Ketika Seorang Imam Besar yang Juga Gurunya Imam Syafii Dianggap Menista Nabi Muhammad

Ketika Seorang Imam Besar yang Juga Gurunya Imam Syafii Dianggap Menista Nabi Muhammad

Ketika Seorang Imam Besar yang Juga Gurunya Imam Syafii Dianggap Menista Nabi Muhammad

Wakie’ bin Al Jarroh adalah seorang imam besar dalam khazanah keilmuan islam. Beliau ahli fiqih, hadis juga merupakan seorang abid yang tekun ibadahnya. Beliau salah seorang guru dari Imam Syafii. Siapa yang tak tahu syair terkenal dari sang Imam ketika beliau mengadukan perihal hafalannya yang mudah hilang kepada sang guru Wakie’?

Suatu saat ketika musim haji. Wakie’ yang memang sudah terkenal namanya, diminta oleh penduduk Mekkah untuk mengadakan majelis tahdits atau pembacaan hadis. Mungkin sudah takdirNya. Beliau dengan sengaja membacakan sebuah hadis tentang wafatnya Rasulullah sholallahu alaihi wasallam. Bahwasannya ketika beliau meninggal, jenzahnya sempat didiamkan selama 1 hari 1 malam. Lalu timbul tanda-tanda kematian berupa mengembangnya badan beliau yang mulia.

Hadis ini dibawakan oleh Abdullah al Bahiy. Hadis ini juga dinyatakan munkar lagi terputus sanadnya. Mendengar hadis tersebut. Penduduk Mekkah terutama kaum Quraisy menjadi murka dan mengadukan permasalahan ini kepada Gubernur Mekkah. Hanya satu kata yang mereka inginkan untuk Wakie. Mati! Mereka menganggap Wakie telah menista Nabi Muhammad.

Mendengar hal itu Sufyan bin Uyainah yang juga ulama besar Mekkah saat itu, menghadap Gubernur mencoba untuk membantu meluruskan duduk perkaranya. Sufyan berkata kepada Gubernur bahwa Wakie’ hanya menyampaikan apa yang ia dengar. Hadisnya juga hadis yang telah diketahui. Sufyan juga berkata Wakie’ adalah ahli fiqihnya orang-orang Irak.

Akhirnya Wakie dilepaskan dari penjara karna bantuan dari Sufyan. Padahal Sufyan belum pernah mendengar hadis yang ia sendiri katakan hadis yang telah diketahui. Ia berkata demikian hanya untuk membebaskan Wakie.

Sufyan juga melupakan sedikit perselisihannya dengan Wakie. Padahal di antara mereka berdua ada selisih paham. Sampai-sampai sebetulnya, Wakie tidak bersedia dibela oleh Sufyan pada saat ia dipenjara.

Ali bin Khosyrom salah seorang murid Wakie pernah berujar. Bahwa alasan dari Wakie meriwayatkan hadis tersebut adalah karena ada beberapa Sahabat Rasulullah pada saat wafatnya Nabi, salah satunya Umar menyangka bahwa Rasulullah tidak meninggal. Kemudian Allah tampakan kepada mereka tanda tanda kematian.

Adz Dzahabi berkata bahwa ini adalah ketergelinciran seorang ulama (Wakie). Karena hadis yang munkar lagi terputus sanadnya ini hampir saja ia meninggal karena kekeliruan. Mereka yang marah akan hal ini pun dimaklumi keadaannya bahkan diberikan ganjaran pahala karna marahnya mereka disebabkan kedudukan Nabi yang telah diusik.

Kemudian Adz Dzahabi mencoba menguraikan akan kandungan hadis dengan tafsiran-tafsiran positif. Pada intinya untuk memaklumi hadis yang dibawakan oleh Wakie sambil menjelaskan hal-hal lainnya.

Dua imam, Sufyan bin Uyainah dan Az Zahabi telah memberikan contoh. Satu membela marwah, meneguhkan bahkan menyelematkan yang dianggap “menista nabi Muhammad”. Sedangkan satu lagi mencoba menguraikan dengan proposional tanpa berlebihan lewat tulisannya sembari menjelaskan kekeliruan yang ada.

Dari kisah yang dibawakan oleh Az Zahabi dalam kitabnya as Siyar ada beberapa kesimpulan yang bisa kita ambil. Pertama, seorang yang alim bisa saja tergelincir dalam sebuah permasalahan. Dan itu bukanlah aib. Kurang besar apa kedudukan Imam Wakie dalam pandangan manusia. Namun dalam hal ini beliau telah keliru walaupun maksudnya baik. Dengan menjelaskan bahwa Nabi juga manusia yang meninggalkan dunia dan tidak abadi di dunia ini.

Kedua, penting untuk digaris bawahi terkait komentar Az Zahabi. Beliau katakan orang-orang yang marah karna peristiwa ini akan mendapatkan pahala. Karena marahnya mereka disebabkan marwah kenabian yang diusik. Marahnya mereka bukan karna fanatik mazhab atau kelompok. Beda dengan kebanyakan manusia sekarang yang marahnya lebih didominasi karna perbedaan pemikiran, atau pilihan politik semata.

Ketiga, kebesaran hati Sufyan bin Uyainah yang mau membela orang yang sedang berselisih paham terhadapnya.

Terakhir. reaksi penduduk Mekkah yang tidak mencibir apa yang dilakukan Sofyan bin Uyainah. Mereka masih menghormati kedudukannya sebagai ulama besar imam mereka. Tidak tercatat dalam kitab-kitab sejarah mereka mencibir langkah Sufyan bin Uyainah yang “membela” Wakie yang dianggap menista nabi Muhammad.

BACA JUGA Standar Ganda Ala Nabi Muhammad atau tulisan Dinar Zul Akbar lainnya. Follow Facebook Dinar Zul Akbar.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version