Kenapa Prestasi Tim Nasional Sepak Bola Junior Lebih Baik ketimbang Senior?

liga 2 judi bola shin tae-yong konstitusi indonesia Sepakbola: The Indonesian Way of Life amerika serikat Budaya Sepak Bola di Kampung Bajo: Bajo Club dan Sejarahnya yang Manis terminal mojok.co

Budaya Sepak Bola di Kampung Bajo: Bajo Club dan Sejarahnya yang Manis terminal mojok.co

Dengan ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah turnamen Piala Dunia U-20 pada 2021 membuat timnas sepak bola Indonesia U-19 berhak mengikuti turnamen tersebut tanpa terlebih dahulu pontang-panting di babak kualifikasi. Ikut sertanya timnas U-19 di Piala Dunia dinilai cukup untuk mengobati rasa rindu masyarakat dalam melihat tim sepak bola kita berlaga di turnamen sekelas Piala Dunia, meskipun hanya Piala Dunia kelompok umur.

Tapi, jika kita menarik waktu hingga tujuh tahun ke belakang, tim nasional sepak bola Indonesia di kelompok umur memang selalu menorehkan prestasi yang membuat masyarakat pecinta sepak bola nasional lebih memilih untuk mencurahkan rasa fanatismenya dibanding kepada tim nasional sepak bola senior.

Dimulai pada 2013, kiprah tim nasional sepak bola U-19 di bawah asuhan pelatih Indra Sjafri membuat perhatian masyarakat Indonesia tertuju kepada tim ini. Pengorbanan Indra Sjafri yang “blusukan” ke seluruh daerah di Indonesia dalam rangka mencari pemain berkualitas berhasil menarik rasa simpati masyarakat untuk mendukung tim nasional yang sebelumnya tidak terlihat kemunculannya.

Pilar-pilar Indonesia senior sekarang seperti Evan Dimas, Putu Gede, Hargianto, hingga kapten timnas senior, Hansamu Yama, merupakan jebolan timnas Indonesia U-19 dan hasil “blusukan” Indra Sjafri. Ciri khas taktik pe-pe-pa (membangun serangan dan mengalirkan bola dengan umpan pendek-pendek-panjang) yang diterapkan Indra Sjafri membuat permainan timnas U-19 semakin enak dan menarik untuk ditonton.

Puncaknya adalah timnas U-19 berhasil menjuarai turnamen Piala AFF U-19 2013 setelah bertahun-tahun puasa gelar dan momen tersebut sangat membekas di hati supporter hingga kini.

Pada 2018, timnas U-16 di bawah asuhan pelatih Fakhri Husaini juga membuat masyarakat semakin “melupakan” timnas senior setelah berhasil menjuarai turnamen Piala AFF U-16. Di tahun tersebut juga masyarakat semakin menyoroti para pemain timnas U-16, seperti si kembar Bagus dan Bagas Kaffa, Sutan Diego Zico, Rendy Juliansyah, dan Supriadi. Mereka adalah para pemain kunci timnas U-16 dalam pagelaran Piala AFF U-16 2018.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai memperhatikan para pemain muda Indonesia. Contohnya adalah saat masyarakat mendesak PSSI untuk memanggil Sutan Diego Zico untuk masuk ke dalam timnas U-16 karena kiprahnya bersama Chelsea Soccer School dan sempat mewakili Singapura di berbagai turnamen antar akademi.

Kasus di atas menunjukkan bahwa dengan seiring berjalannya waktu dan berkembangnya media sosial di kalangan masyarakat, seorang pemain berkualitas dapat diketahui keberadaannya tanpa melalui cara “blusukan” seperti yang dilakukan oleh Indra Sjafri. Masyarakat juga secara tidak langsung memberikan dampak kepada PSSI dalam pemilihan pemain karena menyuguhkan pilihan yang bervariatif.

