Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kreak Semarang Semakin Brutal dan Gila, Anak Muda Butuh Solusi Jangka Panjang bukan Imbauan Semata

Raihan Muhammad oleh Raihan Muhammad
30 September 2024
A A
Kreak Semarang Semakin Brutal dan Gila (Unsplash)

Kreak Semarang Semakin Brutal dan Gila (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Semarang sedang tidak baik-baik saja. Publik terhenyak setelah seorang mahasiswa meninggal akibat ulah dari kelompok yang dikenal dengan sebutan kreak Semarang. 

Istilah kreak ini belakangan viral, apalagi setelah insiden tawuran yang terjadi pada Selasa (17/9/2024). Mereka sangat brutal, sampai merenggut nyawa pengendara motor yang tak bersalah. 

Peristiwa tragis ini membuat kita bertanya-tanya. Bagaimana fenomena kreak Semarang ini bisa berkembang sedemikian rupa? Apa penyebabnya?

Daftar Isi

  • Arti kreak Semarang
  • Brutal dan gila
  • Mungkin kreak Semarang juga korban sebuah sistem
  • Secercah harapan
  • Apakah kelak kita bisa menemukan jalan keluar?

Arti kreak Semarang

Kreak adalah singkatan dari “kere” dan “mayak”. Banyak orang menggunakan istilah ini untuk menggambarkan gaya hidup glamor yang tidak pada tempatnya. Namun, istilah ini kemudian berkembang menjadi label bagi kelompok remaja yang sering terlibat dalam tindakan kriminal. 

Tawuran antar kelompok kreak—yang juga bisa disebut gangster—bukan hal baru. Semakin hari, korban semakin banyak. Orang yang tidak tahu dan tidak terlibat bisa kena imbas dari aksi brutal mereka.

Jika dulu kreak Semarang hanya sebatas pamer rambut klimis dan baju ketat, sekarang mereka beralih ke hobi adu fisik. Merek membawa senjata tajam yang lebih besar dari cita-cita mereka. 

Lantas, apa yang membuat istilah ini berkembang menjadi seburuk itu? Mungkin karena di kota yang panas dan penuh asap ini, emosi gampang tersulut. Anak-anak muda ini memilih jalan menjadi “jagoan jalanan” ketimbang fokus cari penghidupan yang lebih baik. Ini bukan soal sekadar “kere tapi norak” lagi, tapi sudah masuk ke wilayah “kere tapi kejam.” 

Brutal dan gila

Bayangkan, di kota yang terkenal dengan sikap toleransi, tercoreng oleh perilaku brutal kreak Semarang. Para pemuda yang semestinya sibuk mikirin pendidikan atau bekerja, malah sibuk membentuk geng di kota ini.

Sebetulnya, apa yang membuat mereka melakukan ini? Gampang saja, (mungkin) kreak Semarang adalah hasil dari keputusasaan yang bercampur dengan keinginan mendapat pengakuan.

Di kota yang menawarkan lebih banyak tantangan ketimbang kesempatan, mereka merasa perlu mencari eksistensi. Sayangnya, mereka menemukan saluran eksistensi itu di jalanan. Bentuknya adu jotos dan kebrutalan.

Bisa jadi, kreak Semarang adalah jalan pintas menuju “ketenaran.” Meski ketenaran itu berarti menjadi headline berita kriminal. Namun, di balik kelakuan brutal dan gila ini, ada masalah yang lebih serius. Mereka bukan anak muda salah pergaulan, tapi juga korban dari sistem yang gagal memberikan harapan.

Mungkin kreak Semarang juga korban sebuah sistem

Faktor ekonomi? Mungkin. Pendidikan? Bisa jadi. Kurangnya ruang ekspresi yang positif? Bisa saja. Jadi, ketika kreak Semarang ini beraksi di jalanan, yang kita lihat bukan sekadar kenakalan remaja biasa. Ini bisa menjadi sebuah jeritan minta perhatian yang keras, jelas, dan ironisnya, berdarah-darah. 

Inilah problematik terbesar kreak Semarang. Ketika merasa tidak punya masa depan, mereka akan mencari cara untuk “menjadi sesuatu”. Meskipun itu berarti menjadi momok di jalanan. 

