Kurir paket itu juga pekerja, sama seperti kita. Jangan pakai alasan kita kerjaan hanya demi paket itu diantar sesuai keinginan kita
Sejak tren berbelanja online merebak, pemikiran saya ketika pesan suatu paket hanya tertuju ke satu hal. Tentu saja, kapan kira-kira paket itu sampai di tangan saya. Mendarat mulus di depan pagar rumah.
Estimasi pengiriman jadi orientasi pertama yang dicek, selain nominal total yang harus dibayarkan, pastinya. Kalau udah ada suara “Misi, paket”, antusiasme mendadak membuncah. Lari sekencengnya buat tanda tangan dan ambil alih paket. Lantas, unboxing. Menilai apakah barangnya sesuai ekspektasi.
Namun, setelah berbincang satu dua hal dengan seorang kawan, saya baru menyadari seberapa pentingnya profesi kurir paket yang mungkin masih banyak dipandang sebelah mata. Apalagi sama buyer yang paketnya sedang diantar kurir. Nyatanya, nggak sedikit perlakuan buyer yang berhasil bikin kurir geram dan pusing tujuh keliling.
Minta reschedule dengan alasan masih kerja
Ketika memesan paket atau sekedar menunggu barang yang dikirim melalui ekspedisi, sudah barang tentu customer akan dapat estimasi barang sampai. Apalagi kalau barang kecil. Menggunakan ekspedisi yang relevan seperti JNE atau J&T express misalnya.
Tetapi ternyata, nggak sedikit customer yang justru bikin kaget. Ketika kurir paket mengirimkan bot pemberitahuan pengumuman barang sedang diantar ke alamat, balasannya justru bikin kening mengernyit.
“Aduh, Mas, saya lagi kerja. Kirimnya nanti malam saja, ya.”
Lah. Jujur saja, saya juga ikutan bingung ketika seorang kawan bercerita. Loh mas-mas kurir paket ini ya juga sedang bekerja loh pak, bu. Sedang sama-sama kerja, kok.
Meskipun nggak semua customer seperti ini, dan mungkin lebih banyak terjadi pada pengiriman paket cargo, alangkah baiknya kalau memang berhalangan, dikomunikasikan sejak awal. Meskipun nggak pernah ngirim paket cargo, saya jadi ikutan introspeksi. Kan ya, kasihan kurirnya kalau paket raksasa macam AC atau mesin cuci harus digotong muter-muter kecamatan. Beuh.
COD, tapi nggak ada di rumah dan susah dihubungi oleh kurir paket
Selain request reschedule, perihal yang satu ini juga nggak jauh-jauh dari miskomunikasi. Apalagi kalau bukan tentang metode pembayaran.
Sudah jadi rahasia umum kalau metode cash on delivery atau COD tak jarang jadi problematika saat pengantaran paket. Kalau dari cerita kawan saya, yang paling menyulitkan adalah ketika payment method-nya COD, tapi customer nggak bisa dihubungi dan sedang tidak ada di rumah.
Masalahnya, kalau ada paket macam cargo yang nominalnya di atas satu juta, tapi customer nggak kunjung ada kabar, gimana, dong? Mau nggak mau, muter lagi deh sambil bawa paket besar tersebut.
Satu saja lebih dari mampu mengacak rute pengiriman kurir. Jadi kalau sampai ada lebih dari 1, sangat berpotensi bikin kurir pusing tujuh keliling. Apalagi kalau rumah customer harus melewati gang-gang kecil dengan armada yang mengisi penuh ruang jalan.
Kalau kurir libur, kita yang pusing tujuh keliling
Dari seluruh pembicaraan itu, saya tiba-tiba berpikir ulang. Coba bayangkan kalau kurir-kurir ekspedisi ini tiba-tiba libur serentak. Sehari aja.
Tiba-tiba kita sadar, deh. Paket skincare nggak nyampe, barang buat kado ulang tahun masih nyangkut, dan status “sedang dikirim” berubah jadi “sedang ditunggu nasibnya”. Makanya, alangkah baiknya kalau bisa sama-sama berkomunikasi dengan baik deh, pokoknya.
Kurir paket kan juga sedang kerja. Bedanya, mereka kerja sambil panas-panasan, hujan-hujanan, dan kadang dimaki karena telat 5 menit. Tapi giliran mereka nggak ada, kita yang kelimpungan. Seolah-olah sistem logistik Indonesia runtuh cuma karena satu kurir absen.
Itulah mengapa, mari sama-sama saling membantu ya, gusy. Kalau paketnya cepat sampai kan, kita juga yang senang.
Penulis: Chusnul Awalia Rahmah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Lika-liku Kurir Paket: Paket Banyak, Sambat. Paket Dikit, Bingung
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
