Bulan Februari belum juga sampai di pertengahan, kabar dari dunia perpolitikan kembali mencuat lagi. Bukan perkara bursa pemimpin daerah atau bursa pemimpin negara lima tahun ke depan (yang mana masih lama sekali). Akan tetapi ini perkara apa yang terjadi di sebuah kongres Partai Amanat Nasional (PAN) kemarin. Iya, kongres partai yang oleh Lord Amien Rais dijuluki sebagai “Partainya Allah”, yang diadakan di Kendari, Sulawesi Tenggara ini berakhir dengan kericuhan yang menarik sekali. Orang saling lempar kursi, botol minuman, serta makanan.
Kronlogis singkatnya, seperti yang dilansir dari Kompas, ketika kongres memasuki hari kedua, sekitar pukul 10.30 WITA, rapat pleno terkait pembahasan tata tertib perlaksanaan kongres dilakukan secara tertutup. Dua jam kemudian, terdengar suara keributan dan dari dalam ruangan. Terlebih lagi setelah aparat keamanan membuka ruang sidang, suara keributan semakin kencang tidak karuan. Keributan ini terjadi antara pendukung calon ketua umum PAN Zulkifli Hasan (petahana), dan calon ketua umum PAN lainnya, Mulfachri Harahap.
Pada awalnya, pendukung kedua kubu ini hanya saling adu mulut, ya mirip lah situasinya ketika pilpres atau pilkada. Adu mulut ternyata tidak memuaskan masing-masing pendukung. Maka mereka mulai main fisik, saling mendorong. Aksi saling mendorong ternyata tidak memuaskan juga, maka jadi lah pendukung kedua kubu ini saling lempar kursi di dalam ruangan rapat. Dan jadilah sebuah sirkus bodoh dari sebuah partai yang videonya pasti sudah kita lihat. Saya rasa, saya harus berterima kasih pada orang-orang yang merekam kejadian tersebut.
Sebenarnya, Zulkifli Hasan yang posisinya saat itu juga masih sebagai Ketua Umum PAN, sudah meminta peserta untuk mengakhiri aksi lempar kursi dan kembali duduk ke tempat masing-masing. Namun imbauan Bang Zul ternyata tidak digubris oleh peserta kongres. Mereka malah melanjutkan aksi saling lempar kursi sambil meneriakkan nama masing-masing calon yang didukungnya. Tidak heran, sih.
Ternyata, penyebab kericuhan ini adalah karena beberapa peserta kongres yang tidak memiliki hak suara masuk ke dalam ruangan rapat pleno. Padahal, hanya orang yang punya hak suara dalam pemilihan ketua umum PAN-lah yang boleh masuk ruang rapat. Akhirnya, kedua kubu saling tuduh saing menyalahkan, lalu terjadi adu mulut dan dipungkasi dengan aksi lempar kursi yang sampai mengakibatkan sekitar 30 orang luka-luka. Rapat akhirnya bisa dilanjutkan, setelah pihak panitia melakukan pengecekan ulang terkait masalah tersebut.
Melihat kejadian kemarin melalui video-video yang beredar, saya jadi ingaat beberapa konser band-band metal yang pernah saya datangi. Konsepnya sama persis, mereka pakai atribut band yang main atau band-band serupa, beradu fisik (moshing) di depan panggung, bertabrakan satu sama lain. Sama. Satu hal yang membedakan adalah, crowd band-band metal ini melakukannya dengan sukarela dan memang itu tempatnya. Beda sama yang tidak tahu tempat seperti peserta kongres itu.
Lagian, orang-orang partai sedang ricuh kok malah diputarkan lagu-lagu nasional dan mars partai, ya kurang semangat lah. Coba saja sekali-sekali kalau terjadi kericuhan seperti ini lagi, putar lagu Program Party Seringai dari Seringai, Redneck dari Lamb of God, atau Creeping Death dari Metallica. Dijamin seru dan kericuhannya berubah menjadi ajang senang-senang. Apalagi kalau ketua partai atau ketua rapat dari atas podium menyerukan untuk membuat circle pit atau wall of death. Boom! Jadi, kalau nanti ditanya wartawan tentang apa yang terjadi, pihak partai bisa berkilah bahwa anggotanya atau kadernya sedang keranjingan musik metal.
Ya tidak heran sebenarnya kalau sekelas partai PAN ini ricuh ketika kongres. Lha wong leluhur mereka saja, Lord Amien Rais juga nggak jarang bikin keributan. Sebenarnya tidak hanya partai PAN, tetapi partai-partai lain juga menjadikan kericuhan seperti ini jadi sebuah tradisi. Setiap kongres, kurang greget kalau tidak ada kericuhan, ya setidaknya adu mulut lah.
Kalau sampai adu fisik dan lempar-lemparan kursi seperti partai PAN kemarin, ya jelas kelewatan, kelewatan kalau tidak diputarkan lagu-lagu metal. Kalau saya jadi operator sound system di acara tersebut, pasti akan saya putarkan ketiga lagu di atas ketika kericuhan sudah mulai memanas. Hitung-hitung sebagai anthem of chaos lah. Tapi ya balik lagi, urusan partai yang ricuh seperti ini tidak perlu dianggap serius. Biarkan saja mereka berantem sendiri. Setidaknya kita tahu, gimana tabiat orang-orang partai gila kekusaan itu.
BACA JUGA Baku-Hantam dan Saling Lempar Kursi dalam Kongres PAN Layak Diapresiasi atau tulisan Iqbal AR lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.