Konten Mukbang dan ASMR yang Ndak Cocok Sama Table Manners Wong Jowo

konten mukbang

Konten Mukbang dan ASMR yang Ndak Cocok Sama Table Manners Wong Jowo

Peradaban dunia berubah, gaya cari cuan pun berubah. Kalau dulu definisi orang kerja ideal itu adalah yang pakai dasi dan masuk kantor, sekarang bikin konten mukbang yang isinya ngomong-ngomong sendiri di depan laptop dan makan makanan dengan versi jumbo, dan voila, Anda sudah bisa menghasilkan cuan.

Tren makan dalam partai besar yang banyak diviralkan oleh warga negara Korea Selatan untuk melampiaskan rasa kesepian karena tidak ada partner makan secara langsung ini akhirnya menyebar ke seluruh dunia tak terkecuali Indonesia dengan cepat seperti si virus menjengkelkan itu.

Telah menjadi rahasia umum bahwasanya apa pun yang berbau negara gingseng ono noh, biar pun dikata ndak jelas juga tetap trending di Indonesia. Termasuk budaya makan yang satu ini.

Menyoal soal konten mukbang yang tujuan awalnya untuk mencari partner makan secara online, namun jika kita lihat pada perkembangan justru menjadi sesuatu yang nampak berlebihan dan terkesan pamer. Hal ini terlihat dari porsi makanan dan jenis makanan yang dipilih yang mungkin jika ditaksir akan merogoh kocek tidak sedikit.

Selanjutnya jika dilihat dari sisi etika makan, sebenarnya tren makan seperti ini cenderung tidak sopan menurut orang yang besar di tengah keluarga Jawa seperti saya. Kenapa? karena untuk menimbulkan kesan kepada pemirsa bahwa makanan yang di makan dalam jumlah partai besar itu enak banget, sang model mukbang harus membanting-bantingkan lidahnya saat mengunyah hingga terdengar di microphone, dengan mengadopsi sistem ASMR (Autonomous Sensory Meridian Response).

Suara-suara dari Autonomous Sensory Meridian Response (ASMR) ini yang kemudian dapat membantu merangsang otak dan menimbulkan sensasi yang tidak biasa sehingga seseorang merespon apa yang ditontonnya. Entah ikut-ikutan lapar kemudian makan sesuatu yang ada, atau bahkan membeli makanan yang sama persis seperti yang terdapat di video mukbang itu tadi.

Ya, kembali menyoal banting-banting lidah atau dalam istilah Jawanya itu “ngecap” itu haram hukumnya di atas meja makan keluarga saya. Jadi makan itu harus anteng duduk manis tidak menimbulkan kegaduhan, karena itu dinilai tidak sopan.

Meskipun saya tidak bisa sepenuhnya mengakui bahwa diri saya orang Jawa, namun karena besar di lingkungan Jawa setidaknya membuat saya paham sedikit tentang table manner-nya orang Jawa ketika makan.

Ketika Anda hendak makan dengan keluarga Jawa, entah mungkin punya teman orang Jawa atau mungkin punya gebetan orang Jawa kemudian Anda diundang makan ke rumahnya, Anda bisa memperhatikan beberapa hal kecil ini agar mereka tidak ilfeel dengan Anda. Sekaligus demi kelancaran hubungan Anda dengan si do’i ke depan.

Adapun hal-hal kecil yang Anda perlu perhatikan seperti yang sempat saya singgung di atas tadi, pertama jangan ngecap atau banting-banting lidah hingga terdengar ketika mengunyah makanan.

Kedua ketika makan menggunakan sendok usahakan antara piring dan sendok tidak menimbulkan kegaduhan. Selow ae mas, nikmati makanannya sampai selesai.

Ketiga kalau sudah selesai makan, usahakan sendok atau garpu dibalik atau ditelungkupkan, karena menurut petuah kakek saya ketika selesai makan kok sendoknya masih tidak di balik itu tandanya Anda masih mau nambah. Ya meskipun hingga kini saya belum menemukan korelasi antara terbaliknya sendok dan keinginan nambah, tapi toh setelah makan di mana pun kebiasaan itu tidak pernah hilang dari diri saya heheh

Terakhir soal sendawa yang terlalu nyaring di telinga. Kalau ini menurut saya umum dapat berlaku di mana saja, tapi meskipun demikian tetap saja dianggap sepele. Tapi sekali lagi plisss ini demi kelancaran hubungan Anda ke depan dengan si do’i wong Jowo itu mohon kalau bersendawa mbok ya yang elegan gitu lho.

Jadi kira-kira seperti itu tips-tips kecil dari saya yang akan berdampak besar pada first impression Anda di hadapan orang Jawa. Semuanya mainnya harus serba halus, terukur, dan pintar melihat kondisi. So, jangan heran kalau punya teman orang Jawa pas makan tiba-tiba ludes saja itu makanannya di piring heheh, kan mainnya halus lur.

Menyoal video yang memperlihatkan aktivitas makan, entah mengapa daripada konten mukbang yang hanya duduk diam dan mengunyah dalam porsi besar bahkan di behind scene-nya ada yang sampai muntah -muntah, saya lebih suka food vlogger yang jalan-jalan terus icip makanan di mana saja. Terlebih lagi kalau makanannya itu makanan tradisional heheh. Hitung-hitung sekalian promosikan makanan khas Indonesia. Dan pastinya ingat mereka tidak perlu “ngecap” kalau makan, alias selow ae mas bro.

BACA JUGA Alasan Nonton Mukbang: Bukan Hanya Makanannya Tetapi Juga Warnanya atau tulisan Ona Mariani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version