Jangan Hidup di Lamongan kalau Nggak Punya Kendaraan Pribadi, Transportasi Umum Nggak Bisa Diharapkan

Jangan Hidup di Lamongan kalau Nggak Punya Kendaraan Pribadi, Transportasi Umum Nggak Bisa Diharapkan Mojok.co

Jangan Hidup di Lamongan kalau Nggak Punya Kendaraan Pribadi, Transportasi Umum Nggak Bisa Diharapkan (unsplash.com)

Belum lama ini ada sebuah kabar baik yang cukup bikin saya sumringah. Transportasi umum Trans Jatim Bunder (Gresik)–Paciran (Lamongan) akan beroperasi pada bulan Agustus 2024. Sebuah kabar gembira bagi warga Lamongan bagian Utara.

Mendengar hal itu saya kemudian membatin, kapan ya jalur selatan mendapat giliran. Ternyata saya nggak sendiri. Ketika membaca komentar di postingan tersebut, ternyata banyak juga netizen yang berharap ada jalur-jalur lain, khususnya jalur selatan. 

Keresahan warga Lamongan agaknya masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Kalau nggak jalanan yang rusak dan banjir, ya mengeluhkan soal transportasi umum yang minim. Bayangkan aja, dari arah utara (Paciran) menuju ke selatan arah Lamongan kota, tidak ada transportasi umum sama sekali. 

Ini bukan berarti di sini nggak ada bus. Tentu saja ada. Hanya saja, bus-bus itu cuma beroperasi di jalan nasional antara jalur utara dan jalur tengah arah Lamongan kota. Sementara, jalur penghubung antara daerah utara dan arah kota tidak dilewati transportasi umum. Jadi, orang kecamatan Paciran seperti saya hanya ada 2 pilihan kalau mau ke Lamongan, pakai kendaraan pribadi atau turu wae ra usah budal (tidak aja nggak usah berangkat). 

Buruknya transportasi umum Lamongan merepotkan warga

Transportasi umum yang buruk membuat Lamongan seperti terisolir dari daerah-daerah lain. Kalau mau ke Mojokerto misalnya, warga Lamongan harus memutar lewat Gresik atau Tuban dahulu. Sangat buang-buang waktu, padahal Mojokerto terletak persis di sisi selatan Lamongan. 

Apakah tidak ada kereta api? Tentu saja ada, tapi jalurnya nanggung, hanya ada jalur utara arah Semarang–Jakarta dan arah Surabaya saja. Jadi, misalnya nih, ada mahasiswa yang mau berangkat kuliah ke Malang naik kereta, maka dia harus ke Surabaya dulu. Bukan untuk transit saja, tapi dia harus pindah stasiun yang sejalur dengan Malang.

Mau ke Jogja juga sama. Warga Lamongan harus ke stasiun terdekat yang sejalur dulu, antara Surabaya, Mojokerto, atau Jombang. Menyusahkan memang jadi warga kabupaten ini. 

Oiya, sekadar informasi saja, di Lamongan belum ada Grab atau Gojek. Itu mengapa kehadiran transportasi umum seharusnya jadi prioritas karena begitu diperlukan warganya. Seharusnya lho ya. 

Baca halaman selanjutnya: Pemerintah setempat yang …

Pemerintah setempat yang nggak sat-set

Di tengah keluhan seputar transportasi umum yang sudah menggunung, respons dari pemerintahan setempat selalu saja kurang memuaskan. Mengutip laman resmi kabupaten Lamongan beberapa waktu lalu, bupati Lamongan berhadap Trans Jatim yang akan beroperasi Agustus mendatang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Mengingat, daerah pesisir ini punya banyak tempat wisata seperti Wisata Bahari Lamongan (WBL), Maharani Zoo, Makam Sendang Duwur, Makam Sunan Drajat, dan Batik Sendang. 

Pertanyaan saya, memangnya akses menuju tempat wisata-tempat wisata itu bisa dilalui dengan transportasi umum? Untuk ke makam Sunan Drajad misalnya, Trans Jatim hanya akan sampai ke simpang tiga Drajad saja. Padahal lokasinya masih jauh ke selatan lagi. Lalu wisatawan diminta melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki gitu?

Sebagai warga lokal sih saya berharap pemerintahitu  gercep gitu. Apalagi keluhan seputar transportasi umum sudah berkali-kali disuarakan. Kalau memang Trans Jatim mau menambah koridor-koridor baru ya segera digarap, nggak cuma berharap melulu. 

Kalau boleh saya berpesan, untuk pemerintah daerah setempat, khususnya bapak bupati yang terhormat, nggak perlu deh buat proker yang muluk-muluk. Fokus saja dengan dua hal: perbaikan jalan dan membuat transportasi yang terintegrasi. Itu sudah cukup, bahkan lebih dari cukup.

Semoga unek-unek dari warga asli Lamongan ini bisa didengarkan dan direspons dengan bijak ya. Semoga sambatan ini nggak berakhir dengan jawaban, terkendala APBD seperti selama ini. 

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA  Meromantisisasi Lamongan Adalah Hal yang Mustahil, Kota Ini Tercipta untuk Dicintai Apa Adanya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version