll ke bawah daripada merenungi filosofi mancing di sela pekerjaan.

Sama seperti postingan hasil push rank, unggahan semacam ini bisa bikin orang bertanya-tanya: Ini serius atau cuma sekadar iseng? Bukannya menambah kredibilitas, malah berpotensi bikin audiens LinkedIn kehilangan minat buat lanjut membaca.

Kecuali kalau bisa mengaitkannya dengan wawasan industri, keterampilan yang bermanfaat di dunia kerja, atau bahkan peluang bisnis di bidang perikanan. Unggahan seperti ini justru bisa jadi lebih menarik dan relevan. Misalnya, cerita tentang bagaimana komunitas nelayan lokal beradaptasi dengan teknologi, atau bagaimana manajemen rantai pasok di industri perikanan bisa meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Curhat masalah pribadi 

LinkedIn memang tempatnya membangun personal branding, tapi bukan berarti harus benar-benar personal sampai-sampai isinya jadi ajang curhat masalah hidup. Entah itu tentang pasangan yang selingkuh, konflik keluarga, atau drama pertemanan, unggahan seperti ini sering bikin orang bertanya-tanya: ini LinkedIn atau thread Twitter (X)?

Kalau curhatannya seputar pengalaman di dunia kerja—misalnya dilema resign, atasan toxic, atau cerita perjuangan mendapatkan pekerjaan—masih masuk akal. Tapi, kalau isinya galau karena ditinggal nikah atau merasa hidup penuh penderitaan tanpa konteks yang relevan dengan dunia profesional, mungkin sebaiknya dipikir ulang sebelum diposting.

Bukan berarti LinkedIn harus selalu serius. Tapi, kalau mau berbagi cerita pribadi, setidaknya pastikan ada insight baru yang bisa diambil audiens. Kalau cuma sekadar meluapkan emosi, lebih baik simpan untuk notes di ponsel atau cerita ke sahabat dekat.

Jadi, bukannya saya menggurui atau mendoseni, sebelum posting di LinkedIn, alangkah baiknya, coba tanya diri sendiri: Apakah ini relevan? Apakah ini bikin orang mikir atau malah bikin mereka mikir, “Ini orang ngapain sih?” Kalau lebih ke opsi kedua, mungkin lebih baik disimpan di draf atau dikirim ke grup WA keluarga saja. Ingat, LinkedIn itu tempatnya profesional membangun karier, bukan tempat buat pamer ikan, curhat galau, atau nyari tim mabar. Kalau tetap nekat? Ya … siap-siap aja jadi contoh di tulisan ini edisi berikutnya, hehehe. 

Penulis: Raihan Muhammad
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA PNS Pekerjaan Paling Overrated, Sebuah Peringatan Sebelum Kalian Kecewa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 19 Mei 2025 oleh

Tags: LinkedInMedia Sosialpekerjaan
Raihan Muhammad

Raihan Muhammad

Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan.

ArtikelTerkait

Tips Apply CV via LinkedIn biar Nggak Cuma Ngetik "Interested" di Kolom Komentar terminal mojok.co

Tips Apply CV via LinkedIn biar Nggak Cuma Ngetik “Interested” di Kolom Komentar

30 April 2021
Alasan Logis Mengapa Para Pejabat di Indonesia Memerlukan Akun Alter di Medsosnya terminal mojok

Alasan Logis Mengapa Para Pejabat di Indonesia Memerlukan Akun Alter di Medsos

31 Juli 2021
Percayalah, Naik Jabatan Itu Nggak Enak!

Percayalah, Naik Jabatan Itu Nggak Enak!

17 Januari 2023
7 Alasan untuk Meninggalkan Medsos Lain dan Beralih ke TikTok terminal mojok.co

7 Alasan Orang Perlu Pindah Medsos ke TikTok

15 September 2020
Bahaya Influencer Nakal: Tarif Endorse Jutaan, Insight Konten Penuh Kepalsuan!

Bahaya Influencer Nakal: Tarif Endorse Jutaan, Insight Konten Penuh Kepalsuan!

18 Oktober 2023
Diskriminasi Kolom Identitas Aplikasi Online untuk Status Ibu Rumah Tangga terminal mojok.co

Diskriminasi Kolom Identitas Aplikasi Online untuk Status Ibu Rumah Tangga

21 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.