Kota Palopo di Sulawesi Selatan punya motto sebagai Kota Idaman yang merupakan singkatan dari Indah, Damai, dan Nyaman. Daerah yang berjarak 362 Km dari Kota Makassar itu memang diberkahi dengan pemandangan alam yang indah dan warga yang ramah. Sayangnya, ada beberapa hal yang membuat kota ini nggak layak mengusung motto Kota Idaman.
Sebagai warga asli Kota Palopo, saya tahu betul bagaimana kenyataan hidup di sana. Realita yang benar-benar jauh dari kata idaman. Ya siapa sih yang ingin tinggal di daerah dengan berbagai persoalan? Saya rasa nggak ada.
Daftar Isi
#1 Kondisi ekonomi jauh dari kata layak
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh warga Kota Palopo adalah rendahnya Upah Minimum Regional (UMR). UMR rendah menyulitkan warga memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi ini diperparah dengan berbagai lowongan kerja dengan persyaratan nggak masuk akal. Lowongan kerja memang banyak, tapi kalau nggak bisa dimasuki yang sama saja,
Persyaratan memberatkan yang paling sering dijumpai adalah batas usia tertentu dan penampilan menarik. Seolah-olah mereka yang sudah berumur dan penampilan biasa saja nggak butuhn kerjaan. Ini persyaratan diskriminatif yang banyak juga ditemui di daerah-daerah lain. Ujung-ujungnya, tingkat pengangguran tetap tinggi dan ekonomi warga tidak mengalami perbaikan yang signifikan.
#2 Lingkungan Kota Palopo mulai rusak
Selain masalah ekonomi, kondisi lingkungan diKota Palopo juga sangat memprihatinkan. Kota ini semakin panas setiap tahunnya, sebagian besar disebabkan oleh pembangunan gedung dan perumahan yang tidak terkendali. Lahan hijau terus berkurang, dan pemerintah serta masyarakat tampaknya tidak peduli dengan pentingnya menjaga lingkungan. Ini terbukti dari kurangnya upaya untuk menanam pohon atau mempertahankan taman kota yang sudah ada.
Masalah lingkungan lainnya adalah banjir yang sering terjadi saat musim hujan. Banjir ini disebabkan oleh sistem drainase yang buruk dan kurangnya lahan resapan air akibat pembangunan yang tidak terkendali. Yang lebih mengecewakan, saya belum pernah mendengar adanya rencana pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini. Ketidakpedulian terhadap lingkungan tidak hanya membuat kota ini menjadi tidak nyaman untuk ditinggali, tetapi juga mengancam keselamatan dan kesehatan warga.
Saya mengamati, kondisi sosial di Kota Palopo Sulawesi Selatan terus mengalami kemunduran. Ketika saya masih kecil, jumlah pengemis di jalanan bisa dihitung dengan jari. Namun, sekarang jumlah mereka meningkat drastis. Ini menunjukkan adanya masalah ekonomi yang mendasar dan kurangnya perhatian dari pemerintah untuk menyediakan bantuan sosial yang memadai.
Selain itu, masalah keamanan juga mulai mengkhawatirkan. Tawuran antar pemuda semakin sering terjadi, warga jadi resah. Pemerintah sepertinya kurang serius menangani masalah ini. Nggak pernah sekalipun terdengar rencana mereka mengatasi kekerasan di kalangan remaja.
#4 Transportasi Kota Palopo nggak memadai, begitu juga trotoarnya
Transportasi di Palopo hanyalah angkot yang yang jalurnya belum menjangkau berbagai daerah. Oleh karena itu, warga begitu mengandalkan ojek, sementara harga ojek kian mahal. Ini menunjukkan bahwa transportasi publik di Palopo belum dikelola dengan baik untuk memenuhi kebutuhan mobilitas warga.
Warga yang ingin berjalan kaki dengan nyaman pun nggak terfasilitasi di sini. Trotoar yang layak sangat jarang ditemukan, apalagi di beberapa titik yang menjadi pusat perdagangan. Hal ini sangat membahayakan keselamatan warga yang harus berjalan di jalan raya. Area parkir yang minim di beberapa toko bahkan rumah sakit membuat jalanan menjadi macet. Situasi ini tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga memperburuk kualitas udara dan keselamatan lalu lintas.
Persoalan-persoalan di atas saya rasa cukup untuk menunjukkan bahwa Kota Palopo Sulawesi Selatan jauh dari kesan “Kota Idaman”. Andai saja pemerintah setempat dan masyarakat setempat berusaha lebih keras dan kompak mewujudkan motto tersebut, saya yakin kota ini akan banyak dilirik pendatang. Warga yang tinggal di sana pun akan semakin kerasan.
Penulis: Tiara Dwiyanti
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Bojong, Daerah Terbaik untuk Menepi di Tengah Kota Magelang yang Kian Menyebalkan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.