Kerja di area Monas Jakarta terdengar asyik karena bisa wisata setiap hari. Kalau mumet kerjaan bisa langsung gas ke Monas yang hanya berjarak beberapa meter. Udah gitu, kawasan Medan Merdeka ini juga merupakan pusat pemerintahan ibu kota yang kelihatannya keren. Itu yang sering diungkapkan teman-teman saya. Ya memang benar adanya dan hal tersebut adalah nilai plus kalau berkantor di kawasan yang sering disebut “Ring 1” ini.
Terletak di jantung kota, pegawai di sekitar Monas dimanjakan dengan akses transportasi umum yang mudah. Mau naik Transjakarta, MRT, atau JakLingko sekalipun, semua ada. Termasuk strategis lah, saya pun merasa terbantu dengan fasilitas ini. Namun, hidup nggak selalu enak dan sesuai keinginan. Bekerja dekat Monas pun ada dukanya, tak selalu menyenangkan seperti yang dibayangkan orang.
Opsi tempat makan siang dekat kantor terbatas
Warung makan adalah hal penting yang harus ada di sekitar pusat perkantoran, entah pedagang kaki lima atau fast food, pokoknya harus tersedia. Tidak semua pekerja bawa bekal dari rumah, banyak juga yang nggak sempat masak atau ya sukanya makan di luar. Sekitar kantor saya di area Monas Jakarta itu cukup sulit cari makan saat siang hari, padahal dekat destinasi wisata, ya. Paling dekat ya kantin kantor sendiri atau eksplor kantor tetangga.
Jika ingin menu lain, saya harus berjalan kaki sekitar 15 menit ke Jalan Sabang atau Jalan Kebon Sirih. Di sana merupakan pusat kuliner tapi kok ya effort banget cari makan sampai sana. Keburu lemas di jalan karena kelaparan.
Ujung-ujungnya pesan makanan online dengan ongkir yang lumayan bikin boncos. Makanya saya lebih sering bawa maksi dari rumah atau beli dulu di sekitar stasiun. Lebih hemat dan sehat, nggak perlu pesan daring.
Selalu ada event di sekitaran Monas Jakarta yang berujung penutupan akses jalan
Tidak heran jika kawasan Monas sering dijadikan venue untuk mengadakan acara, mulai dari upacara, HUT instansi/lembaga, event lari, sampai hiburan rakyat. Kalau sudah begini, kami para pegawai yang bekerja di area Ring 1 harus berdamai dengan keadaan karena akses jalan biasanya ditutup. Transportasi umum maupun kendaraan pribadi kesulitan untuk lewat, alhasil cari jalan alternatif atau jalan kaki akibat penutupan dan pengalihan arus.
Mau weekend ataupun weekday, berbagai event khusus tetap dilangsungkan. Kegiatan yang paling sering ada tiap weekend adalah event lari dan jalan sehat. Jika lembur di Hari Sabtu atau Minggu, saya sudah siap dengan penutupan Jalan Medan Merdeka yang bikin repot. Ya paling sering Hari Minggu pagi karena ada Car Free Day (CFD) Jakarta dan dibarengi acara lain. Untuk ngademin hati, saya berpikir, “Yah, itung-itung sekalian ikut olahraga juga, deh!”
Berbaur dengan kerumunan wisatawan
“Enak banget kerja dekat Monas, bisa sekalian berwisata!”, teman saya berkomentar gini suatu hari. Eh iya juga ya, mau ke Monas tinggal nyebrang dan nggak perlu effort naik kendaraan ini itu. Tapi, privilege tersebut menjadi tidak menarik jika sudah musim liburan sekolah atau weekend. Mau nggak mau saya harus bergabung dengan kerumunan wisatawan yang lalu lalang di sekitar Monas Jakarta. Atau, berdesakkan di atas Transjakarta bersama rombongan piknik.
Sebagai seorang introvert, saya menganggap keadaan ini adalah masalah. Berada di antara banyak orang di ruang publik membuat saya pusing tujuh keliling. Meskipun begitu, saya harus menerima keadaan dan tetap bekerja seperti biasa. Hal ini akan terus terjadi selama saya masih jadi pegawai sekitar Monas.
Monas sering jadi spot demo di Jakarta, susah pulang kalau sudah begini
Nah, ini dia derita paling melelahkan plus menyebalkan kerja dekat Monas: sering jadi lokasi demonstrasi. Bagi kami para pekerja, hal ini menjadi mimpi buruk di jam pulang kerja. Akses jalan ditutup, arus kendaraan dialihkan, dan yang pasti kemacetan terjadi dimana-mana. Transjakarta pun tidak punya wewenang untuk lewat, jalurnya juga jadi sasaran penutupan.
Aksi penyampaian pendapat ini tidak kenal hari, suka-suka mereka mau berkegiatan kapan dan di area yang mana. Saya paham sih kenapa pada suka demo di Jalan Medan Merdeka, ya karena kawasan ini adalah pusat pemerintahan dan dekat dengan Istana Presiden. Nggak masalah sih kalau mau demo, itu kan hak rakyat. Akan tetapi alangkah baiknya juga perhatikan waktunya, jangan di jam-jam sibuk. Kami susah pulang.
Pada akhirnya, saya tetap mensyukuri bekerja di area Monas Jakarta. Sabar aja pokoknya dan pasti ada hikmahnya…
Penulis: Rachelia Methasary
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Tikungan Monas: Tempat Pacaran Terbaik di Jakarta. Memorable dan Bikin Kamu Merasa Dekat Sama Istana.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