Kalau saja mereka bisa melihat bahwa ada lebih banyak pilihan daripada menjadi kreak Semarang, mungkin kota ini tak perlu diramaikan dengan berita duka dan insiden brutal. Sayangnya, sekarang, kelakuan brutal ini sudah jadi lingkaran setan yang terus berputar. Menelan siapa saja yang apes berada di jalurnya.

Secercah harapan

Fenomena kreak Semarang bukan sekadar persoalan kenakalan remaja. Ini nggak bisa diselesaikan dengan razia sesaat atau imbauan moral. Ini adalah problematika yang membutuhkan perhatian lebih serius dari berbagai pihak. Mengatasi kreak bukan sekadar menghukum pelaku tawuran, tapi juga menyembuhkan luka sosial yang menjadi akar.

Pertama, kita perlu menyediakan ruang ekspresi positif. Mereka butuh tempat untuk menyalurkan energi dan kreativitas yang meluap-luap. Bukan cuma ruang jalanan yang akhirnya malah jadi arena gladiator. Komunitas seni, olahraga, hingga pusat pelatihan keterampilan bisa jadi solusi jangka panjang nan efektif.

Kedua, pendidikan yang inklusif dan merata mesti jadi prioritas. Anak-anak muda ini, sering berasal dari lingkungan yang (mungkin) “kurang beruntung”. Sangat tidak bisa disamakan dengan mereka yang punya akses lebih baik. Kurikulum pendidikan yang lebih relevan dengan kebutuhan hidup, pelatihan keterampilan, hingga beasiswa bagi mereka yang kurang mampu adalah investasi bernilai.

Ketiga, peran keluarga dan masyarakat sangat penting. Perlu ada kesadaran bahwa masalah ini bukan hanya urusan negara atau aparat. Ini tanggung jawab kita bersama. 

Ketika keluarga bisa menjadi tempat berlindung yang aman, dan masyarakat memberikan dukungan, kreak Semarang mungkin tidak akan merasa perlu mencari pengakuan di jalanan.

Apakah kelak kita bisa menemukan jalan keluar?

Akhirnya, seperti kata pepatah, “An eye for an eye makes the whole world blind.” kreak Semarang tidak akan bisa diselesaikan dengan kekerasan. 

Perlu ada pendekatan yang lebih manusiawi, lebih empatik, dan berorientasi pada masa depan. Semarang tidak boleh menyerah pada kreak, tapi juga tidak bisa sekadar menghukum mereka tanpa memberikan kesempatan kedua.

Sejatinya, di balik setiap pemuda yang terjebak dalam lingkaran kreak Semarang, ada harapan yang hilang dan impian yang kandas. Tugas kita semua adalah menemukan harapan itu kembali, memberikan mereka peluang untuk bangkit, dan menciptakan kota yang tidak cuma aman dari kreak, tapi juga penuh dengan peluang bagi semua. 

Kalau saja kita bisa mengubah jalanan dari arena perkelahian menjadi tempat bertemunya ide-ide kreatif, mungkin cerita kreak ini bisa berubah dari tragedi menjadi inspirasi. Siapa tahu, Semarang yang kita cintai bisa kembali menemukan jalan keluarnya.

Penulis: Raihan Muhammad

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Genuk Kecamatan Paling Meresahkan di Kota Semarang, Isinya Cuma Masalah!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 September 2024 oleh

Rekomendasi Aksesoris Motor Murah Spesial 10.10

  • Masker Sensi Duckbill Original Isi 50 PCS
  • Jas Hujan Ponco Kelelawar Jumbo Premium Pria Wanita (Tebal, Kuat, dan Anti Rembes)
  • Sarung/Cover Motor Waterproof (Tebal, Anti Panas/Hujan, UV Protection), Bonus Tas Simpan
  • Pengkilap dan Penghitam Body Motor, Tahan Lama untuk Semua Warna
  • Helm Bogo Retro Hijab Elegant Dewasa Kaca Pilot SNI Motorcycle
View this post on Instagram

A post shared by MOJOK (@mojokdotco)


Tags: arti kata kreakgangster semarangkota semarangkreakkreak Semarang
Raihan Muhammad

Raihan Muhammad

Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan.

ArtikelTerkait

Jalan Pandanaran, Short Getaway Terbaik di Kota Semarang (Unsplash)

Cuma Punya Waktu Terbatas untuk Menikmati Keindahan Kota Semarang? Ke Jalan Pandanaran Aja!

