Balas budi pembangunan UNU Yogyakarta?
Saya merasa penamaan gedung UNU Yogyakarta adalah balas budi pembangunan.
Jurnal Naming Buildings in Universities Based on the Names of National Figures to Ignite the Fighting Spirit of the Academic Community (2023) menyebutkan, alasan penamaan gedung menggunakan nama tokoh nasional adalh untuk mengenang dan menghormati jasa yang diberikan pada bangsa dan ‘khusunya pada kampus’.
Gedung baru UNU Yogyakarta memang dibangun pada saat pemerintahan presiden Jokowi. Website wapresri.go.id menyebutkan pembangunannya menggunakan dana APBN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) senilai Rp167,5 miliar. Ya, Jokowi jelas mempermudah pembangunan itu.
Tapi kenapa harus sampai dijadikan nama gedung? Toh anggaran yang digunakan bukan milik pribadi Jokowi. Seolah-olah UNU Yogyakarta harus membayar utang jasa kepada Jokowi karena telah menginisiasi pembangunan gedung baru.
Kalau begitu, Developmentalism sekali, orang yang membangun (fisik: gedung, infrastruktur) adalah orang yang memiliki jasa besar. Mengalahkan orang yang membangun mahasiswa atau masyarakat dengan pemikiran, pengetahuan, dan spiritualitas.
Serupa candi
Penamaan gedung baru UNU Yogyakarta juga bisa dilihat sebagai watak politik mercusuar ala Jokowi. Dia ingin ada bangunan, peninggalan, prasasti, yang menunjukkan bawa dia berhasil sebagai seorang pemimpin. Kepemimpinannya adalah mesias si juru selamat yang harus dikenang lewat sebuah bangunan.
Dan sialnya, UNU Yogyakarta jadi salah satu candi peninggalan masa Jokowi. Logo-logo perusahaan kapital yang melekat di dinding-dinding kampus seolah menjadi relief yang bercerita tentang kejayaan Jokowi. Lantai sembilan tetap menjadi stupa yang sulit disentuh mahasiswa karena kesuciannya.
Di satu sisi saya bangga berkuliah di kampus UNU Yogyakarta, dengan aspek ‘modernitas’ dan slogan ‘profesionalisme’ nya. Tapi di sisi lain, di kesadaran paling kritis, saya harus bersedih. Menyadari bahwa gedung tempat saya kuliah adalah bagian dari simbol narsisme Jokowi adalah hal yang menyedihkan.
Penulis: Dyaz Choirul Bachtiar
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















