Lalamove Mengajarkan Saya bahwa Harga Khusus Teman Memang Mahal, dan Lalamove Memang Worth It

3 Kekurangan Lalamove yang Perlu Diperbaiki agar Pelanggan Nggak Kabur

3 Kekurangan Lalamove yang Perlu Diperbaiki agar Pelanggan Nggak Kabur (Lalamove Marketing via Wikimedia Commons)

Minggu lalu saya melakukan boyongan. Bukan pindahan rumah, tapi pindahan tempat usaha baru yang moga-moga bisa lebih maju karena lokasinya strategis. Tapi pelajarannya nggak di sana. Saya justru disodorkan fakta dari Lalamove selaku penyedia jasa angkut di mana harganya lebih bersahabat ketimbang harga jasa angkut teman sendiri.

Iya, kala itu saya kadung menghubungi langganan yang bagi saya sudah akrab bagai teman dekat karena sudah beberapa kali menyewa jasanya. Tapi ternyata harga Lalamove bisa lebih murah.

Awalnya saya pikir, karena sudah kenal, barangkali harga bisa lebih bisa “diatur”. Saya juga nggak neko-neko soal permintaan. Pindahan biasa, nggak ada barang yang terlalu berat atau ribet. Tapi begitu harga disebut, saya sempat diam beberapa detik. “Segitu?” batin saya. Ya, bukan mau menawar apalagi mengurangi nilai kerja keras orang, tapi ekspektasi saya runtuh saat bandingkan dengan aplikasi Lalamove.

Lalamove memberikan transparansi harga bahkan sejak pelanggan belum memesan

Salah satu hal yang jadi keunggulan pertama Lalamove adalah punya transparansi soal harga. Bahkan sebelum saya benar-benar menggunakan jasanya. Saat itu, karena penasaran, saya coba buka aplikasinya dan memasukkan alamat pengambilan dan tujuan, plus jenis kendaraan yang dibutuhkan. Dalam hitungan detik, harga langsung muncul. Tanpa perlu tanya siapa pun, tanpa drama basa-basi.

Dari sana saya langsung bisa membandingkan dengan harga teman saya yang sebelumnya sudah saya hubungi. Dan hasilnya, jujur saja, Lalamove jauh lebih terjangkau bahkan beda harganya 2 kali lipat. Nggak hanya di sana, sebelum memesan jasa angkut milik teman saya harus buka obrolan dulu, basa-basi, lalu secara halus menanyakan harga.

Tapi jawabannya malah bikin bingung: “nanti aja dihitung setelah tahu barangnya,” atau “liat kondisi pas hari H.” Padahal saya cuma mau tahu estimasi, supaya bisa ngatur anggaran.

Dari situ saya sadar, bahkan sebelum jadi pelanggan, Lalamove sudah bikin saya merasa lebih tenang. Sebab, saya bisa memperkirakan biaya sejak awal tanpa rasa sungkan atau takut dianggap “nggak tahu diri” soal harga. Transparansi ini jelas sangat berpengaruh dalam membuat keputusan, bahkan sebelum deal terjadi.

Harga teman memang semestinya mahal

Meski demikian, saya nggak menyalahkan teman saya yang mematok harga lebih mahal. Justru, setelah saya pikir-pikir, harga khusus teman memang semestinya mahal. Sebab, mereka tahu kita akan tetap bayar tanpa banyak tanya, tanpa perlu berdebat atau penjelasan panjang. Ada kepercayaan di situ, bahwa kita bakal menghargai usaha mereka. Mungkin itulah “harga” sebenarnya dari relasi: ada rasa saling pengertian yang membuat transaksi jadi lebih personal, tapi juga kadang jatuhnya lebih mahal.

Namun sebagai pelanggan, saya jadi belajar untuk lebih realistis. Ternyata rasa sungkan dan kedekatan bisa membuat kita kehilangan objektivitas. Saya tidak mutung, tapi mulai paham bahwa relasi dan transaksi memang sebaiknya dipisahkan, apalagi kalau bicara soal harga suatu produk atau jasa. Justru dengan membandingkan harga di aplikasi seperti Lalamove, saya bisa punya referensi yang adil. Bukan buat menyudutkan teman, tapi agar saya bisa membuat keputusan berdasarkan data, bukan sekadar rasa tidak enak.

Pelajaran hidup dari Lalamove

Dari pengalaman sepele ini, saya juga menyadari bahwa pelajaran hidup tidak selalu datang dari hal besar atau rumit. Kadang, hal-hal kecil yang tampak biasa seperti mencari jasa angkut pun bisa membuka mata kita tentang pentingnya transparansi dan profesionalisme dalam setiap transaksi. Lalamove berani memberikan keterbukaan sejak awal—dalam hal ini soal harga—yang akhirnya bisa menghindarkan kita dari kebingungan dan rasa tidak nyaman yang muncul ketika berurusan dengan teman dekat.

Harga khusus teman memang membawa nilai tersendiri. Bukan hanya soal angka, tapi juga tentang kepercayaan dan rasa saling menghargai. Tapi, tanpa kejelasan, perasaan sungkan bisa membuat kita kehilangan objektivitas dan bisa berujung pada biaya yang lebih besar dari yang seharusnya dibayarkan.

Sebagai tambahan, tampaknya ke depan kalau saya butuh jasa angkut lagi, saya akan coba cek dulu harga di Lalamove, bandingkan, dan mengirimkan hasil screenshot harganya ke teman teman saya biar nggak “ngentel” harga tinggi. Hehehe, bercanda sih, tapi ide ini cukup menarik juga, kan?

Penulis: Dimas Junian Fadillah
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 3 Kekurangan Lalamove yang Perlu Diperbaiki agar Pelanggan Nggak Kabur

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version