Kepada Orang-orang yang Masih Meledek Buku Yuval Harari, Kalian tuh Kenapa?

yuval harari ledekan buku homo deus sapiens mojok

yuval harari ledekan buku homo deus sapiens mojok

Buku Yuval Harari yang berjudul Sapiens dan Homo Deus lagi ramai-ramai diledek-ledek di Twitter. Awalnya saya masih merasa hal itu lucu banget, karena banyak cuitan yang meledek para pembaca buku demikian yang malah menyalahgunakan buku-buku tersebut sebagai bahan untuk nyepik gebetan, atau malah buat sekadar masturbasi pengetahuan belaka.

Meme yang bertebaran soal buku-buku tersebut juga aneh-aneh, tapi lucu juga. Buku Yuval Harari digambarkan sebagai buku-buku anak edgy plus SJW yang berdomisili di Jaksel. Sampai di situ saya masih menganggap lucu, karena pesan yang disampaikan adalah betapa lucu kelakuan para pembacanya. Namun, lambat laun saya malah merasa ini tidak lagi lucu. Serius, saya malah jadi risih melihatnya.

Saya makin risih karena ejekan soal buku-buku Yuval Harari ini malah jadi ditujukan kepada bukunya, bukan lagi kepada para oknum pembaca yang menyalahgunakan.

Awal mula risih saya kayaknya selepas cuitan seorang dosen yang bilang buku Harari ini bagus buat menggaet pasangan, biasalah tipikal sapio-sapio gitu. Gegara cuitan itu mulai rame lagi nih soal Harari dan bukunya. Nah, makin saya baca komentar dan meme ledekan ke cuitan ini, banyak hal ngaco yang saya dapatkan. Ya itu, soal ledekannya yang malah jadi dialamatkan kepada si Yuval dan bukunya. Banyak yang mulai bergeser orientasi ledekannya.

Saya tahu, kelakuan para pembacanya, eh oknum maksudnya, sangat bikin geleng-geleng kepala. Apalagi, saya pernah baca cuitan yang entah kapan itu waktu pastinya, kalau ada aktivis yang ternyata ngacengan dan pelaku pelecehan membaca buku ini. Semenjak itu buku ini kena apesnya. 

Coba deh dipikir baik-baik lagi. Buku Yuval ini kan isinya bagus loh, masa karena oknum pembacanya yang bermasalah malah dijadiin rujukan bahwa buku si Yuval ngajarin nggak bener? Nggak bisa gitu dong. Coba kisanak anggap buku si Yuval Harari ini diganti dengan buku lain, misalnya RPUL deh. Kalau misalnya ada pembaca RPUL yang menjadikan buku tersebut buat bahan nyepik, apakah jadi bukunya yang salah? Terus, kalau ada salah satu pembacanya yang jadi pelaku kriminal, apakah demikian buku RPUL yang juga mengajarkan hal itu? Ya nggak dong.

Kalau dikit-dikit cara mainnya gitu, mengasosiasikan buku dengan kelakuan pembaca, rasanya kok goblok dan sayang sekali. Itu kan namanya generalisasi, yak. Kasian yang emang baca buat nambahin pengetahuan doang. Dia lagi semangat baca, malah dicengin dan dianggap ngacengan juga. Kalau gitu sebenarnya yang salah siapa?

Baca buku apa pun jenisnya, apa pun kategorinya, apa pun genrenya, itu hak semua orang-orang bos. Seorang muslim yang baca Bible, apakah bakal otomatis pindah agama? Ya nggak, lah. Buku kan murni pengetahuan, dan orang baca mah baca aja. Saya ngomong gini karena pernah mengalami hal demikian, dan asli sebenarnya saya kasihan ke orang-orang tukang judge dan generalisasi tersebut.

Ayolah, meledek boleh tapi jangan generalisir juga. Kalau masih nggak ngerti dan paham juga, ya, terserah dah. Lagi puasa, saya malas marah-marah pun. Saya mah sekarang juga bodo amat kalau ketemu orang-orang yang meledek bacaan saya. Kok gitu? Iyalah, saya masih mending baca. Daripada orang yang meledek dan komentar, situ baca atau kagak? Jangan-jangan cuman bisa komentar, hashhh.

BACA JUGA ‘Sapiens’ Karya Yuval Harari adalah Buku Fiksi dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version