Efek dari berhasilnya menjuarai Piala AFF U-16 2018 adalah mengikuti Piala Asia U-16 di tahun yang sama tanpa mengikuti kualifikasi. Piala Asia U-16 merupakan turnamen yang cukup bergengsi karena dapat mendongkrak peringkat Indonesia dalam ranking FIFA dan bisa lolos ke Piala Dunia U-16 di Peru 2019. Sayangnya timnas U-16 dikalahkan Australia di perempat final sehingga pupus harapan untuk mengikuti Piala Dunia U-16 2019.

Meskipun tidak juara di turnamen Piala Asia U-16, perjalanan timnas U-16 sudah dianggap sebagai sebuah prestasi yang belum bisa dicapai oleh tim nasional senior, yang malah lebih banyak memberikan kekecewaan kepada suporter dan masyarakat Indonesia. Entah itu faktor tingginya ekspektasi masyarakat atau memang ada yang salah dalam skuat tim nasional senior.

Prestasi tidak hanya diukur dari seberapa jauh kiprah sebuah tim di sebuah kompetisi atau turnamen. Sebuah program yang inovatif dan efektif juga bisa dianggap sebagai sebuah prestasi. Program tersebut bernama Garuda Select.

Garuda Select adalah program pendidikan sepak bola untuk pemain muda Indonesia yang dilakukan di negara yang dianggap sebagai kiblat sepak bola. Program ini dilaksanakan di Inggris dengan bantuan pelatih yang kompeten, seperti Des Walker dan Dennis Wise. Des Walker adalah legenda klub Inggris, Sheffield Wednesday dan Nottingham Forest, sedangkan Dennis Wise merupakan pemain yang menghabiskan tahun bermainnya di klub Chelsea.

Program ini sebenarnya bukan yang pertama. Sebelumnya PSSI pernah membuat program semacam Garuda Select. Program tersebut adalah Primavera dan Baretti yang dilaksanakan di Italia tahun ‘90an, juga program SAD (Sociedad Anonima Deportiva) yang dilaksanakan di Uruguay dari 2008 hingga 2012.

Banyak pemain berkualitas jebolan dari program pembinaan usia muda PSSI, seperti legenda timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto (Primavera), legenda Persib Bandung, Nova Arianto (Baretti), dan pemain yang bermain untuk klub PT Prachuap di Thailand, Yanto Basna (SAD Uruguay).

Keberhasilan tim nasional sepak bola Indonesia di kelompok umur juga dipengaruhi oleh niat pemain, mental bertanding, dan hasrat dalam membela negara. Para pemain muda kebanyakan masih belum terlalu memperdulikan uang. Selain itu, saat ini kurikulum mengenai pembinaan pemain usia muda mulai ditanamkan. Para pemain yang masih bergabung di akademi juga dijaga oleh akademinya.

Di tahun 2020 ini, PSSI mempercayakan Shin Tae-yong untuk memegang sektor pelatih timnas, mulai dari timnas U-19 hingga senior. Dengan dipimpin oleh pelatih yang pernah memimpin Korea Selatan berlaga di Piala Dunia 2018 di Rusia, diharapkan prestasi timnas kita meningkat sehingga masyarakat pecinta sepak bola nasional merasa puas dengan performa timnas.

Apalagi semenjak bulan akhir bulan Agustus tahun ini, Shin Tae-yong membawa para pemain timnas U-19 untuk melakukan pemusatan latihan di Kroasia. Semoga hasil pemusatan latihan di Kroasia dan juga hasil dari berbagai macam pertandingan uji coba yang dilaksanakan disana memberikan dampak positif untuk timnas U-19 di bawah asuhannya.

Kita boleh kecewa dengan performa timnas senior. Kita boleh “melupakan” timnas senior. Tapi, kita tidak boleh melupakan proses yang ditempuh oleh para pemain timnas senior dan kelompok umur. Percaya proses, jangan mau yang instan. Timnas bukan mi instan yang sekali masak langsung mateng!

BACA JUGA Seni Menghadapi Harta Dunia Melalui Peribahasa Madura Asel Ta’ Adina Asal dan artikel Terminal Mojok lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version