29 November 2023
Semarang Mahal Buat Mahasiswa Perantau? Omong Kosong! (Unsplash)

Membongkar Omong Kosong Biaya Hidup di Semarang Mahal bagi Mahasiswa Perantau

5 Agustus 2023
Genuk Kecamatan Paling Meresahkan di Kota Semarang, Isinya Cuma Masalah! Mojok.co

Genuk Kecamatan Paling Meresahkan di Kota Semarang, Isinya Cuma Masalah!

28 Juli 2024
Kota Semarang Membuat Banyak Orang Salah Paham (Unsplash)

6 Fakta Keliru Terkait Semarang yang Telanjur Dipercaya Banyak Orang

19 Maret 2024
Motor Honda Vario Merah Pemkot Semarang dan Hal-hal yang Perlu Diluruskan biar Nggak Salah Paham

Motor Honda Vario Merah Pemkot Semarang dan Hal-hal yang Perlu Diluruskan biar Nggak Salah Paham

7 Desember 2023
Semarang Bisa Menjadi Tempat yang Tidak Ramah Mahasiswa (Unsplash)

Siasat Mengakali Hawa Panas Semarang yang Kadang Tidak Ramah bagi Mahasiswa

24 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar




Terpopuler Sepekan

Nelangsa Lanjut Kuliah S2 Administrasi Publik yang Birokrasinya Lagi Sibuk Ngurus Akreditasi, Mahasiswa Jadi Terlunta-lunta

Nelangsa Lanjut Kuliah S2 Administrasi Publik yang Birokrasinya Lagi Sibuk Ngurus Akreditasi, Mahasiswa Jadi Terlunta-lunta

6 Oktober 2025
Bukan Buangan dari UNDIP: Kami Mahasiswa UNNES, Bukan Barang Retur! kampus di semarang

7 Kampus di Semarang Ini Bikin Kalian Yakin bahwa Semarang Adalah Tempat Terbaik untuk Menimba Ilmu

4 Oktober 2025
Pemkab Bangkalan Madura Hanya Omong Kosong Mau Bikin Kabupaten Ini Layak Anak, Nggak Layak Sama Sekali!

Pemkab Bangkalan Madura Hanya Omong Kosong Mau Bikin Kabupaten Ini Layak Anak, Nggak Layak Sama Sekali!

4 Oktober 2025
Kuliah di Filsafat UGM Bikin Saya Bahagia Seumur Hidup (Unsplash)

Mencibir Wacana Bodoh Menghapus Jurusan Filsafat karena Mereka Nggak Paham kalau Kuliah di Filsafat UGM Bikin Saya Bahagia Seumur Hidup

6 Oktober 2025
Keripik Buah Malang : Oleh-Oleh Khas Kota Apel yang 95% Isinya Angin dan 5% Kepingan Buah Penghibur

Keripik Buah Malang: Oleh-oleh Khas Kota Apel yang 95% Isinya Angin dan 5% Kepingan Buah Penghibur

7 Oktober 2025
Penyesalan Mereka yang Kuliah 7 Tahun: Kehilangan Teman Seperjuangan, Karier Terhambat, hingga Merepotkan Orang Tua Mojok.co

Penyesalan Mereka yang Kuliah 7 Tahun: Kehilangan Teman Seperjuangan, Karier Terhambat, hingga Merepotkan Orang Tua

3 Oktober 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=rGXblMB05TM

DARI MOJOK

  • Cara Bertahan Hidup Anak Kos di Malang dengan Gaji Rp2 Juta setelah Orang Tua Tiada, Tersiksa tapi “Kudu Legawa”
  • Bambang Paningron dan Jalan Sunyi Seni Pertunjukan Indonesia
  • Film Tukar Takdir Nggak Sekadar Adegan Mesra Nicholas Saputra dan Adhisty Zara!
  • 4 Alasan Warga Lokal Malas Berwisata ke Gunung Tidar Magelang
  • 4 Hal yang Bisa Kita Pakai buat Memaknai Ulang “Kesakralan” Kota Jogja
  • Pertama ke Barbershop untuk Gaya-gayaan: Jadi Goblok Perkara “Undercut”, Kelaparan Seharian karena Bayar Mahal demi Potong Rambut Tak Memuaskan

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.