Ketika saya baca naskah Kuliah UIN Jogja Buat yang Mampu-mampu Aja, saya tak bisa untuk tak setuju dengan argumen penulis. Kampus yang terkenal sebagai kampus rakyat, kini biayanya bikin tercekat. UIN Jogja, sekarang beneran mahal. Dan saya yakin, pembaca yang pernah kuliah di Jogja pasti sedang terheran-heran membaca ini.
Pendidikan Indonesia, makin hari biayanya tak lagi manusiawi. Padahal sejatinya, pendidikan itu hak. Apa pun argumentasimu, rakyat harus diberi pendidikan dan bisa dijangkau oleh berbagai strata ekonomi. Kampus sementereng apa pun, harusnya bisa diakses oleh banyak kalangan. Terlebih, UIN Jogja.
UIN Jogja adalah kunci
Jangan salah, UIN Jogja ini bisa dibilang tujuan hidup banyak orang. jika kalian bilang top of mind universitas itu hanya UGM, kalian salah. UIN juga jadi top of mind, terlebih bagi orang Madura seperti saya.
Sejak pertengahan periode kelas XII masa akhir pendidikan siswa, mereka telah menyiapkan betul-betul apa yang harus mereka lakukan. Termasuk mengikuti kelas bimbingan belajar tambahan dan mengikuti tryout yang diadakan kampus-kampus. Dan tebakan kalian benar, kebanyakan tujuan kuliah mereka adalah UIN Jogja.
Waktu pendaftaran perguruan tinggi mulai dibuka, saya kepo dan mencoba menanyakan kepada mereka alasan kuliah di UIN Jogja. “Yo, kampus UIN Jogja iku murah, lan aku yakin bakal oleh bantuan beasiswa kartu Indonesia pintar (KIP) neng kono, amargo aku kulawarga sing ora bisa nanggung.”
Kalau kalian tidak bisa bahasa Jawa, saya terjemahkan dengan amat singkat: UIN Jogja selain negeri, biaya murah, dan mereka yakin bisa dapat beasiswa KIP.
Baca halaman selanjutnya
Realitas yang pahit
Akhirnya, saya pun keterima dan merasakan kuliah di UIN Jogja. Bangga? Jelas. Bahagia? Nanti dulu.
Euforia saya keterima di UIN Jogja nggak berangsur lama karena ada kawan dekat saya yang harus angkat kaki karena tak bisa bayar UKT. Beasiswa pun tak dapat, padahal persyaratan sudah lengkap dan sesuai. Saya bisa tahu ya karena saya ikutan daftar beasiswa KIP berbarengan dengan kawan dekat saya.
Padahal ya saya merasa saya sudah masuk kriteria banget: penghasilan orang tua kurang dari 500 ribu per bulan. Masih butuh bukti apalagi, Lur? Ha nek isih njaluk bukti, kebangeten.
Gitu aja masih nggak keterima. Saya jadi penasaran betul kenapa saya dan kawan dekat nggak keterima beasiswa KIP. Kalau masih ada yang lebih miskin dari saya, kok saya jadi mempertanyakan bagaimana upaya peningkatan kesejahteraan di negara ini.
Saya makin setuju dengan argumen kuliah di UIN Jogja memang hanya untuk orang yang bener-bener mampu aja. Kampus tersebut tak layak lagi mengemban status kampus rakyat. Mengaku-ngaku saja sudah tak boleh.
Sebab, benar-benar tak ada ruang bagi orang yang kurang beruntung dalam hal ekonomi untuk mengenyam pendidikan. UKT mahal, beasiswa tidak mampu sulit digapai, lalu harus dengan cara apa lagi kami meraih pendidikan?
Penulis: Syafiqur Rahman
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Uneg-uneg untuk Dosen UIN Sunan Kalijaga yang Sering Absen Mengajar