Beberapa tahun belakangan, pekerjaan freelance makin naik daun. Entah karena pandemi yang bikin banyak orang kehilangan kerja kantoran, atau karena anak-anak muda mulai sadar bahwa “kantor” itu bukan satu-satunya jalan menuju keberhasilan. Tapi lucunya, sampai hari ini, kerja freelance masih sering dipandang sebelah mata.
Kalau kamu ngaku freelancer, siap-siap saja denger kalimat pamungkas dari tante atau tetangga:
“Kerja kok nggak tetap, kapan mapannya?”
Mapan? Pertanyaan macam ini sering keluar dari orang yang kadang sendiri pun masih kembang-kempis bayar cicilan motor tiap bulan. Ironisnya, kadang yang ngomong begitu juga kerja di kantor yang suka telat bayar gaji. Tapi karena ada meja, AC, dan absensi pagi-sore, seolah-olah mereka udah pasti “lebih mapan”.
Padahal kenyataannya, banyak juga freelancer yang penghasilannya lebih besar dari karyawan kantoran. Bahkan ada yang gaji bulanannya dari freelance bisa setara atau melebihi manager level menengah. Bedanya, mereka nggak pamer ID card perusahaan doang.
“Kerja tetap” yang nggak selalu tetap
Label “kerja tetap” sekarang makin absurd. Banyak perusahaan kontrak 6 bulan, habis itu dicampakkan kayak mantan yang udah nggak menarik. Gaji UMR, bonus nggak jelas, lembur nggak dibayar. Tapi tetap aja dianggap lebih “aman” dibanding freelance yang fleksibel.
Kenapa? Karena masih banyak orang yang mengira kerja itu soal duduk di meja dan nurut sama sistem. Bukan soal hasil kerja, kualitas hidup, atau bahkan kebahagiaan.
Nggak heran kalau sebagian orang tua lebih bangga anaknya jadi staf admin tetap di kantor ketimbang desainer grafis freelance yang kerja dari Bali dengan penghasilan 3 kali lipat.
Ya, biar bisa cerita di arisan:
“Anak saya kerja di perusahaan kok, bukan nganggur di rumah.”
Padahal yang mereka sebut “nganggur” itu sedang handle proyek luar negeri, pitching klien startup, atau revisi konten brand besar.
Utang, cicilan, dan ilusi mapan yang nggak akan dirasain kalau kerja freelance
Ada yang bilang kerja kantoran itu lebih stabil karena ada slip gaji. Tapi slip gaji itu juga yang kadang jadi tiket masuk ke dunia cicilan: kredit motor, KPR, kartu kredit, paylater. Gajian hari ini, lima menit kemudian udah masuk ke pembayaran utang.
Stabil? Yang ada pas tanggal tua malah ngemis di grup WhatsApp kantor, “Eh guys, tahu nggak tempat makan yang masih bisa utang dulu?”
Sementara freelancer yang dianggap “nggak punya masa depan” itu justru belajar budgeting, nabung untuk bayar BPJS sendiri, ngatur waktu kerja, dan hidup dengan disiplin tinggi. Mereka sadar, masa depan itu bukan cuma soal gaji bulanan, tapi juga soal kendali atas hidup sendiri.
“Kapan Nikah?” dan Ekspektasi Mapan Lainnya
Belum lagi ekspektasi masyarakat tentang mapan yang satu ini: nikah.
“Kerja nggak jelas gini, kamu yakin bisa kasih makan anak orang?”
Pertanyaan ini sering dilempar ke freelancer, seolah-olah karyawan tetap itu otomatis bisa kasih makan anak orang tanpa utang. Padahal, yang kerja tetap juga kadang minta subsidi dari orang tua buat resepsi.
Kenapa kita masih percaya bahwa mapan itu soal seragam kerja dan status perusahaan, bukan soal keberdayaan, ketenangan, dan kemampuan bertahan hidup?
Nggak semua bisa memahami kerja freelance
Memang nggak semua orang akan paham. Dan itu nggak apa-apa. Yang penting, kamu sendiri paham: kamu bekerja, kamu produktif, kamu bisa hidup dari hasil kerja kerasmu, entah dari rumah, dari kafe, atau bahkan dari kamar kos yang sempit.
Kerja freelance bukan berarti nggak punya masa depan. Justru banyak orang yang kerja kantoran tapi nggak tahu mau ke mana dalam hidup, stuck di zona nyaman, dan cuma menunggu gajian datang tiap bulan tanpa gairah.
Sementara freelancer? Mereka belajar banyak hal sekaligus: manajemen waktu, manajemen klien, mental tahan revisi, sampai personal branding. Dan itu semua tanpa ada yang ngajarin secara formal.
Jadi, buat kalian yang masih meremehkan kerja freelance, coba pikir dua kali. Karena masa depan itu bukan ditentukan di meja kantor, tapi ditentukan oleh keberanian memilih jalan sendiri dan bertahan di atasnya.
Dan buat kamu, freelancer yang sering disepelekan, tetap semangat. Kamu bukan “nggak punya masa depan”. Kamu sedang membangunnya dengan cara yang orang lain belum tentu berani coba.
Penulis: Naufal Daffa Guswani
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Freelance Memang Menggiurkan, tapi Tidak Semua Orang Cocok Menjalaninya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















