Bagi warga Jogja, pasti nggak asing sama SMK 2 atau yang dulu namanya STM 1 Yogyakarta. Tapi ada yang unik di pelataran sekolah ini. Kalau nunggu lampu merah dari arah Jl. R.W. Monginsidi, di sisi kiri ada sebuah lokomotif uap tua yang sudah nggak utuh yang teronggok di sana, yang sebelumnya berada di tengah area parkir depan sekolah dan tertutup pagar serta vegetasi. Memang, ini lokomotif apa? Dan kok bisa teronggok di situ?
Usut punya usut, lokomotif di SMK 2 Jogja ini adalah salah satu lokomotif paling bersejarah yang ada Indonesia. Bagaimana tidak. Lokomotif ini berpredikat sebagai satu-satunya lokomotif kuno dengan lebar sepur atau gauge 1435 mm yang masih tersisa di Indonesia. Dulu, lokomotif kereta zaman Belanda memang selebar itu sebelum dibongkar sama Jepang. Sebagai akamsi, saya aja baru tahu tentang loko tersebut belakangan ini.
Dari bentuknya, loko ini sudah nggak utuh. Selain udah terbelah dan komponennya udah nggak lengkap, ternyata lokomotif ini gabungan dari dua lokomotif berbeda dengan tipe yang berbeda pula. Sasisnya milik lokomotif NIS 107 buatan Hanomag, Jerman yang didatangkan oleh perusahaan kereta swasta Belanda (NIS) pada 1901 untuk menarik kereta di jalur Jogja-Palbapang. Sedangkan boiler atau bagian ketel uapnya, menurut KAI, milik lokomotif NIS 151 buatan Belanda, dan menurut sumber lain, milik lokomotif B1103 buatan Inggris.
Sejarah lokomotif SMK 2 Jogja
Lho, kok bisa “gado-gado” gitu lokomotifnya? Jadi, pas masa awal Perang Dunia 2, NIS 107 dirombak oleh Belanda jadi lokomotif militer atau lokomotif panser untuk melawan Jepang dengan menambahkan lapisan baja dan memangkas tinggi cerobong asapnya. Sayang beribu sayang, belum sempat selesai, Jepang udah keburu masuk Jawa. Jadilah NIS 107 berakhir termutilasi, tanpa pernah menemui fungsi.
Belum lagi, setelah Jepang berkuasa, Jepang membongkar beberapa jaringan rel dan mengkonversi seluruh rel kereta api di Jawa dari lebar sepur atau gauge 1435 mm ke 1067 mm. Praktis NIS 107 dan loko yang bergauge 1435 mm lainnya nggak bisa beroperasi dan cuma teronggok di halaman Balai Yasa atau bahkan ada yang dibongkar sama Jepang.
Tapi, kenapa kok bisa sekarang ada di SMK 2 Jogja? Apa ada hubungannya sama sekolah ini waktu dulunya masih jadi sekolah Belanda? Nah, pasca kemerdekaan, loko ini cuma terlantar di Balai Yasa (Pengok) Yogyakarta. Sampai pada tahun 70-an, loko ini rencananya mau dibongkar sama PJKA sebagai upaya penghapusan aset yang sudah nggak terpakai.
Namun ketimbang berakhir jadi besi tua, pihak SMKN 2 Jogja saat itu meminta sasis NIS 107 ini yang digabungkan dengan boiler dari loko lain untuk dipakai sebagai alat peraga untuk pelajaran teknik mesin uap lokomotif. Sebelumnya, para siswa kalau belajar teknik mesin uap lokomotif harus datang langsung ke Pengok. Maka PJKA menghibahkannya pada pihak sekolah. Jadi, jelas nggak ada hubungannya loko NIS 107 ini sama Prinses Julianaschool (nama SMK 2 Jogja waktu masih zaman Belanda).
Baca halaman selanjutnya: Peraga pembelajaran…