Latah Topping Melimpah pada Khazanah Kuliner Kekinian: Enak atau Enek?

Latah Topping Melimpah pada Khazanah Kuliner Kekinian_ Enak atau Enek_ terminal mojok

Kapan hari saat mencari-cari cemilan yang bisa delivery order, saya tertarik dengan menu roti bakar yang dijual secara online. Judulnya sih roti bakar, tapi pada foto yang ditampilkan, rotinya malah nggak kelihatan. Tertutup warna-warni merah, ungu, coklat, hijau, serta pritilan-pritilan seperti kacang almond, sprinkle, meses, dll. Buset, dah. Ini nanti gimana cara makannya? Apa nggak sakit tuh gigi? Apa kabar pula dengan diabetes? Ah, satu pertanyaan lagi. Pertanyaan yang justru lebih urgent untuk dijawab dibanding 3 pertanyaan sebelumnya: latah topping melimpah itu sebenarnya bikin makanan jadi tambah enak atau enek?

Akan tetapi, sebelum meruncing pada jawaban atas pertanyaan enak atau eneg, kita harus menengok dulu ke belakang. Roti bakar ketimbunan topping yang saya lihat tadi sebenarnya bukan korban pertama dari kebebasan manusia dalam bereksperimen di khazanah perkulineran. Banyak makanan serupa yang juga jadi korban. Sebut saja martabak, donat, ketan, bahkan es krim. Silakan tambahkan sendiri bila ternyata ada yang terlupa.

Kemudian sialnya, makin ke sini, makanan dengan topping tumpah ruah ini makin eksis. Menggila, lebih tepatnya. Topping diberikan nggak cukup dua apalagi satu. Baik yang ditata dengan sedemikian rupa, ataupun yang dicampur jadi satu saling tumpang tindih, membentuk isian yang super tebal macam martabak Pecenongan. Asli bikin heran. Caper banget, sih, jadi makanan. Biar viral ya, Bos?

Saya jadi ingat ada satu twit yang saya temukan di Twitter yang bahas soal topping melimpah ruah bak tsunami saja. Aduuuh, melihatnya saja bikin gigi linu nggak karuan.

Meskipun konon makanan dengan topping melimpah itu tercipta karena ada yang suka, tapi latah topping melimpah asli bikin resah. Begini. Kalian tahu ketan? Demi apa pun, ketan dikasih kelapa parut itu sudah mantap. Gurihnya itu, lho. Elah, sekarang ketan kok dimodifikasi. Dikasih keju, meses, susu, mangga, buah naga… Haishhh, buyar sudah rasa asli dari ketan tadi. Jatuhnya manis lagi, manis lagi. Enek, tauk!

Yah, kejawab deh, soal enak atau enek tadi.

Alih-alih bikin makanan jadi tambah enak, mari sepakat bahwa topping berlebih pada makanan memang lebih berpotensi memunculkan rasa enek. Jika diibaratkan, makanan bertopping wah ini seperti gadis kota yang berpenampilan oke, rambut tertata, makeup ala MUA, dan senyum yang memesona. Seorang gadis yang sangat amat bisa membuat orang jadi penasaran. Ini cewek kok disawang enak banget, yak. Bikin pengin kenalan. Tapi setelah kenal, ternyata diajak ngobrol nggak nyambung. Illfeel nggak? Ilfeel nggak? Illfeel lah~ Jadi keinget deh sama si dia—yang sederhana tapi bikin nyaman. Uhuk.

Itulah. Kalau soal membangkitkan rasa penasaran ingin mencoba, makanan bertopping wah ini memang jagonya. Apalagi kalau viral. Saat gigitan pertama pun, euforia itu masih terasa. Tapi tidak untuk gigitan yang kesekian. Bahkan, keinginan untuk membeli lagi di kemudian hari pun tidak ada. Gimana, ya? Menang banyak topping doang. Rasanya ya gitu, deh. Manis lagi. Manis lagi. Enek. Akui saja, setelah mencoba makanan dengan topping yang bejibun itu, kamu kapok, kan? Apalagi kalau ingat dengan risiko kesehatan yang bakal ditimbulkan. Ih, ngeri~

Tapi barangkali itulah manusia. Senang dengan segala sesuatu yang berlebih-lebihan. Bahkan untuk urusan topping sekalipun. Padahal, apa sih yang kita cari dari sebuah makanan? Kenyangnya? Enaknya? Keduanya bisa tetap kita dapatkan meski dalam wujud makanan yang sederhana sekalipun. Cukup ketan dengan parutan kelapa, seperti yang saya sebutkan di awal, misalnya. Atau martabak dengan taburan kacang dan meses saja. Nggak perlu lebay sampai toppingnya tumpah-tumpah kayak gitu. Astaga, kalau ngapelin cewek bawa martabak begituan buat emak bapaknya, malah kayak pembunuhan berencana, alias manisnya bikin pengin meninggoy~

Sumber Gambar: YouTube Bali Foodie

BACA JUGA Cara Cepat Jadi Pejabat Adalah dengan Jualan Martabak dan artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version